Sumayyah Binti Khabath, Orang Ketujuh Yang Bersyahadat

Ridhmedia
30/04/17, 01:00 WIB

Hati Yasir dan Sumayyah yang suci dan higienis memudahkan mereka mendapatkan firman Allah SWT. Sumayyah binti Khabath ialah hamba sahaya milik Abu Huzaifah bin Mughirah. Ia dikenal sebagai Muslimah yang sabar dan rela berkorban demi keimanan.

Suami Sumayyah berjulukan Yasir. Ia bertemu dengan Yasir di Makkah. Ketika itu, Yasir dan dua saudaranya, al-Harits dan Malik, sedang mencari saudara mereka. Ia hilang semenjak beberapa tahun terakhir.

Ketiga cowok itu mencari sampai ke pelosok dan penjuru banyak sekali kota, tetapi tak mendapati kabar wacana saudara mereka. Sampai di Makkah, kabar tak jua datang. Al-Harits dan Malik tetapkan untuk pulang. Namun, Yasir mengambil jalan lain. Ia tetap tinggal di Makkah.

Dalam tradisi masyarakat Arab, seorang gila yang ingin menetap di suatu tempat harus mengikatkan perjanjian dengan tokoh ternama di tempat tersebut. Dengan begitu, ia mendapatkan santunan dari gangguan masyarakat yang tidak menyukai kehadirannya. Ia juga sanggup tinggal dengan damai dan nyaman di bawah santunan sang tokoh.

Di Makkah, Yasir mengikat perjanjian dengan Abu Huzaifan bin al-Mughirah al-Makhzumi. Lelaki ini sangat menyukai Yasir alasannya ialah sifatnya yang baik. Tindak tanduknya menyenangkan serta latar belakangnya dari keluarga terhormat.

Untuk memperkuat hubungan dengan Yasir, Abu Huzaifah menikahkan cowok ini dengan salah seorang budaknya, Sumayyah. Pernikahan mereka berlangsung dengan baik. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai seorang putra berjulukan Ammar bin Yasir. Kehadiran Ammar dalam kehidupan rumah tangga Sumayyah dan Yasir rupanya membawa banyak sekali keberkahan, terutama dalam hal keimanan mereka.

Suatu hari, Ammar pulang ke rumah dengan langkah cepat. Ia meraih tangan kedua orang tuanya. Ia mengucapkan salam dan membaca ayat suci Quran di hadapan mereka. Hati Yasir dan Sumayyah yang suci dan higienis memudahkan mereka mendapatkan firman Allah SWT. Tak perlu waktu lama, mereka tergerak untuk masuk Islam. Para hebat sejarah mencatat bahwa Sumayyah merupakan orang ketujuh yang menyatakan Islam dikala itu.

Seperti Muslimin lain sebelum hijrah, Sumayyah dan keluarganya menjalankan perintah Allah SWT dengan diam-diam. Mereka shalat di rumah dan gua-gua supaya tidak diketahui kaum Quraisy. Meski demikian, gencarnya pengawasan kafir Quraisy terhadap para sobat menciptakan ada saja gosip yang masuk dikala salah satu di antara mereka yang masuk Islam.

Keluarga Sumayyah bukan berasal dari kalangan bangsawan. Sumayyah pun hanya bekas budak yang dimerdekakan tuannya. Statusnya ini membuatnya menjadi incaran kaum Quraisy supaya kembali lagi memeluk agama nenek moyang.

Kabar masuknya Yasir dan keluarganya ke dalam agama Islam menyebar dengan cepat di kalangan Bani Makhzum. Mereka murka besar. Mereka berbondong-bondong mendatangi keluarga kecil itu dan menyiksa keduanya dengan keras.

Salah satu tokoh yang sangat populer dalam penyiksaan tersebut ialah Abu Jahal. Kepada orang-orang yang terang-terangan mengaku sebagai Muslim, Abu Jahal memimpin Bani Makhzum untuk menyiksa mereka. Ia juga mengobarkan permusuhan kepada para saudagar yang masuk Islam. Ia berjanji akan menutup pintu-pintu perdagangan yang mereka lakukan.

Walau menghadaapi siksaan bertubi-tubi, Sumayyah tetap tegar dalam mendapatkan cobaan. Ia menghadapi Abu Jahal layaknya seorang pejuang. Ia menolak bahaya Bani Makhzum dan perintah supaya kembali pada keyakinan nenek moyang mereka. Penderitaannya mulai berbuah dengan datangnya kabar bangga dari Rasulullah SAW. Beliau mengatakan, Sumayyah dan keluarganya akan memperoleh jaminan masuk nirwana dari Allah SWT. Tak usang sehabis kabar itu datang, maut menjemput Sumayyah sekeluarga. Mereka menjadi syahid dan syahidah pertama dalam sejarah Islam.

Sumber ; republika.co.id/islamic-center.or.id
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+