“Mungkin banyak ikan yang tertangkap,” pikirnya. Maka ia mengikatkan tali jalanya di tiang dan beliau pun kembali menyelam. Tapi apa daya, ternyata jalanya hanya berisi keranjang yang sudah penuh dengan lumpur.
Ia kembali mengeluh:
“Duhai benar-benar jelek nasibku!
Wahai nasib buruk, pergilah! Atau setidaknya ringankanlah!
Bukankah saya tidak pernah meminta lebih?
Aku hanya mencari sedikit rizki, tapi yang kudapati hanyalah rasa letih.
Tapi saya salah mengeluh padamu, alasannya yakni menciptakan orang menjadi sengsara yakni kesenanganmu.
Orang yang baik kamu buat menderita sementara orang-orang jahat yang tidak mempunyai kebaikan kamu muliakan.”
Sedetik lalu nelayan itu meratapi perkataannya dan sambil membersihkan jaringnya beliau memohon ampun atas ketidaksabarannya. Masih dengan sedikit marah, nelayan itu menebarkan jalanya untuk ketiga kalinya namun yang didapatinya hanyalah setumpuk kulit kerang, watu dan lumpur. Bayangkan betapa murung dan marahnya sang nelayan, alasannya yakni sampai waktu Dzuhur tiba, belum satu pun ikan yang ia dapatkan...
Halaman Selanjutnya... Halaman Sebelumnya...