Meraih Ats-Tsabat Bersama Surat Ali Imran

Ridhmedia
14/08/16, 09:34 WIB


πŸ“ Pemateri: Ust. DR. Wido Supraha


πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸ

Ats-Tsabat secara mudahnya bermakna keteguhan, konsistensi, mengandung unsur sabar, dan ketenangan, ada unsur mencicipi kenikmatan, sehingga ingin terus menerus berada di dalamnya hingga menyelesaikannya atau diselesaikan.

Dalam terma ats-Tsabat ada makna kesungguhan di dalamnya.

Bersungguh-sungguh di dalam meraih tujuan utamanya, meskipun selama usahanya membutuhkan waktu yang amat lama, tahapan demi tahapan yang banyak, dan ujian maupun cobaan yang begitu beragam.

Antum bisa simak Alquran Surah al-Ahzab ayat ke-23 dalam hal ini. Bahwa di antara insan ada yang menepati kesepakatan mereka kepada Rabb mereka.

Dalam menepati kesepakatan tersebut bahkan ada di antara mereka yang gugur syahid, namun ada pula sebagian lagi yang menunggu-nunggu kapan waktu mereka untuk gugur syahid, namun selama masa penantian tersebut ia tidak pernah sekalipun mengubah janjinya untuk sentiasa dikenal sebagai perindu syahid.

Mungkin bagi sebagian manusia, kalau berbicara waktu akan segera teringat bahwa 'waktu yaitu uang', tapi bagi para perindu syahid, waktu sejatinya yaitu serpihan dari solusi (al-waktu juz-un min al-'ilaaj), serpihan dari upayanya untuk terus meningkatkan maqamnya di hadapan Rabbul 'Izzati wal Jalalah.

Hal ini sebab ia telah berada pada tingkat keyakinan yang penuh, tanpa keraguan sedikitpun, bahwa memang tiada pilihan lain bagi dirinya kecuali berada pada sebuah jalan, yang jalan itu diyakininya penuh dengan keberkahan dan keridhaan-Nya. Jalan yang menyediakan tanggapan terbaik yang amat besar dan sangat menarik hatinya, sehingga ia pun tetap fokus berada di dalam jalan tersebut.

Begitu pentingnya fokus dalam menjalani sesuatu, dalam apapun itu, namun dalam konteks ini, fokus untuk sentiasa berada dalam SHIRAT AL-MUSTAQIM. Sehingga Nabi kita yang mulia (Sha), hingga memvisualisasikan pelajarannya di atas pepasir, dengan menggariskan bahwa inilah jalan yang lurus itu, fokus lah untuk mengikutinya, dan jangan terkecoh dengan panggilan kiri dan kanan yang melenakan, jangan terkelabui dengan panggilan kiri dan kanan yang menyediakan kenikmatan semu, sebab di jalan SHIRAT AL-MUSTAQIM tersedia kenikmatan sebenarnya nan abadi.
Inilah tingkat keteguhan untuk tujuan hidup yang tertinggi.

Bersama ruh ini, kita bisa aplikasikan dalam seluruh acara kebaikan yang telah kita mulai. Jangan pernah berhenti sebelum insan meraih hal terbaik dari apa yang telah ia mulai.

Maka dalam konteks ini, ATS-TSABAT mempunyai unsur SHABR, dan saat berbicara SHABR, minimal ia mempunyai 3 dimensi:
1) Sabar dalam ketaqwaan;
2) Sabar dalam menjaga diri dari kemaksiatan;
3) Sabar saat diujikan dengan petaka pada kesempatan pertama.

Kalau begitu, apa kaitannya dengan surat Ali 'Imran?

πŸ’¦Pertama, yang harus dipahami, bahwa setiap ayat di dalam sebuah surah, atau antara surah dengan surah, atau ayat dengan surah, mempunyai kesatuan makna yang saling menguatkan. Inilah keindahan Al-Qur'an.

πŸ’¦Kedua, nama dari sebuah surah perlu ditadabburi sebab ia merupakan topik utama yang mengandung banyak pelajaran

πŸ’¦Ketiga, sebab ternyata di dalam surah ini mengandung banyak pelajaran ATS-TSABAT

▶Apa yang menciptakan seseorang berada pada sebuah jalan? PETUNJUK (Al-HUDA)

▶Apa yang menciptakan seseorang tetap berada pada sebuah jalan? PETUNJUK (AL-HUDA)

▶Untuk apa seseorang berada di dalam sebuah jalan? PETUNJUK (AL-HUDA)

▶Setiap hari, muslim berdo'a kepada Allah Swt untuk memohon AL-HUDA. Betul?
IHDINA, Berikan kami HUDA
Selalulah berdoa dengan seluruh adabnya
Setelah insan memujinya, menegaskan penghambaannya, ia berdo'a : IHDINA

Berikan kami HUDA

🌹Dan ternyata Allah Swt segera menjawab di dalam Q.S. Al-Baqarah, 'Fiihi HUDA"

🌹Dan ternyata Allah Swt membimbing kita di dalam Q.S. Ali 'Imran untuk sentiasa memohon supaya HUDA itu tidak tercerabut, "Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa ba'da Idz HADAItanaa ....."

Maka sudahkah kita membaca do'a 'IHDINA' itu dengan seluruh kekhawatiran bahwa do'a kita tidak dikabulkannya, dengan seluruh pengharapan lirih bahwa do'a kita dikabulkannya ..... (Introspeksi Diri)

Selanjutnya ... bila antum perhatikan, Surat Al Fatihah diakhiri dengan do'a, ternyata Surat Al Baqarah pun diakhiri dengan do'a (Rabbanaa Laa tahmil 'alainaa ....), dan ternyata Surat Ali 'Imran pun diakhiri dengan do'a sesudah insan diminta untuk sentiasa ingat kepadanya (Rabbanaa innaka man tudkhilinnaara faqad akhzaitah ....)

Inilah mengapa Nabi Saw mengajak umatnya, 'TA'ALLAMUU, Pelajarilah kedua surat ini.', dua surat yang disebut dengan ZAHRAWAAN, dua surat yang bercahaya.

🌿Perlu antum ketahui, bahwa Surat Ali 'Imran diturunkan sesudah Surat Al-Anfal, namun disusun sesudah Surat Al-Baqarah.

🌿Perlu antum ketahui, bahwa Surat ini bukan diturunkan kepada insan yang gres mengenal Islam, tapi Surat ini diturunkan 20 tahun sesudah masa kenabian. Diturunkan kepada insan yang sudah melewati ragam tribulasi dakwah!

πŸš€Dan ternyata seluruh isinya berkaitan dengan ATS-TSABAT (Keteguhan), dan ternyata semakin usang insan ber-Islam, ia tetap perlu dikuatkan motivasinya supaya sentiasa di dalam AL-HUDA.

Ini yang menciptakan bahwa tema ATS-TSABAT akan selalu relevan dalam seluruh umur-umur kita, sebab umumnya insan dalam berjalan menuju SHIRAT AL-MUSTAQIM sering terganggu sebab dua hal, kita sebut saja FAKTOR INTERNAL dan FAKTOR EKSTERNAL.

✅Kita sebut Faktor Internal, sebab biasanya Ats-Tsabat terganggu sebab sesuatu yang tiba dari dalam diri, mungkin berwujud pemikiran 'menyimpang' sebab berpikir mendalam tapi tidak di bawah naungan wahyu.

✅Kita sebut Faktor Eksternal, sebab biasanya Ats-Tsabat terganggu sebab faktor-faktor dari luar dirinya. Bukan berarti insan meninggalkan jalan AL-HUDA, tapi mungkin ia sekedar TIDAK MEMPRIORITASKANNYA, sebab kesibukannya di dunia mengejar harta, tahta dan wanita.

Allah Swt sangat mengetahui fitrah insan tersebut, maka membaca Surat Ali 'Imran perlu memahami bahwa surat ini memberi ruang obrolan dan obat untuk kedua duduk kasus tersebut, dan hal ini sanggup kita lihat bahwa FAKTOR INTERNAL dirangkum dalam ayat 01-120, dan FAKTOR EKSTERNAL dirangkum dalam ayat 121-200.

Apa hal besar yang diangkat dalam kedua serpihan besar itu dalam konteks Surat Ali 'Imran?

Berbicara wacana Faktor Internal akhir pemikiran yang terganggu, Allah Swt mengangkat cerita 60 Kristen ditemani 10 pemuka agamanya untuk berdebat dengan Nabi Saw terkait konsep Isa a.s sebagai Nabi.

Berbicara wacana Faktor Eksternal akhir gangguan luar yang membuatnya tidak memprioritaskan tujuan utamanya, Allah Swt mengangkat cerita Perang UHUD.

Islam yaitu agama Ilmiah dan Dialog, disinilah KASIH dan DAMAI Islam.

Hal itu tercermin, betapa perbedaan pemikiran antara Nabi Saw dan 70 orang Kristen yaitu 180 derajat, namun Nabi Saw mencontohkan betapa akhlaknya dalam melayani tamunya sangat-sangat luar biasa.

Dengan penuh hikmah Nabi Saw mengajarkan Kristen logika berpikir yang benar, mulai dari permisalan-permisalah sederhana, mulai meningkat medium, hingga puncaknya saat tidak ada kata sepakat, muncullah MUBAHALAH!

Dan TERNYATA ... sesudah itu Allah tutup pembicaraan itu dengan konsep SABAR, baca ayat 120!

Ingat bahwa mujahid perang UHUD yaitu Alumni BADAR, profesionalitasnya luar biasa, tapi tetap SABAR menjadi penting, maka Allah tutup pembicaraan itu, bahkan surat itu, dengan konsep SABAR, baca ayat 200!

Wahai orang-orang beriman, bersabarlah, dan bantulah sekitarmu untuk bersabar, dan tetaplah, teguhlah, profesionallah, dalam amanah, tugas, beban yang dipercayakan kepadamu!

Ya bahwa ALIF LAM MIM (Bukan judul film Indonesia), terkadang dimaknai sebagai nama Surat, Nama Ayat, atau huruf-huruf muqotha'ah tanpa makna, tapi juga para ulama mengingatkan bahwa ALIF LAM MIM yaitu juga huruf-huruf Arab yang dipakai oleh orang-orang Kristen sehari-harinya.

Maka kalau memang mereka mampu, cobalah buat surat yang mempunyai ruh ibarat AL-HUDA! Padahal AL-HUDA itu telah diwahyukan dengan ruh bagi para pembacanya!

Hanya di surat ini kemudian ditegaskan secara berulang bahwa ISLAM BUKAN AGAMA YANG PALING BENAR, setuju?

Maka untuk mencapai ATS-TSABAT itu, minimal ada 5 (LIMA) hal yang bisa kita lakukan:

πŸ”Ή1) Banyak berdo'a dan berlindung kepada-Nya, aneka macam do'a bertaburan menyelingi setiap pelajaran di surat ini, diantaranya WA TSABBIT AQDAAMANAA (TEGUHKAN/TETAPKAN PENDIRIKAN KAMI);

πŸ”Ή2) Banyak beribadah, sebab ibadah yaitu ruh dan sumber motivasi;

πŸ”Ή3) Dakwah, sebab dakwah melibatkan dialogis, mau'izhah, semangat menuntut ilmu, memindahkan fikrah dalam otak insan dari situasi kepuasan (qana'ah) kepada wilayah identitas (hawiyah) dan loyalitas (intima');

πŸ”Ή4) Menghayati betapa jelasnya tujuan hidupnya; dan

πŸ”Ή5) Ukhuwah.

Maka inilah diam-diam mengapa surat ini dinamakan ALI 'IMRAN, sebab Allah Swt telah mengangkat dua figur perempuan terbaik (Istri 'Imran, dan Maryam) sebagai rujukan keteladanan dalam ATS-TSABAT! Bahkan sebab keteguhannya, Nabi Zakaria a.s. pun mencar ilmu kepada Maryam, sebab perempuan terkadang sanggup dijadikan rujukan sebagai SIMBOL KETEGUHAN, maka jangan lupa, sesudah surat Ali 'Imran, dihadirkan Surat An-Nisa' (WANITA).

Maka ana tutup dengan do'a, Yaa Muqallibal Quluub, TSABBIT Quluubana 'alaa diinika, Yaa Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa 'alaa Thaa'atika.

Selanjutnya silahkan sharing pendapatnya.

Nas-alullaaha salaamatan wal 'aafiyah, al-'afwu minkum, Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸπŸŒΉ

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

πŸ’Ό Sebarkan! Raih pahala...
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+