RIDHMEDIA - Pernyataan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko dalam menyikapi tindak kekerasan terhadap muslim Uighur di Xinjiang, China dianggap sangat mengejutkan.
Moeldoko menyebut Indonesia tidak akan ikut campur urusan dalam negeri negara lain, termasuk China. Menurutnya, sikap itu sesuai dengan prinsip dalam hubungan internasional
Terkait hal ini, Sekretaris Umum DPP Front Pembela Islam (FPI), Munarman, angkat bicara. Katanya, memang lidah jadi kelu bila terlalu banyak makan utang dari China.
"Konstitusi Indonesia dan Pancasila itu salah satunya adalah kemanusiaan yang adil dan beradab serta misinya menghapus penjajahan dari muka bumi. Kalau berpegang kepada konstitusi dan Pancasila, harusnya statement-nya tidak begitu," sebut Munarman seperti melansir rmol.id.
"Jadi sekarang ketahuan tuh, siapa sesungguhnya yang tidak Pancasilais dan tidak komitmen dengan konstitusi Indonesia," sambungnya.
Menurut Munarman, sangat sulit berharap kepada pemerintah untuk sekadar bersikap terhadap masalah Uighur.
"Ibarat pepatah, bagai pungguk merindukan bulan. Apalagi berharap bertindak. Jauh panggang dari api," katanya.
"Karena hubungan antara pemerintah Indonesia dengan China dalam skema patron-klien, hamba dan majikan," tutup Munarman.[ljc]
Moeldoko menyebut Indonesia tidak akan ikut campur urusan dalam negeri negara lain, termasuk China. Menurutnya, sikap itu sesuai dengan prinsip dalam hubungan internasional
Terkait hal ini, Sekretaris Umum DPP Front Pembela Islam (FPI), Munarman, angkat bicara. Katanya, memang lidah jadi kelu bila terlalu banyak makan utang dari China.
"Konstitusi Indonesia dan Pancasila itu salah satunya adalah kemanusiaan yang adil dan beradab serta misinya menghapus penjajahan dari muka bumi. Kalau berpegang kepada konstitusi dan Pancasila, harusnya statement-nya tidak begitu," sebut Munarman seperti melansir rmol.id.
"Jadi sekarang ketahuan tuh, siapa sesungguhnya yang tidak Pancasilais dan tidak komitmen dengan konstitusi Indonesia," sambungnya.
Menurut Munarman, sangat sulit berharap kepada pemerintah untuk sekadar bersikap terhadap masalah Uighur.
"Ibarat pepatah, bagai pungguk merindukan bulan. Apalagi berharap bertindak. Jauh panggang dari api," katanya.
"Karena hubungan antara pemerintah Indonesia dengan China dalam skema patron-klien, hamba dan majikan," tutup Munarman.[ljc]