Impeachment Trump Sebatas Upaya Menggoyang Partai Republik

Ridhmedia
19/12/19, 11:25 WIB

RIDHMEDIA - Amerika Serikat kembali mengejutkan dunia setelah DPR AS melakukan pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump pada Rabu malam (18/12) waktu setempat.

Ada dua dugaan pelanggaran yang melalui voting diputuskan telah dilakukan Trump, yaitu menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan berupaya menghalangi kongres.

Dalam akun Twitter resminya pada Kamis (19/12), Trump bereaksi. Dia mengatakan bahwa pemakzulan ini merupakan upaya untuk menyerang partai pengusungnya, yakni Partai Republik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Presiden, Mike Pence.

Pernyataan Trump dan Pence dinilai sangat beralasan oleh pakar hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa.

Lulusan dari University of Hawaii at Manoa itu berpandangan, jika melihat kondisi dunia internasional saat ini, maka akan sulit bagi AS untuk mengambil risiko yang besar terhadap struktur politik dalam negerinya.

Artinya, bukan tidak mungkin impeachment Trump sebatas digunakan untuk "menggoyang" Partai Republik dalam pemilihan presiden AS pada tahun depan.

"Ini isu yang seksi tapi tidak akan memiliki dampak yang cukup lama. Apalagi kalau kita semua mendengar ulasan-ulasan dari banyak pihak yang lebih memahami bahwa ini masih membutuhkan proses yang cukup panjang," ujar wakil presiden Konfederasi Wartawan ASEAN (CAJ) itu.

Dalam pendapatnya, Teguh mengatakan persoalan impeachment Trump berpusat pada kubu partai rival, yaitu Partai Demokrat yang saat ini belum bisa solid mendapatkan satu nama untuk melawan Trump.

Oleh karena itu, Demokrat berusaha untuk mendowngrade kredibilitas pemerintah, dalam hal ini dikuasai oleh Trump dari Partai Republik.

Jika melihat sistem politik AS, Teguh percaya bahwa upaya impeachment hanya digunakan untuk mengguncang politik dalam negeri semata dan tidak akan memiliki dampak yang lebih jauh.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi, sambungnya, juga paham dengan sistem politik AS ini. Terlalu berisiko bagi AS untuk melakukan manuver yang bisa menjungkirbalikkan struktur politik di sana di saat mereka sedang berada di tengah ketegangan.

“Mereka tidak bisa lebih dari itu. Karena memang saya pikir tujuan mereka bukan itu," ujar penulis buku “Di Tepi Amu Darya” tersebut. (Rmol)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+