Dartje Herlina Susianthy : Mimpi Disuruh Wudhu Dan Shalat

Ridhmedia
24/03/19, 14:41 WIB



Saya lahir di Jakarta, 17 Juni 1970. Saya dibesarkan di lingkungan penganut Katolik. Sejak kecil, saya diperkenalkan dengan anutan agama itu. Saya pun sekolah di SD Katolik. Namun, ketika duduk di dingklik sekolah lanjut pertama {SMP), saya mulai bergaul dengan teman-teman yang beragama Islam. Mereka sangat baik dan toleran. Sikap mereka ini menciptakan saya bersahabat dengan mereka.

Secara perlahan-perlahan, saya memperhatikan anutan agama dan tata cara ibadah mereka. Sepertinya ada perasaan yang menarik saya untuk terus mengikuti anutan agama yang mereka anut. Dengan sengaja saya ikut pelajaran mereka. Teman-teman saya yang beragama Islam tidak keberatan. Bahkan, mereka senang. Lambat laun saya mulai meninggalkan pelajaran agama Kristen yang diberikan setiap hari Jumat. Entah mengapa itu sanggup terjadi. Dan, saya begitu bahagia mengikuti pelajaran agama Islam.

Saya masih mengikuti pelajaran agama Islam hingga saya duduk di kelas dua SMP. Ketika pelajaran itu, saya oleh guru disuruh membaca surah dalam Al-Qur'an. Saya bingung. Saya terdiam. Guru itu terus menyuruh saya membaca ayat suci itu. Sambil terputus-putus alasannya saya diajari oleh sobat di balik kaca-saya mencoba membaca ayat suci itu.

"Kamu tidak sanggup baca Al-Qur'an, Lina?" tanya guru agama. Saya diam. Akhirnya, guru itu tahu mengapa saya membaca terputus-putus. Guru itu segera menegur sobat yang mengajari saya. "Kamu ngapain di situ?" tegur pak guru. Teman saya menjawab bahwa beliau sedang membantu saya membaca Al-Qur'an.

"Memangnya Lina tidak mengaji?" tanya pak guru lagi. "Tidak," jawab saya spontan. Kemudian, guru itu pun bertanya apa agama saya yang sebenarnya. Saya menjawab, Katolik. Guru itu heran mengapa saya ikut pelajaran agarna Islam, sedangkan saya bermacam-macam Katolik.

Saya segera menyadari bahwa saya belum Islam. Tapi saya begitu bahagia mengikuti pelajaran itu. Saya mohon biar saya tetap diizinkan mengikuti pelajaran agama Islam. Lambat laun pengetahuan saya ihwal Islam makin dalam. Artinya, saya mulai meninggalkan anutan agama saya sendiri. Saya malas mengikuti pelajaran agama Kristen setiap hari Jumat.

Untuk sanggup mengikuti pelajaran agama Islam, saya minta kepada sobat saya untuk membantu mengajarkan saya mengaji Al-Qur'an. Mereka sangat senang. Dengan agak malu, saya mulai berguru dari dasar atau dari alif-ba-ta. Saya menangis, sudah sebesar ini gres berguru alif-alifan. Namun, saya sadar bahwa ini ialah permulaan bagi saya untuk menggapai Islam.

Bukan berguru mengaji saja yang saya lakukan, tetapi saya juga berguru tata cara ibadah, berwudhu, dan shalat. Teman-teman saya terus mengajari, walaupun saya tidak tahu makna dari ibadah itu. Saya begitu bahagia melakukannya.

Setelah diajari tata cara ibadah itu, saya berpikir bahwa agama Islam itu sangat menekankan kebersihan dan kesucian Bagai mana tidak, sebelum kita melaksanakan shalat atau menghadap Tuhan (Allah), kita diharuskan untuk bersuci, baik dari hadas kecil maupun hadas besar. Sungguh hal yang menakjubkan. Ini tidak ada dalam tata cara ibadah agama saya: Katolik.


Mimpi disuruh Shalat

Suatu malam, saya bermimpi. Dalam mimpi itu, saya dituntun dan disuruh mengambil air wudhu dan shalat oleh seorang bapak dan ibu yang tidak saya kenal. Untuk melaksanakan shalat, saya diberinya mukena. Pada ajun saya diberikan Al-Qur'an serta tasbih yang dikalungi pada tangan itu juga. Jari-jemari tangan saya digenggam erat oleh mereka. Saya bertambah bingung. Saya berpikir ibadah ini sangat berbeda dengan ibadah agama Katolik.

Pagi harinya, saya ceritakan mimpi itu kepada ibu saya. Setelah mendengar dongeng itu, ibu bertanya apakah saya ingin masuk Islam? Saya pun mengiyakan. Tekad saya sudah bulat. Akhirnya, ibu menyampaikan biar saya harus membulatkan tekad untuk pindah keyakinan. Katanya, itu hak saya alasannya saya sudah cukup umur dan bebas memilih pilihan dalam agama.

Niat untuk pindah keyakinan sudah bulat. Keluarga saya tidak menghalangi niat saya. Bahkan, mereka menyuruh saya memanggil guru mengaji ke rumah Saat pengajian dilakukan, mereka ikut mendengarkan. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas taufik dan hidayah-Nya, kami sekeluarga jadinya masuk Islam.

Upacara pengislaman kami sekeluarga berlangsung sempurna dua hari menjelang Ramadhan. Pengislaman diri dan keluarga saya dilakukan di rumah dengan dibimbing oleh seorang ustadz. Saya bersuka cita dan besar hati alasannya niat saya sudah terkabul. Dan, bahkan diikuti oleh keluarga saya.

Dengan menjadi seorang muslimah, saya yakin Islam ialah agama yang benar dan baik. Dalam agama Islam saya yakin bahwa apa yang saya minta selalu dikabulkan oleh Allah.

Saya punya kenangan yang menciptakan saya yakin bahwa Allah itu selalu mendengar doa hamba-Nya. Suatu ketika, ketika saya berangkat kuliah, hujan turun deras. Saya nekat akan menerobosnya alasannya ketika itu akan ujian. Saya nekat sambil terus berdoa. Alhamdulillah, doa yang saya baca walaupun hanya bahasa Indonesia, ternyata didengar oleh Allah. Hujan pun seketika eksklusif berhenti.

Setiap menjelang ujian, saya berdoa biar sanggup nilai baik. Alhamdulillah, doa saya terkabul. Sejak ketika itu, saya yakin bahwa doa kaum muslimin selalu didengar oleh Allah.

Saya begitu bahagia menjalankan semua perintah yang diajarkan oleh agama Islam. Puasa, shalat, baik sunnah maupun wajib--adalah ibadah rutin saya. Puasa di tahun pertama keislaman saya sangat berkesan. Saya begitu menikmati ibadah puasa itu.

Untuk mendalami Islam, saya mengikuti aneka macam pengajian. Khusus hari Minggu pagi, saya pergi mengaji ke Majelis Taklim Ahad pagi di Masjid Al-A'raf T.B. Walisongo. Setiap mendengar ceramah agama, hati saya bagitu tersentuh, tenteram, dan tenang. Siraman rohani itulah yang menjadi makanan jiwa saya.

Setelah menjadi seorang muslimah, terkadang saya suka membandingkan dengan agama saya yang dulu. Jika di Katolik, saya hanya satu kali dalam satu ahad berdoa di gereja. Tapi, dalam Islam saya sanggup lima kali dalam setiap harinya. Dan, itu sanggup dilakukan di mana saja. Sebab, masjid dan mushalla ada di mana-mana. Tidak ibarat gereja.

Saya bersyukur menjadi seorang muslimah. Selain gampang beribadah, saya juga menerima saudara gres yang seakidah dan seagama. Saya bertekad untuk terus memegang anutan agama Islam dan mergalankan semua perintah agama. Saya yakin Allah selalu mengabulkan permohonan dan doa hambaNya.

Mimpi yang menyuruh saga berwudhu dan shalat serta ikut pelajaran agama Islam di sekolah merupakan rahmat yang patut saya syukuri. Sebab, keduanya mengantarkan saya kepada agama yang bertauhid; yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran.
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+