Keutamaan Bubuk Bakar Ash-Shiddiq Ra

Ridhmedia
01/05/16, 16:19 WIB
Abu Bakar ash-Shiddiq ialah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia ialah insan termulia sesudah para nabi dan rasul. Keutamannya ialah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan hidupnya seolah-olah kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang menyerupai ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita ketika ini, memang insan pola sudah sulit terlestari.
Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq sesudah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan nirwana untuknya, radhiallahu ‘anhu.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka awet di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Kritik tersebut mulai besar lengan berkuasa pada jiwa-jiwa yang gampang tertipu, kepada hati yang lalai, dan kepada pribadi-pribadi yang mempunyai hasad kepada generasi pertama.
Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara utuh, alasannya hal itu sulit diceritakan di goresan pena yang singkat ini. Tulisan ini akan menyuplikkan sebagian teks-teks syariat yang menjelaskan wacana kemuliaan Abu Bakar.
Nasab dan Karakter Fisiknya
Nama Abu Bakar ialah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya (Abu Bakar) lebih terkenal dari nama aslinya sendiri. Ia ialah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Luai.
Ibunya ialah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im.
Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, “Ia seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja’, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan menggunakan inai atau katam (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 1: 188).
Adapun budpekerti Abu Bakar, ia ialah seorang yang terkenal dengan kebaikan, keberanian, sangat kuat pendiriannya, bisa berpikir hening dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang mempunyai tekad yang kuat, dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang bertawakal dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan lemah lembut. Ia juga tidak pernah melaksanakan akhlak-akhlak tercela pada masa jahiliyah, biar Allah meridhainya.
Sebagaimana yang telah masyhur, ia ialah termasuk orang yang pertama memeluk Islam.
Keutamaan Abu Bakar
– Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Jikalau kau tidak menolongnya (Muhammad) maka sebenarnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kau berduka cita, sebenarnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah: 40)
Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya menjaganya seolah-olah tidak mencicipi letih dan butuh untuk istirahat.
Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan, “Ketika berada di dalam gua, saya berkata kepada Rasulullah, ‘Sekiranya orang-orang musyrik ini melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasulullah menjawab, ‘Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang insan sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya Allah bersama dua orang tersebut)’. Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar di saat-saat mereka dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang ingin menangkap mereka.
– Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya
Abu Said al-Khudri mengatakan, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk menentukan dunia atau menentukan ganjaran pahala dan apa yang ada di sisi-Nya, dan hamba tersebut menentukan apa yang ada di sisi Allah’.
Kata Abu Sa’id, “(Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran mengapa ia menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba yang menentukan kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta cendekia di antara kami. Kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya,
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya ialah Abu Bakar. Andai saja saya diperbolehkan menentukan kekasih selain Rabbku, niscaya saya akan menyebabkan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya.”
– Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, ketika itu saya menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).”
– Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya kemudian keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera pergi berusaha menysulunya sambil bertanya-tanya, sampai jadinya ia masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, sampai ia menunaikan keperluannya.
Setelah itu saya masuk ke kebun dan ia sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, kemudian kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini saya harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak usang kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.” Aku tiba menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar tiba dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab, “Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia ialah penghuni surga.”
Penutup
Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada padanya. Sebuah keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di benak kita, kita dijamin surga, menjadi kekasih Rasul, orang kecintaan Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini ada orang yang merendahkan kedudukan beliau, sesudah Allah dan Rasul-Nya memuliakan dia?
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari sifat jelek yang merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+