Menag: Bahwa Di Bumn Ada Yang Benci Pemerintah, Keluar!

Ridhmedia
20/11/19, 15:45 WIB

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi meminta pegawai BUMN yang membenci pemerintah buat secepatnya mengundurkan diri. Fachrul berkata masih banyak orang yang mau mengabdikan diri buat bangsa melalui BUMN.

"Saya di BUMN saya bilang kalau BUMN ini ada yang membenci pemerintah, keluar dari BUMN. BUMN enggak butuh Anda. Kalian digaji oleh pemerintah buat melayani masyarakat mewakili pemerintah, bukan menjelek-jelekan pemerintah. Kalau anda menjelekkan pemerintah, keluar dari BUMN. Ada ribuan, ratusan ribu, jutaan orang yang mau masuk ke sini," kata Fachrul di di acara Sarasehan Bintalad TA 2019, di Mabes AD Binas Pembinaan Mental, Jalan Kesatrian VI, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/11/2019).

Mantan Wakil Panglima TNI itu juga meminta jika ada pegawai BUMN yang enggak menghormati bendera buat diperiksa. kalau memang enggak bisa dibina, Fachrul meminta pegawai tersebut dikeluarkan.

"Saya katakan tegas saja, kalau ada yang enggak menghormati bendera, enggak menghormati lagi kebangsaan Indonesia Raya, saya langsung perintahkan, periksa dia, kalau dia enggak bisa dibina, keluarkan. Banyak orang yang menunggu buat masuk menjadi pegawai," ujar Fachrul.

Ia menegaskan enggak ada ruang bagi orang-orang yang enggak mau menegakkan NKRI. Pelecehan terhadap simbol negara, menurut Fachrul, adalah persoalan serius.

"Kembali saya katakan, dalam hal-hal ini kita tidak usah memberikan ruang. Tegas saja kalau anda mau sama-sama kita menegakkan NKRI atau Kalian musuh dalam selimut, kalau musuh dalam selimut, silakan Kalian keluar. Banyak orang lain yang siap mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia," tegas dia.

"Pelecehan terhadap simbol negara melalui media sosial, lagu Indonesia Raya, penghormatan bendera dan sebagainya, semuanya itu maka pimpinannya setiap atasan langsung yang bersangkutan pada instansi pemerintahan mana pun, pusat dan daerah wajib melakukan pencegahan, pembinaan, pengawasan, dan menjatuhkan sanksi terhadap perilaku radikalisme tersebut sebagai bentuk optimalisasi pengawasan," sambung dia.

Fachrul lantas bicara mengenai radikalisme yang bukan cuma datang dari satu agama. Radikalisme, dalam pemahaman Fachrul, pun bisa bernuansa ekonomi dan politik.

"Penting dicatat, dinamika radikalisme dan ekstremisme bukan di satu agama saja melainkan ada di banyak agama dan radikalisme dan ekstremisme enggak melulu bernuansa agama. Karena ada pula radikalisme dalam ekonomi dan politik. Monopoli ekonomi yang mengabaikan rasa keadilan masyarakat misalnya menjadi bentuk ektsremisme bernuansa ekonomi," tutur dia.

Karena itu, Fachrul mendorong sikap beragama yang moderat. Ini dirasa penting buat mewujudkan toleransi dalam kehidupan bangsa Indonesia.

"Pandangan dan sikap yang moderat dapat menciptakan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kokoh. Kokohnya rasa nasionalisme ini menjadi bahan bakar yang dapat melesatkan kemajuan Indonesia menjadi negara lima besar ekonomi dua," imbuh dia. [detik.com]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+