Ketidakpastian Global Tak Dapat Diprediksi?

Ridhmedia
06/12/19, 05:48 WIB

 PERNYATAAN Sri Mulyani kalau ketidakpastian global enggak dapat diprediksi saya rasa itu pernyataan yang jujur.

Kalau pakai mainstream ekonomi yang dianut Bu Menteri dan sebagian besar ekonom di sekitar pemerintah, Telah pasti keadaan ekonomi global saat ini enggak dapat diprediksi.

Namun jika memakai ilmu sejarah dan ilmu konstitusi Indonesia, apa yang terjadi di global saat ini sangat gampang diprediksi.


Apa yang bakal terjadi sebetulnya banyak orang Telah tau, yakni pertama pertumbuhan ekonomi bakal melemah dalam jangka panjang, sebab over suply, permintaan melemah sebab daya beli merosot serta finance buble.

Kedua, daya beli masyarakat dunia dan Indonesia bakal melemah, kesempatan kerja, upah dan pendapatan yang melemah. Pelemahan ini menjadi berlipat ganda akibat defresiasi dan inflasi.

Ketiga, harga minyak dan komoditas energi bakal melemah dalam jangka panjang. Harga minyak bakal terus melemah, rezim minyak yang menopang dunia pasca bretton world bakal rontok. Negara negara yang bergantung pada minyak dan komoditas bakal rontok satu persatu. Termasuk Indonesia.

Keempat, over supply juga terjadi pada sektor properti, sementara daya beli merosot. Jadi sektor properti akab rontok satu persatu di seluruh dunia. Negara yang ditopang oleh pembangunan sektor properti bakal roboh ekonominya satu persatu. Termasuk Indonesia.

Kelima, penerimaan perusahaan bakal merosot, dikarenakan pasar yang melemah. Sementara kewajiban perusahaan meningkat akibat utang dan bunga.

Keenam, pendapatan pemerintah dari pajak dll, di seluruh dunia menurun. Sementara beban akibat utang dan bunga meningkat. Pemerintah di seluruh penjuru dunia bakal sulit bayar utang. Demikian juga Indonesia, termasuk salah satu yang paling sulit.

Ketujuh, Indonesia yang sangat bergantung pada penerimaan dan ekspor sektor ekstraktif seperti tambang mineral, gas, batubara, sektor perkebunan, bakal menghadapi kontraksi yang paling besar akibat pelemahan dalam harga komoditas.

Apakah Indonesia bisa menghadapi gejolak global? Mesti perlu memahami dulu apa sebetulnya yang terjadi di tingkat global sekarang?

Globalisasi yang lama diganti oleh globalisasi yang baru. Globalisasi yang lama itu liberalisasi, neoliberalisme, perdagangan bebas. Globalisasi yang lama ditopang oleh negara negara utara.

Globalisasi yang baru yaitu ICT,  digitalisasi, dan financial technology. Negara-negara yang memainkan peran kunci dalam globalisaisi juga berubah. Dominasi Eropa dan Amerika telah bergeser ke China.

Pergeseran ini bakal menimbulkan komplikasi, yang menimbulkan guncangan. Penyangga ekonomi lama seperti taipan migas, taipan sumber daya alam, taipan properti, diganti oleh yang baru. Ini semacam eksekusi pemain lama oleh pemain baru.

Komplikasi ini bakal menimbulkan dampak besar. Bagi Indonesia kita pernah berhadapan dengan komplikasi modal seperti saat ini ini dan menghasilkan Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. Komplikasi saat ini bisa saja memghasilkan Indonesia merdeka jilid II.

Apa yang terjadi dengan Indonesia sekarang? Apakah Indonesia mengalami resesi?

Perlu dikenal kalau Indonesia enggak resesi. Situasi internasional saat ini dilanda resesi, yakni suatu keadaan ekonomi yang menurun secara terus menerus. Resesi yaitu lawan dari boom atau prosperity.

Resesi jika terus berlangsung maka bakal menjadi krisis. Apabila krisis ekonomi disertai dengan krisis politik (biasanya demikian), maka implikasi krisis itu bisa berlipat ganda, bisa menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa dan bahkan bisa membubarkan negara.

kenapa Indonesia dikatakan enggak mengalami resesi ketika ini?

Karena Indonesia belum sembuh dari krisis sejak tahun 1998, menjadi level ekonomi Indonesia lebih buruk dari resesi, dan mendekati krisis multidimensi.

apabila komplikasi Indonesia berlangsung lebih cepat maka, Indonesia merdeka jilid II bisa lebih cepat lagi.

Namun buat bisa merdeka kembali memang memerlukan figur pemimpin negara berani dan tangguh. Berani merdeka kembali.

Penulis yaitu peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+