Maria Ester Roman: Saya Menemukan Kedamaian Dalam Islam

Ridhmedia
28/01/17, 13:50 WIB

Apa yang kualami dikala ini berawal ketika saya masih berusia 20 tahun. Saat itu saya masih menyandang status sebagai mahasiswi. Aku mendengar perihal Islam dari beberapa temanku yang muslim.

Saat itulah pertama kali saya tahu, ada agama yang demikian. Karena rasa ingin tau yang ada pada diriku, dan juga dikarenakan saya mulai mempertanyakan kebenaran agamaku, Katolik, saya mulai mempelajari Islam.

Aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada temanku itu. Setiap pertanyaanku selalu berhasil mereka jawab. Semakin banyak yang kupelajari dan kuketahui, semakin bertambah pula keyakinanku akan kebenaran agama ini. Keputusan untuk memeluk agama ini pun tiba begitu cepat, hanya dalam empat bulan saja. Namun hal itu tidak mudah.

Tentu tidak gampang mengganti identitas diri yang seumur hidup telah kupegang. Bukan sebab saya tidak mau, tapi sebab orang-orang telah mengenalku dengan identitas tersebut. Sulit bagiku untuk meyakinkan mereka bahwa cara pandangku, cara interaksiku (antara pria dan perempuan, dll.), penampilanku, dll. akan berubah secara total.

Aku telah menekuni dunia modeling semenjak masih sangat muda, dikala usiaku 14 tahun. Dan entah bagaimana, saya mengasihi dunia tersebut. Aku suka jadi sentra perhatian, menyukai kompetisi, kegelamoran, dan tata rias. Dengan segala pencapaian dan kesuksesanku di bidang itu, entah mengapa saya merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang hilang, tapi saya tidak bisa mengetahui dengan sempurna perasaan itu. Aku tidak mengetahui apa yang membuatku merasa hampa. Namun tidak usang kemudian saya sudah mencicipi ketenangan dan kedamaian dengan kondisiku kini ini sebagai seorang muslimah.

Memeluk Islam

Aku telah mempertimbangkan beberapa opsi untuk diriku. Aku ingat kala itu saya sedang mengenakan toga wisudaku, kemudian saya berkata pada diriku sendiri “Apa yang akan kulakukan sesudah ini?”

Lalu di hari berikutnya, saya mengunjungi temanku dan kucurahkan semua kegelisahanku kepadanya. Saat saya hendak pulang, ia menutup nasihatnya dengan mengatakan, “Jangan khawatir Maria, ingatlah apa yang telah engkau lalui dan kemana engkau akan menuju. Tuhan niscaya akan membimbingmu dengan cahaya hidayah-Nya”.

Saat ia menuntaskan kalimatnya, saya membuka pintu meninggalkan rumahnya. Saat kubuka pintu, sinar matahari yang begitu berpengaruh menerangiku. Aku mengartikan hal itu sebagai balasan dari kegelisahanku. Saat itu juga kuputuskan untuk memeluk Islam. Di daerah itu, dikala itu juga.

Reaksi Keluarga dan Teman

Sebagaimana prediksiku, kedua orang tuaku terkejut dengan apa yang telah terjadi padaku. Mereka tidak bisa memahami mengapa saya mengambil keputusan demikian. Namun mereka berusaha menenangkan diri untuk tidak berlebihan menyikapi hal itu.

Setelah beberapa tahun, hasilnya orang tuaku mulai memahami dan mendapatkan kenyataan perihal diriku. Ketika mereka memasak daging babi, maka ibuku menyebarkan sajian khusus untukku. Ia juga selalu memberitahuku untuk mengenakan hijab di rumah, apabila ada tamu yang berkunjung.

Selain itu, aliran Islam juga membuatku semakin patuh kepada kedua orang tuaku. Aku mulai mengerti dan menghargai kerja keras mereka sebagai generasi pertama orang Puerto Rico yang hijrah ke Amerika.

Teman-temanku banyak yang membujukku untuk berubah pendirian dari Islam. Namun saya selalu memohon istiqomah kepada Allah. Dan Allah pun menolongku. Aku tidak menyesal dan –insya Allah- tidak pernah merasa menyesal dengan pilihanku ini.

Aku merasa muak dengan kehidupanku sebelumnya. Dan dikala ini, saya benar-benar telah menemukan kedamaian. Alhamdulillah, saya mempunyai kesempatan dan saya telah menentukan dan memanfaatkan kesempatan tersebut.

Islam membuatku menjadi langsung yang rendah hati. Aku merasa lebih sederhan dan kesucianku lebih terjaga.

(fath/kisahmuslim.com/arrahmah.com/1001-Kisah Islami.com)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+