Iba juga dengan Menteri Agama
Terkadang Saya iba juga dengan Menteri Agama yang baru ini. Entah kenapa? Ia seperti terjebak atau terjerat seorang diri. Agak repot juga ia terlihat, memperbaiki ucapannya sendiri. Mungkin terlalu bersemangat, lalu keliru menempatkan diri, sehingga ia seperti dikecam seantaro republik. Padahal, ia seorang tentara yang mestinya terbiasa dekat dengan rakyat.
Kapolri yang baru dengan tenang berkata kalau radikalisme tidak identik dengan umat Islam. Pernyataannya itu dishare di mana-mana serta viral. Bahkan, Kepala BNPT pun mengatakan, radikal tidak identik dengan pakaian seseorang. Nah, lho? Jadi Menteri Agama yang baru ini, apa sebetulnya? Orang membanding-bandingkan, mana pernyataan yang tendesius mana yang bukan. Padahal, ya padahal. Sama-sama tahulah.
Menpan-RB selaku yang membawahi aparatur negara juga turut berkomentar. Walau melarang pegawainya bercadar, ia terlihat tenang-tenang saja, menanggapi soal cadar serta celana cingkrang yang dipopulerkan Menteri Agama yang baru ini. Katanya, setiap instansi biasanya Telah punya aturan dalam berpakaian. Hari ini pakaian ini, hari itu pakaian itu, serta seterusnya. "Selama ini tidak ada masalah," tegasnya. Santai.
Jadi, Menteri Agama yang baru ini seperti bikin gaduh seorang diri saja. Bisa menjadi memang ia sengaja diperintah begitu, tapi boleh menjadi juga tidak begitu. Dianya saja yang keliru menerjemahkan apa yang mestinya menjadi tupoksinya. Yang tidak perlu seolah-olah menjadi perlu serta penting, begitu sebaliknya. Luka lama menganga kembali. Yang harusnya Telah selesai, menjadi dimulai lagi serta melebar ke mana-mana.
Sehingga, dugaan saya, kalau ada reshuffle dalam waktu dekat, maka Menteri Agama yang baru ini, termasuk yang bakal kena. Dan yang mereshuffle bakal dapat poin.
Bandingkan dengan Mendikbud, misalnya. dia juga terkena isu yang rada-rada mirip serta dalam sebetulnya. Tapi, dia memilih diam serta mulai bekerja apa yang menjadi tupoksinya. Pikiran-pikirannya dilontorkan serta pelan-pelan orang mulai yakin, minimal memberikan kesempatan untuknya bekerja serta berbuat.
Jika Menteri Agama kita yang baru ini, jauhlah. Iba kita.
(Oleh: Erizal)