Jokowi Kecewa Soal Impor Gas, Fahri Hamzah : Ada Orang Kuat yang Lebih Kuat dari Presiden

Ridhmedia
26/12/19, 03:24 WIB
RIDHMEDIA - Keluhan Presiden Joko Widodo yang menyinggung praktik impor gas mendapat sorotan publik.

Terlebih keluhan disampaikan terbuka dalam pidato resmi kenegaraan.

Pidato yang tersebar luas lewat media sosial itu pun dinilai miring Fahri Hamzah.

Bukan memberikan empati, Politisi Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) itu justru meniali adany6a sosok kuat dibandingkan Presiden Republik Indonesia.

Pendapat tersebut dituliskan Fahri Hamzah lewat akun twitternya @fahrihamzah; pada Selasa (24/12/2019).

"Kedengarannya ada orang kuat...yg lebih kuat dari presiden..," tulis Fahri hamzah membalas postingan @Zlatan_asikin yang mengunggah video pidato Jokowi.

Dalam video tersebut, Jokowi menyebutkan adanya sosok dibalik impor gas yang masif saat ini.

Hanya saja, Jokowi tidak dapat menghentikan aksi yang dinilai merugikan negara tersebut.

"Nggak perlu impor itu sebenernya nggak perlu, LPG itu sebenernya bisa dibuat dari batubara, batubara kita ini sangat melimpah," ungkap Jokowi.

"Lha kok kita impor? lha ini yang seneng impor ini yah!," tegasnya sembari menunjuk-nunjuk.

Diam beberapa detik menahan nafas, Jokowi terlihat mengancam agar sosok dibalik impor gas itu untuk berhenti mlakuka intervensi.

"Bukan saya cari, udah kamu lah siapa yang suka impor, udah ngerti saya. Hanya saya ingatkan bolak-balik, hati-hati! kamu hati-hati ya, saya ikutin kamu!," tegas Jokowi.

"Jangan menghalangi orang membikin batubara menjadi gas! gara-gara kamu seneng impor gas!," ancamnya diakhir tayangan.

Video tersebut kembali ditanggapi Fahri Hamzah.

Dirinya kembali mempertanyakan masalah dibalik keluhan yang disampaikan oleh Jokowi.

"Pasti ada yang salah dong kalau presiden sampai mengeluh di depan rakyatnya sendiri, maka apakah yang salah itu? Mari kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang...," tulis Fahri Hamzah.

Pertanyaan Besar

Gimik serta pernyataan Jokowi terkait kemunduran ekonomi yang terus berulang dinilai Fahri Hamzah adalah masalah yang harus diselesaikan bersama.

Sebab, menurutnya, Jokowi tidak mengerti akar permasalahan yang tengah dialami bangsa.

"Banyak yang dikatakan presiden menjelaskan kepada kita bahwa ia punya jarak dengan realitas... berkali ia menunjukkan ketidakmengertianya pada besarnya Import, kilang minyak yg tak jadi2, kelambanan birokrasi dll...bagaimana seharusnya agar beliau tau apa yg sebetulnya terjadi?," jelas fahri Hamzah.

"Pernyataan presiden soal kelambanan2 dan kenapa berulang2 suatu perkara harusnya menjadi debat besar di tengah masyarakat Dan khususnya para pembantu terdekatnya. Tapi, omelan presiden dianggap angin lalu. Atau tunjuk hidung masa lalu sebagai biang masalah. Masa lalunya siapa?," tanyanya.

Kesalahan yang terus berulang ditegaskan Fahri Hamzah menjadi bukti pemerintah hanya melakukan uji coba dalam menyelesaikan suatu masalah.

Imbasnya, rakyat ditegaskan Fahri Hamzah yang kembali menjadi korban.

"Nasib kita sebagai rakyat tak banyak pilihan. Kita harus menerima fakta bahwa unsur trial and error dalam pemerintahan juga terjadi. Pemberantasan korupsi coba2 dan tidak selesai2...demikian pula yang lain, khususnya kesejahteraan kita yang tertunda, keadilan yang tak juga tiba," jelas Fahri Hamzah.

"Di negara ini aman untuk mengatakan, 'saya tidak menyalahkan'. Padahal ada yang salah dong. Masak presiden setelah 5 tahun instruksinya gak jalan2 dianggap biasa2 saja. Masak presiden komplain dan tak satupun nampak pejabat tergopoh-gopoh? Bagaimana dengan keluhan rakyat?," tutupnya.

Tidak Kunjung Berdiri

Jokowi mengaku geram pembangunan kilang minyak yang sudah diwacanakannya sejak 2014 atau awal periode pertamanya tak juga kunjung selesai.

Dalam beberapa kesempatan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menuding ada mafia migas yang menghambat pembangunan kilang di Indonesia.

Jokowi menyebut ada pihak-pihak yang hobi impor migas dan mengeruk untung besar.

Tingginya impor membelit keuangan negara yang membuat defisit neraca perdagangan migas.

Tekad untuk memberantas mafia migas yang dituding sebagai penyebab defisitnya neraca perdagangan Indonesia, sudah berulang kali disampaikan Jokowi.

"Lah ini yang seneng impor, bukan saya cari. Sudah ketemu siapa yang seneng impor. Sudah ngerti saya," kata Jokowi dikutip dari Kompas.com saat Musyawarah RPJMN 2020-2014 di Istana Negara, Senin (16/12/2019) lalu.

Mafia migas tuding Jokowi, bermain di banyak sektor demi mengeruk keuntungan dari impor BBM.

Dia mencontohkan, mafia migas ikut berperan menghambat pengolahan batu bara yang melimpah di Indonesia menjadi gas, sehingga negara ini terpaksa terus bergantung pada impor migas.

"Saya ingatkan bolak-balik, kamu hati-hati. Saya ikuti kamu, jangan halangi orang ingin membikin batu bara jadi gas gara-gara kamu senang impor gas," kata Jokowi.

Ia menyebutkan, pihak yang suka impor itu pernah mengungkapkan kekhawatiran apabila Indonesia telah berhasil memproduksi gas sendiri.

"Kalau ini bisa dibikin, sudah enggak ada impor gas lagi, saya kerja apa, Pak?' Ya terserah kamu. Kamu sudah lama menikmati ini," ujar Jokowi.

Masalah yang sama juga terjadi pada komoditas minyak.

Menurut dia, selama ini impor minyak Indonesia mencapai sekitar 700.000 sampai 800.000 barrel per hari.

Padahal, kata Jokowi, Indonesia memiliki banyak sumur minyak.

Hanya saja, instruksi Jokowi agar Indonesia membangun kilang minyak sampai saat ini belum berjalan.

"Kenapa enggak genjot produksi? Karena ada yang masih senang impor minyak. Sudah saya pelajari, enggak benar kita ini," kata dia.
Menurut Jokowi, impor yang besar ini karena jumlah kilang minyak sangat minim.

Dalam 34 tahun terakhir, Indonesia tak pernah lagi membangun kilang minyak.

Oleh karena itu, sesaat setelah dilantik bersama Jusuf Kalla pada akhir 2014, Jokowi langsung menginstruksikan jajarannya untuk membangun kilang minyak.

"Habis pelantikan yang pertama saya sampaikan, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi sampai detik ini, dari lima yang ingin kita kerjakan, satu pun enggak ada yang berjalan, satu pun," kata Jokowi.

Soal kilang minyak ini, Jokowi mengaku selama ini hanya diberi janji-janji palsu.

"Kemarin dijanjiin 2 tahun lagi, 3 tahun lagi. Saya enggak ngecek tiap hari kan. (Ternyata) enggak selesai satu persen pun," ujarnya.

Jokowi pun curiga belum berjalannya pembangunan kilang minyak ini karena selama ini banyak pihak yang diuntungkan dari impor minyak dan gas.

Untuk itu, saat ini Jokowi sudah meminta aparat penegak hukum mengawal pembangunan kilang minyak.

"Ini saya tungguin betul, saya sudah minta Kapolri, Jaksa Agung ikut nungguin, nanti saya minta KPK ikut tungguin. Harus rampung pekerjaan besar ini," tegasnya. [wkc]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+