Aisha Canlas: Sering Bertanya, Apakah Seorang Laki Laki Itu Tuhan?

Ridhmedia
28/06/14, 19:21 WIB



Aisha Canlas, yaitu penganut Kristen sebelum menjadi seorang Muslim. Kedua orang tuanya juga Katolik, namun ketika itu ia menjadi anggota perkumpulan gereja yang berbeda dengan gereja kedua orangtuanya.

Namun mereka sama-sama berdoa di depan gambar sosok pria yang diyakini sebagai Tuhannya umat Kristiani. Saat itu, Canlas sering bertanya, benarkah ini wajah Tuhan? Bagaimana sesorang dapat tahu menyerupai apa wajah Tuhan? Apakah mereka sudah pernah bertemu dengan Tuhan?

Di sisi lain, Canlas selalu merasa ketenangan dan kedamaian ketika mendengar bunyi adzan dari sebuah masjid di kota Manila, Filipina. “Saya selalu memejamkan mata dan mencicipi ketenangan meskipun, saya tidak tahu makna kata-kata dalam adzan. Suara adzan menyerupai bunyi musik di hati saya,” tutur Canlas. Tapi ketika itu, ia sama sekali belum terpikir untuk masuk Islam.

Canlas kesudahannya merantau ke Arab Saudi untuk bekerja, dengan impian dapat menunjukkan masa depan yang lebih baik untuk keluarganya. Sebelum berangkat ke Saudi, Canlas berguru banyak hal ihwal Saudi untuk menghindari stress berat akhir perbedaan budaya dan untuk memudahkannya bergaul di negara daerah ia bekerja.

“Saya berguru ihwal budaya, dan ihwal negara Saudi secara keseluruhan, mulai dari bahasa dan tentu saja agamanya. Dan saya mulai tertarik dengan agama Islam dan ingin lebih tahu banyak ihwal Islam,” ujar Canlas.

Ia mengakui prosesnya masuk Islam cukup panjang. Ia sering bertanya pada para dokter di daerah kerjanya ihwal agama Islam. Kemudian saya mengetahui bahwa ada sebuah madrasah di lingkungan kerjanya dan tetapkan untuk ikut mendaftarkan diri di madrasah tersebut dan mulai mengikuti pelajaran di madrasah itu bersama seorang teman dan mitra sekamarnya pada 17 Januari 2008.

“Awalnya, saya menjadi sentra perhatian, alasannya saya anak gres di kelas dan satu-satunya penganut Kristen yang duduk bersama mereka. Saya mendengarkan apa yang disampaikan guru kami ihwal Islam, al-Quran, Rasulullah dan Allah swt,” papar Canlas.

“Sejak itu, saya mulai memahami agama Islam. Kemudian meminta izin pada ibu saya di Filipina semoga menunjukkan restu pada saya untuk berpindah agama dari seorang penganut Kristen menjadi seorang Muslimah,” sambung Canlas.

Beruntung, Canlas tidak menghadapi hambatan dari sang ibu. Menurut Canlas, ibunya cuma khawatir ketika ia masuk Islam ia akan melupakan orang tuanya. Canlas menjelaskan pada ibunya bahwa Muslim sangat menghormati orang tuanya, terutama ibu.

Canlas mengucap dua kalimat syahadat pada 24 Januari 2008 kemudian di hadapan guru dan siswa-siswa madrasah lainnya. Canlas mengaku tidak mengungkapkan menyerupai apa perasaannya ketika itu.

“Yang saya tahu, sesudah bersyahadat saya merasa hati saya terlepas dari bermacam-macam beban. Saya mencicipi kedamaian yang selama ini saya cari dalam kehidupan ini. Menjadi seorang Muslim sungguh sangat berbeda rasanya,” ungkap Canlas.

Canlas mengatakan, beberapa teman bertanya mengapa ia masuk Islam. Dan ia menjawab bahwa tidak ada seorang atau sesuatu yang patut disembah kecuali Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw yaitu utusanNya.

“Beberapa diantara mereka menyampaikan bahwa saya mengkhianati agama saya yang dulu, Katolik. Tapi di lubuk hati saya menyampaikan bahwa itu tidak benar,” tukas Canlas.

Berbahagialah Canlas alasannya sebagai seorang Mualaf ia sudah dapat menunaikan umrah.pada bulan Maret kemarin. Baginya, pengamalan umrah yaitu pengalaman yang Istimewa dan tak terlupakan.

“Saya berharap dan berdoa pada Allah swt semoga saya dapat meyakinkan keluarga saya untuk masuk Islam juga. Saya ingin mereka selamat dari api neraka pada Hari Kiamat nanti,” harap Canlas
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+