Tersembunyinya Kekasih Allah

Ridhmedia
08/03/16, 12:19 WIB








Abdullah bin Mubarak, salah seorang ulama di masa tabi’in, sesudah melaksanakan ibadah haji atau umrah, ia tinggal beberapa waktu lamanya di Makkah. Ketika itu terjadi masa paceklik lantaran sudah beberapa bulan lamanya tidak terjadi hujan. Maka orang-orang tiba ke suatu lapangan luas untuk melaksanakan shalat istisqo’ (shalat meminta hujan), Abdullah bin Mubarak ikut serta dalam jamaah shalat tersebut.

Usai shalat dan memanjatkan doa kepada Allah, tidak terlihat gejala bahwa hujan akan turun. Hingga malam menjelang tidak ada awan tebal yang tiba membawa air untuk menyirami wilayah Makkah dan sekitarnya. Keesokan harinya, mereka mengulang lagi shalat istisqo’ tersebut, tetapi masih juga tidak ada mengambarkan akan turunnya hujan, termasuk saat mereka melakukannya untuk ke tiga kalinya pada hari berikutnya.

Setelah berjamaah shalat Istisqo’ pada hari ketiga itu, Ibnul Mubarak berkata dalam hati, “Aku akan keluar memisahkan diri dari orang-orang ini dan berdoa kepada Allah, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya dan mengabulkan doaku sehingga hujan sanggup turun!!”

Ia berjalan belakang layar menuju perbukitan di sekitar Makkah, dan masuk salah satu gua yang berada di sana. Tetapi belum sempat ia berbuat apa-apa, tiba-tiba masuklah ke dalam gua itu seorang lelaki berkulit hitam, yang sepertinya seorang budak. Entah tidak tahu, akal-akalan tidak tahu atau merasa minder melihat ‘penampilan’ Ibnul Mubarak yang layaknya seorang ulama khusyu dan ‘khos’, budak berkulit hitam itu tidak menyapa atau memberi salam kepadanya.

Lelaki hitam itu pribadi shalat dua rakaat yang sepertinya sederhana dan ringkas. Setelah mengucap salam, ia meletakkan kepalanya di tanah dan berdoa, “Ya Allah, sebenarnya mereka itu yaitu hamba-hamba-Mu, mereka telah melaksanakan shalat Istisqo’ selama tiga hari, tetapi Engkau belum berkenan juga menurunkan hujan. Maka demi Keagungan dan Kemuliaan-Mu, saya tidak akan mengangkat kepalaku hingga Engkau menurunkan hujan kepada kami!!”

Beberapa waktu lamanya ia dalam keadaan menyerupai itu, tiba-tiba tiba awan hitam bergulung-gulung, lalu hujan turun dengan derasnya. Lelaki itu segera mengangkat kepalanya dan keluar gua, berjalan menembus hujan tanpa berkata apa-apa.

Sejenak Ibnul Mubarak tertegun melihat pemandangan itu, dan segera sesudah tersadar ia berjalan mengikuti lelaki hitam itu menembus hujan. Ia terus membuntutinya hingga memasuki sebuah perkampungan, dan lelaki hitam itu memasuki sebuah rumah yang cukup bagus. Ia duduk membisu di depan rumah itu beberapa waktu lamanya, hingga seseorang keluar. Ibnul Mubarak berkata, “Rumah siapakah ini?”

Lelaki itu berkata, “Rumah Tuan Fulan bin Fulan!!”

“Bisakah saya membeli budak dari dirinya?” Kata Ibnul Mubarak lagi.

Lelaki itu berkata, “Bisa dan silahkan masuk!!”

Ibnul Mubarak dipersilahkan duduk dan lelaki itu segera memanggil tuannya. Sang pemilik rumah menemui Ibnul Mubarak sambil membawa seorang budak yang manis wajahnya dan tampak cekatan, tetapi ia berkata, “Aku tidak menginginkan orang ini, apakah engkau mempunyai budak lainnya??”

“Baiklah!!” Kata sang pemilik rumah, sambil memerintahkan untuk memanggil budak lainnya.

Satu atau dua orang budak lagi ditunjukkan, tetapi Ibnul Mubarak berkata, “Aku menginginkan yang lainnya, apakah engkau masih memilikinya?”

Tujuan utama Abdullah bin Mubarak yaitu lelaki hitam yang ditemuinya di dalam gua itu. Orang itu berkata, “Saya memang masih mempunyai satu orang lagi budak, tetapi ia sangat tidak pantas bagi tuan!!”

“Mengapa?” Tanya Ibnul Mubarak.

Orang itu berkata, “Karena dia seorang yang pemalas, tuan tidak akan memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya.”

Ibnul Mubarak berkata, “Bawalah dia kemari, saya ingin melihatnya.”

Budak itu segera didatangkan, dan memang lelaki hitam yang ditemuinya di dalam gua tersebut. Tampak kegembiraan di matanya dan segera ia berkata, “Aku ridha dengan orang ini, berapa engkau ingin menjualnya!!”

Orang itu berkata, “Saya dahulu membelinya duapuluh dinar, tetapi kini tidak laris walau hanya sepuluh dinar!!”

“Saya akan membelinya seharga sepuluh dinar darimu!!” Kata Abdullah bin Mubarak, yang pribadi mengeluarkan uang sepuluh dinar dan memberikannya kepada orang itu.

Ibnul Mubarak membawa budak hitam itu ke kawasan tinggalnya. Budak hitam yang selama itu hanya membisu saja, tiba-tiba berkata, “Wahai Ibnul Mubarak, mengapa engkau membeli aku, saya tidak akan mengabdi dan melayani dirimu!!”

Walau sempat menerka sebelumnya lantaran kejadian di dalam gua itu, masih juga Ibnul Mubarak terkejut lantaran budak itu mengetahui dan menyebut namanya. Padahal ia belum pernah memperkenalkan diri, termasuk kepada pemilik sebelumnya. Tetapi justru hal itu memperkuat dugaannya sebelumnya, segera saja Ibnul Mubarak berkata, “Bukan menyerupai itu, justru saya yang akan melayani kamu, siapakah namamu??”

Budak hitam itu berkata, “Para kekasih Allah tentu mengenal kekasih-Nya!!”

Ketika lelaki hitam itu akan beranjak untuk berwudhu, Ibnul Mubarak segera mengambil air untuknya dan mempersiapkan sandal, serta memperlihatkan kamar untuk dirinya. Di dalam kamar lelaki hitam itu shalat dua rakaat. Ibnul Mubarak yang memang sengaja menguping itu, mendengar dia berdoa sesudah shalatnya, layaknya sedang bersyair (berpuisi), “Wahai Tuhan Pemilik Rahasia, rahasia telah menjadi aktual (terbuka), saya tidak lagi menginginkan kehidupan ini, sesudah rahasia hidupku diketahui….!!”

Beberapa waktu lamanya Ibnul Mubarak menunggu, tetapi ia tidak mendengar bunyi atau gerakan apapun, maka ia masuk ke dalam kamar dan mendapati lelaki hitam itu telah meninggal. Ia segera mengurus jenazahnya dengan penuh takdzim, hingga memakamkannya. Hanya sedikit orang saja yang membantu dan mengiringi jenazahnya lantaran hanya seorang budak hitam yang tampak sangat sepele. Hal itu justru menggembirakan bagi Ibnul Mubarak lantaran ia sendiri yang hasilnya banyak berperan dalam mengurus mayit ‘kekasih Allah’ tersebut.

Malam harinya, Ibnul Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Di sisi kanan ia ada seorang renta (syaikh) yang wajahnya tampak bersinar, dan budak hitam itu berada di sisi kiri beliau. Nabi SAW bersabda dalam mimpinya itu, “Mudah-mudahan Allah membalas engkau dengan kebaikan yang berlimpah lantaran apa yang telah engkau lakukan itu. Aku tidak melihat adanya ancaman dan kesulitan yang akan engkau hadapi lantaran engkau telah berbuat kebaikan kepada kekasihku ini!!”

Beliau menunjuk lelaki hitam tersebut, dan Ibnul Mubarak berkata, “Ya Rasulullah, apakah dia itu kekasihmu?”

“Benar,” Kata Nabi SAW, “Dan dia juga kekasih Khalilul Rahman, Ibrahim AS!!”

Beliau menunjuk lelaki renta di sisi kanan beliau. Dan Ibnul Mubarak tersentak bangun dari tidurnya. Ia segera berdiri berwudhu dan shalat dua rakaat, lalu berdoa yang lebih banyak diisinya dengan ucapan syukur kepada Allah.
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+