Malang nian nasib jendral kita ini, Prabowo Subianto. Setelah merasa tidak mendapat garansi berkunjung ke Jokowi, pergi ke Surya Paloh serta akhirnya Prabowo "ngasor" sowan ke Cak Imin agar mendapat restu menjadi Makmum Jokowi.
Bukannya mendapat apresiasi, Prabowo justru disebut masbuk. Masbuk yaitu istilah bagi Makmum sholat yang terlambat berjamaah. Menurut PKB, Prabowo datang akhir, datang belakangan, menjadi jatah menteri ya terakhir. Itupun bahwa masih ada sisa kursi.
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengibaratkan sinyal bergabungnya Gerindra ke koalisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) selaku "makmum masbuk" dalam salat. Hal ini disampaikan oleh Waketum PKB Jazilul Fawaid yang menjelaskan maksud pernyataan Cak Imin.
Kalau hendak tega, bisa menjadi Cak imin bilang Prabowo itu tidak punya wudlu. Jadi tidak sah bermakmum kepada Jokowi. Dulu saja, Prabowo menuding Jokowi mencurangi Pilpres, masak sekarang merapat, mengungkap kalah, serta meminta jatah ?
Surya Paloh tidak terlalu langsung menolak Prabowo, sebab Surya Paloh juga kemungkinan bakal bernasib sama dengan Prabowo. Diabaikan Mega. Hanya, Surya Paloh masih bisa berdeklamasi dibalik wacana amandemen konstitusi menyeluruh bersama Prabowo. Hehe, pinter saja partai ini bermanuver.
Namun, Irma chaniago Nasdem tegas-tegasan tidak nyaman dengan merapatnya Prabowo ke kubu Jokowi. Dulu kan Prabowo lawan Jokowi ? Kenapa sudah kalah gabung ? Seharusnya, Prabowo bersama Gerindra menjadi oposan saja. Kalau merapat ke Jokowi, khawatir menggeser jatah menteri partai pengusung Jokowi. Khususnya khawatir menggeser jatah Nasdem.
Bagi partai pengusung Jokowi, Prabowo cuma merusak kebahagiaan pesta kemenagan Jokowi yang diusung partai koalisi Jokowi. Waktu musim tanam tidak hendak berkeringat, giliran tinggal panen pura-pura mendekat biar diajak panen bareng.
Apalagi PKB, jelas punya ambisi besar. Dulu minta 10 kursi, sekarang minta 5 menteri. Belum lagi, unsur PKB yang juga NU, minta porsi tersendiri dari NU. Kehadiran Prabowo cuma dianggap mengurangi selera makan pada acara pesta kemenagan partai pengusung Jokowi.
Itulah, kondisi yang dihadapi Prabowo. Dia, sudah menuai tuah serta akibat dari meninggalkan Pendukung serta pemilihnya. Mendapat balasan dari mengabaikan ulama serta elemen pergerakan Islam.
Saat ini partai Gerindra tidak mempunyai pijakan jelas, apakah berkoalisi atau beroposisi. Berkoalisi, peluang ketua MPR RI sudah hilang, mengais menteri harapannya juga kecil, apalagi ditengah keengganan partai pendukung Jokowi.
Mau balik badan menjadi oposisi sudah kehilangan momentum. Apapun narasi yang digaungkan Prabowo, tidak bakal lagi menarik simpati umat. Saat ini, Prabowo Kemana-mana hanya membawa kartu mati. Kasihan.
Penulis: Nasrudin Joha