Oleh: Zeng Wei Jian
PROFESOR Rocky Gerung pemain kata handal. Pertama; dia berkata, "Kitab Suci adalah fiksi". Felix Siau geram.
Ngeles sana-sini. Muka pucet. Bikin Definisi sendiri. Interpretasi ngasal. Gotcha..!! The whole community was being fooled.
"Fiksi" seenaknya dibedain dengan "Fiktif". Padahal esensinya sami mawon. "Fiksi" artinya; an invention or fabrication as opposed to fact. Baca kamus bahasa Inggris.
Kedua; Rocky Gerung bilang Pak Prabowo sampah. DPC Gerindra Jakarta Timur sudah siap berangkat ke Bareskrim; bikin Laporan atas nama Rocky Gerung. Tapi dilarang. Pak Prabowo bilang, "It's okay".
Pembelaan diri kedua, Rocky Gerung bilang itu "Sarcasm". Public "ISIS-Wannabe" hayoo aja. Nurut. Tumpul. Nggak punya daya kritis.
Ketiga; Rocky Gerung berkata, "Presiden Tak Paham Pancasila". Publik dongo membela; itu kritik bukan menghina.
Publik Dongo nggak bisa bedain antara kritik dan hujatan. Between critique and denouncement. Antara kritik dan condemnation.
Yang dilakukan Rocky Gerung itu bukan kritik. Tapi "to denounce" dan "to condemn" Presiden Jokowi. Ada unsur "mockery" di situ.
Sekalipun Presiden bukan simbol negara nggak berarti dia bebas dihina dan dikutuk. Take the case of Habib Jaffar Soddik Alatas yang baru-baru ini ditangkap karena diduga menghina Wapres Kyai Maruf Amin.
To denounce artinya to make known in a formal manner. "To stigmatize" secara terbuka.
Rocky Gerung tandas menyatakan, Presiden nggak paham Pancasila. Itu stigmatisasi buruk.
Perbedaan "criticism" dan "condemnation" bersifat halus. Wajar banyak orang nggak bisa bedain. Especially those uneducated culprits.
Criticism dan condemnation seringkali punya form dan colour serupa. Tapi spiritnya beda jauh. Bagai langit dan bumi.
Criticism is out of compassion. Sedangkan condemnation bersumber pada hatred. Criticism is to awaken. Condemnation is to destroy. Obyektif dari Criticism is discovery. Condemnation punya motif to demolish the oponent, to trample Jokowi underfoot.
Di mana posisi politik Rocky Gerung memperjelas itu. Seandainya dia ada di barisan pemerintah, boleh jadi koreksinya bersifat kritik membangun.
Tapi bila dia berada dalam barisan Oposisi Poros III maka sudah pasti statement tuduhan "Presiden Tidak Paham Pancasila" adalah sebuah condemnation dalam rangka mendegradasi Presiden Jokowi.
Aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)
PROFESOR Rocky Gerung pemain kata handal. Pertama; dia berkata, "Kitab Suci adalah fiksi". Felix Siau geram.
Ngeles sana-sini. Muka pucet. Bikin Definisi sendiri. Interpretasi ngasal. Gotcha..!! The whole community was being fooled.
"Fiksi" seenaknya dibedain dengan "Fiktif". Padahal esensinya sami mawon. "Fiksi" artinya; an invention or fabrication as opposed to fact. Baca kamus bahasa Inggris.
Kedua; Rocky Gerung bilang Pak Prabowo sampah. DPC Gerindra Jakarta Timur sudah siap berangkat ke Bareskrim; bikin Laporan atas nama Rocky Gerung. Tapi dilarang. Pak Prabowo bilang, "It's okay".
Pembelaan diri kedua, Rocky Gerung bilang itu "Sarcasm". Public "ISIS-Wannabe" hayoo aja. Nurut. Tumpul. Nggak punya daya kritis.
Ketiga; Rocky Gerung berkata, "Presiden Tak Paham Pancasila". Publik dongo membela; itu kritik bukan menghina.
Publik Dongo nggak bisa bedain antara kritik dan hujatan. Between critique and denouncement. Antara kritik dan condemnation.
Yang dilakukan Rocky Gerung itu bukan kritik. Tapi "to denounce" dan "to condemn" Presiden Jokowi. Ada unsur "mockery" di situ.
Sekalipun Presiden bukan simbol negara nggak berarti dia bebas dihina dan dikutuk. Take the case of Habib Jaffar Soddik Alatas yang baru-baru ini ditangkap karena diduga menghina Wapres Kyai Maruf Amin.
To denounce artinya to make known in a formal manner. "To stigmatize" secara terbuka.
Rocky Gerung tandas menyatakan, Presiden nggak paham Pancasila. Itu stigmatisasi buruk.
Perbedaan "criticism" dan "condemnation" bersifat halus. Wajar banyak orang nggak bisa bedain. Especially those uneducated culprits.
Criticism dan condemnation seringkali punya form dan colour serupa. Tapi spiritnya beda jauh. Bagai langit dan bumi.
Criticism is out of compassion. Sedangkan condemnation bersumber pada hatred. Criticism is to awaken. Condemnation is to destroy. Obyektif dari Criticism is discovery. Condemnation punya motif to demolish the oponent, to trample Jokowi underfoot.
Di mana posisi politik Rocky Gerung memperjelas itu. Seandainya dia ada di barisan pemerintah, boleh jadi koreksinya bersifat kritik membangun.
Tapi bila dia berada dalam barisan Oposisi Poros III maka sudah pasti statement tuduhan "Presiden Tidak Paham Pancasila" adalah sebuah condemnation dalam rangka mendegradasi Presiden Jokowi.
Aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)