Jubir: Arab Saudi Hormati Habib Rizieq Selaku Tamu dalam Adab Islam

Ridhmedia
01/12/19, 18:24 WIB
RIDHMEDIA - Jurubicara Habib Rizieq, Abdul Chair Ramadhan menyebut, imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu sangat ingin pulang ke Indonesia.

“Imam Besar Habib Rizieq Shihab berkehendak untuk kembali ke Tanah Air tercinta,” ujar Abdul kepada JPNN.com, Minggu (1/12/2019).

Habib Rizieq, lanjutnya, juga sangat ingin menghadiri Reuni 212 yang digelar di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, besok Senin (2/12).

“Terlebih lagi keinginannya untuk menghadiri acara Reuni 212 dan Maulid Akbar yang menjadi tonggak sejarah persatuan dan kesatuan umat,” sambungnya.

Abdul mengingatkan, kepulangan Habib Rizieq merupakan hak konstitusional yang melekat pada diri tokoh kontroversial itu selaku manusia dan warga negara Indonesia (WNI).

Karena itu, pihaknya meminta medua untuk menanyakan kepada pemerintah terkait pencekalan yang berujung pengasingan terselubung terhadap Rizieq di Arab Saudi.

Apalagi, ia menyebut, kepulangan Rizieq sudah mendapat lampu hijau dari otoritas pemerintah Arab Saudi.

“Bahkan otoritas Kerajaan Saudi Arab sudah berupaya mempertanyakan apa yang diinginkan sesungguhnya oleh pihak rezim penguasa Indonesia terhadap Habib Rizieq,” katanya.

Sebaliknya, ia menuding pemerintah Indonesia ada di balik pencekalan Rizieq dan lepas tangan alias tidak bertanggungjawab.

“Rezim penguasa Indonesia berupaya melakukan politik buang badan dan lepas tanggung jawab terhadap Imam Besar Habib Rizieq,” kata Abdul.

Saat ini, kata Abdul, kondisi Rizieq dan keluarganya di Arab Saudi dalam kondisi yang cukup baik.

Bahkan, lanjutnya, pemerintah Arab Saudi dan warga di sana sangat menghormati Rizieq.

“Imam besar Habib Rizieq Shihab bebas melakukan aktivitas dan dihormati selaku tamu dalam adab Islam,” pungkasnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Indonesia Mandiri, Yakin Simatupang mengapresiasi niatan silaturahmi dan perayaan kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW dalam Reuni 212.

Meski demikian, dia menekankan jangan sampai Reuni 212 ditumpangi kepentingan politik tertentu.

“Bahwa niatnya sebagai silaturahim harus diapresiasi, tapi banyak orang tahu agenda ini penuh muatan politik yang dimulai 3 tahun lalu,” Kata Yakin, Minggu (1/12).

Yakin menjelaskan, merayakan Maulid Nabi Muhamad adalah pengejewantahan kecintaan umat Muslim kepada Rasulullah SAW.

Meski Panitia reuni 212 menepis bahwa acara ini bebas dari muatan politik, Yakin meyakini masyarakat sudah bisa memilah apakah kegiatan itu untuk silaturahim atau memiki tujuan politik tertentu.

“Walaupun itu (Reuni 212) ditepis, masyarakat kita sudah cerdas menilai apakah reuni 212 itu murni silaturahim atau ada motif politiknya,” tandas Yakin.

Yakin menyebutkan, saat ini kondisi Indonesia sedang mengalami ancaman resesi ekonomi. Dia mengusulkan lebih baik umat muslim bergandengan tangan memikirkan kondisi bangsa.

Ia khawatir jika masih ada gerakan-gerakan massa seperti Reuni 212, investor akan pergi dari Indonesia.

“Hari ini Indonesia akan menghadapi resesi ekonomi, lebih baik fokus gandengan tangan bersama untuk memikirkan bangsa ini,”

“Kalau gerakan ini diteruskan para investor nggak mau ke Indonesia, mereka butuh keamanan, ketertiban dan kepastian,” pungkasnya. [ps]
Komentar

Tampilkan

Terkini