RIDHMEDIA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam kunjungannya ke Arab Saudi baru-baru ini menyampaikan sikap rakyat Indonesia terhadap sejumlah isu internasional keumatan, termasuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di China.
Terkait itu, Bamsoet dalam keterangan tertulis resmi MPR, Senin (23/12/2019), menekankan pentingnya negara-negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, seperti Indonesia dan Arab Saudi, mempromosikan dan menjadi teladan dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan yang Islami), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia), dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan menjaga kerukunan antar umat beragama).
Mengingat agama, khususnya Islam yang senantiasa mengajarkan cinta kasih, tak boleh dijadikan alasan konflik, apalagi perang.
“Atas dasar ukhuwah itulah, rakyat Indonesia melalui para wakilnya di Parlemen mendukung kemerdekaan Palestina dari konflik berkepanjangan dengan Israel, mengutuk tindakan China terhadap Muslim di Uighur, serta mengutuk tindakan Myanmar terhadap etnis Rohingnya.
Bukan bermaksud mencampuri urusan dan kedaulatan negara lain, melainkan semata untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan, serta membumikan kedamaian di muka bumi ini,” ujar Bamsoet saat bertemu Ketua Majelis Syuro Arab Saudi (Consultative Assembly of Saudi Arabia) atau Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Kerajaan Arab Saudi, Dr Abdullah Bin Muhammad Al Ash-Sheikh, di Kantor Parlemen Arab Saudi, Ahad (22/12/2019).
Gagasan MPR RI untuk membentuk Forum Majelis Syuro Sedunia pun mendapat dukungan dari Ketua Majelis Syuro Arab Saudi.
Bamsoet mengajak Parlemen Arab Saudi memperkuat kerja sama dan bergandengan tangan dengan Parlemen Indonesia, khususnya di organisasi parlemen negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI)/The Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) dan Forum Majelis Syuro Sedunia yang akan dibentuk nanti, maupun di berbagai organisasi dunia lainnya, untuk senantiasa mempromosikan perdamaian dunia.
Semangat perdamaian juga sejalan dengan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin.
“Parlemen Arab Saudi dan Indonesia harus bergandengan tangan dan menjadi lokomotif parlemen dunia dalam mewaspadai berkembangnya potensi radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan ajaran Islam. Sehingga Islam tak tercoreng. Islam merupakan sumber perdamaian dunia, bukan sumber pertikaian,” ujar mantan Ketua DPR RI ini.
Hadir dalam kunjungan kehormatan tersebut Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ahmad Muzani, Asrul Sani, Jazilul Fawaid, Fadel Muhammad, Nusron Wahid, Darul Siska, Idris Lalena dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.
Menurut Bamsoet, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, Indonesia juga telah menjadi contoh bagaimana mengelola keberagaman suku, agama, etnis, dan golongan dengan baik. Sehingga bisa menjadi role model bagi negara lainnya, bahwa antara agama dan peradaban maupun antara agama yang satu dan lainnya bukanlah alasan menjadi sumber pertentangan.
“Hal ini tak terlepas dari keberadaan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang selalu menyebarkan Islam yang tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). Di saat Islam disudutkan di berbagai negara lantaran radikalisme dan ekstremisme, tidak demikian di Indonesia. Di Indonesia, Islam justru menjadi sumber perdamaian. Hal ini bisa menjadi tambahan pertimbangan bagi Arab Saudi untuk menambah jumlah kuota haji jamaah Indonesia,” ujar Anggota Dewan Pakar Majelis Pimpinan Nasional Kahmi ini.* [htc]
Terkait itu, Bamsoet dalam keterangan tertulis resmi MPR, Senin (23/12/2019), menekankan pentingnya negara-negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, seperti Indonesia dan Arab Saudi, mempromosikan dan menjadi teladan dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan yang Islami), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia), dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan menjaga kerukunan antar umat beragama).
Mengingat agama, khususnya Islam yang senantiasa mengajarkan cinta kasih, tak boleh dijadikan alasan konflik, apalagi perang.
“Atas dasar ukhuwah itulah, rakyat Indonesia melalui para wakilnya di Parlemen mendukung kemerdekaan Palestina dari konflik berkepanjangan dengan Israel, mengutuk tindakan China terhadap Muslim di Uighur, serta mengutuk tindakan Myanmar terhadap etnis Rohingnya.
Bukan bermaksud mencampuri urusan dan kedaulatan negara lain, melainkan semata untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan, serta membumikan kedamaian di muka bumi ini,” ujar Bamsoet saat bertemu Ketua Majelis Syuro Arab Saudi (Consultative Assembly of Saudi Arabia) atau Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Kerajaan Arab Saudi, Dr Abdullah Bin Muhammad Al Ash-Sheikh, di Kantor Parlemen Arab Saudi, Ahad (22/12/2019).
Gagasan MPR RI untuk membentuk Forum Majelis Syuro Sedunia pun mendapat dukungan dari Ketua Majelis Syuro Arab Saudi.
Bamsoet mengajak Parlemen Arab Saudi memperkuat kerja sama dan bergandengan tangan dengan Parlemen Indonesia, khususnya di organisasi parlemen negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI)/The Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) dan Forum Majelis Syuro Sedunia yang akan dibentuk nanti, maupun di berbagai organisasi dunia lainnya, untuk senantiasa mempromosikan perdamaian dunia.
Semangat perdamaian juga sejalan dengan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin.
“Parlemen Arab Saudi dan Indonesia harus bergandengan tangan dan menjadi lokomotif parlemen dunia dalam mewaspadai berkembangnya potensi radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan ajaran Islam. Sehingga Islam tak tercoreng. Islam merupakan sumber perdamaian dunia, bukan sumber pertikaian,” ujar mantan Ketua DPR RI ini.
Hadir dalam kunjungan kehormatan tersebut Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ahmad Muzani, Asrul Sani, Jazilul Fawaid, Fadel Muhammad, Nusron Wahid, Darul Siska, Idris Lalena dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.
Menurut Bamsoet, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, Indonesia juga telah menjadi contoh bagaimana mengelola keberagaman suku, agama, etnis, dan golongan dengan baik. Sehingga bisa menjadi role model bagi negara lainnya, bahwa antara agama dan peradaban maupun antara agama yang satu dan lainnya bukanlah alasan menjadi sumber pertentangan.
“Hal ini tak terlepas dari keberadaan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang selalu menyebarkan Islam yang tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). Di saat Islam disudutkan di berbagai negara lantaran radikalisme dan ekstremisme, tidak demikian di Indonesia. Di Indonesia, Islam justru menjadi sumber perdamaian. Hal ini bisa menjadi tambahan pertimbangan bagi Arab Saudi untuk menambah jumlah kuota haji jamaah Indonesia,” ujar Anggota Dewan Pakar Majelis Pimpinan Nasional Kahmi ini.* [htc]