Ridhmedia - Gus Mus menjadi salah satu tokoh yang memberi ceramah saat gelaran acara Haul Gus Dur 2019 di Ciganjur, Jakarta Selatan. Salah satu poin ceramah yang disampaikan Gus Mus saat itu kritiknya atas perilaku beragama yang cenderung intoleran dan membenci sesama manusia yang berbeda.
“Jadi kalau sampean beragama, tapi masih membenci sesama manusia, maka inilah yang seharusnya hijrah, hijrahlah dan pindah saja kiyainya, karena manusia yang mengerti adalah manusia yang memanusiakan manusia,” terang Gus Mus seperti dilansir dari Islami.co, Senin (30/12/2019).
Gus Mus meminta kita untuk menggunakan akal kita saat beragama. Menurut Gus Mus, setiap orang memiliki perbedaan. Orang yang alim atau pemimpin yang baik, bagi Gus Mus, adalah orang yang dapat memanusiakan manusia, memahami bahwa setiap manusia itu berbeda. Memahami perbedaan manusia tersebut dapat termasuk sebagai memanusiakan manusia.
“Untuk menjadi baik kita harus menggunakan akal budi kita, jangan hanya lihat dari penampilan saja, tetapi juga lihat dari sisi kemanusiannya, kalau tidak sama prinsip, langsung dianggap bukan manusia, dianggap salah,” lanjut Gus Mus.
Menurut sahabat karib Gus Dur ini, beberapa orang menjadikan dirinya sebagai tolok ukur benar dan salah seorang.
“Manjadikan dirinya sendiri sebagai tolok ukur manusia, mentang-mentang ahli zikir, langsung saja menjadikan tolak ukur sebagai manusia dan benar salah adalah dirinya sendiri, tidak seperti itu,” terang Gus Mus.
Gus Mus mengetuk hati kita, menyadarkan kita bahwa tidak semua orang memiliki tolok ukur yang sama. Memahami hal ini akan dapat menjadikan kita lebih memahami perbedaan dan memanusiakan manusia seperti Gus Dur dan nilai-nilai, serta teladan yang telah Gus Dur lakukan.[ljc]
“Jadi kalau sampean beragama, tapi masih membenci sesama manusia, maka inilah yang seharusnya hijrah, hijrahlah dan pindah saja kiyainya, karena manusia yang mengerti adalah manusia yang memanusiakan manusia,” terang Gus Mus seperti dilansir dari Islami.co, Senin (30/12/2019).
Gus Mus meminta kita untuk menggunakan akal kita saat beragama. Menurut Gus Mus, setiap orang memiliki perbedaan. Orang yang alim atau pemimpin yang baik, bagi Gus Mus, adalah orang yang dapat memanusiakan manusia, memahami bahwa setiap manusia itu berbeda. Memahami perbedaan manusia tersebut dapat termasuk sebagai memanusiakan manusia.
“Untuk menjadi baik kita harus menggunakan akal budi kita, jangan hanya lihat dari penampilan saja, tetapi juga lihat dari sisi kemanusiannya, kalau tidak sama prinsip, langsung dianggap bukan manusia, dianggap salah,” lanjut Gus Mus.
Menurut sahabat karib Gus Dur ini, beberapa orang menjadikan dirinya sebagai tolok ukur benar dan salah seorang.
“Manjadikan dirinya sendiri sebagai tolok ukur manusia, mentang-mentang ahli zikir, langsung saja menjadikan tolak ukur sebagai manusia dan benar salah adalah dirinya sendiri, tidak seperti itu,” terang Gus Mus.
Gus Mus mengetuk hati kita, menyadarkan kita bahwa tidak semua orang memiliki tolok ukur yang sama. Memahami hal ini akan dapat menjadikan kita lebih memahami perbedaan dan memanusiakan manusia seperti Gus Dur dan nilai-nilai, serta teladan yang telah Gus Dur lakukan.[ljc]