Kala itu, Umar sedang mengadakan perjalanan ke suatu tempat. di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang anak penggembala kambing.
Anak ini hidup sebatang kara sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dia pun hidup mengandalkan upah yang diperolehnya dengan menggembala kambing.
Melihat si anak itu, Umar kemudian ingin menguji apakah anak ini sanggup bersikap jujur dan amanah. Maka, didekatilah si anak ini.
“Banyak sekali kambing yang kamu pelihara. Semuanya anggun dan gemuk-gemuk. Juallah kepadaku barang satu ekor saja,” kata Khalifah Umar kepada si anak gembala.
“Saya bukan pemilik kambing-kambing ini. Saya hanya menggembalakan kambing-kambing ini dan memungut upah darinya,” kata anak gembala.
“jika kamu jual pada ku, Katakan saja kepada majikanmu, kalau salah satu kambingnya dimakan serigala,” ucap Khalifah Umar.
Anak gembala itu terdiam. Sejenak kemudian, ia kemudian berkata, “Di mana Allah? Di mana Allah? Jika tuan menyuruh saya berbohong, di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah tuan mau menjeruskan saya ke dalam neraka dikarenakan telah berbohong?”
Mendengar balasan itu, Khalifah Umar menitikkan air mata. Dipeluknya anak gembala itu, kemudian ia meminta semoga si anak gembala itu mengantarkannya kepada sang majikan.
Setelah bertemu dengan majikan si anak gembala, Khalifah Umar kemudian menawar harga anak itu. Kesepakatan terjadi, dan si anak gembala ini dimerdekakan oleh Khalifah Umar.
Selain itu, Khalifah Umar juga membeli semua kambing yang digembalakan si anak tadi. Kambing-kambing itu kemudian diberikan kepada si anak gembala, dan menjadi hak penuh miliknya, sebagai hadiah atas kejujuran dan amanah si anak tadi.
Dari dongeng diatas menandakan bahwa kejujuran ialah nilai yang peling tinggi yang harus di pegang oleh kita semua. Walau ada kesempatan untuk menjual kambingnya tanpa sepengetahuan dari majikanya tetapi Allah maha tahu atas segala apa yang kita kerjakan didunia.
[ Dikutip Dari laman Dunia Islam.org/1001-Kisah Islami