RIDHMEDIA - Nama lengkapnya Ana Putri (6), namun sapaan akrabnya Ana. Siswi kelas 2 SD Borong Jambu, Jalan Tamangapa Raya, Kota Makassar, Sulsel, ini rela mengumpulkan plastik karena ingin membeli baju.
Di tempat pembuangan sampah Antang, Teriknya matahari tak mengalahkan semangat salah satu anak perempuan yang memiliki keseharian berbeda dengan anak-anak seusianya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap bersekolah menggapai impiannya.
Ana yang menggunakan pakaian lusuh, alas kaki seadanya, rambut di kuncir satu dengan memengang sebuah botol plastik ditangannya. Memiliki keseharian yang beda dengan anak anak lainnya. Kesehariannya ia isi dengan mengumpulkan plastik dan dari hasil itulah ia mendapatkan uang yang menurutnya itu lebih dari cukup.
"Biasa Rp 5.000, Rp 10.000, kalau paling banyak kudapat Rp 20.000," ucap Ana saat ditemui di kediamannya sedang bermain kelereng bersama teman teman sebayanya yang juga memiliki rutinitas yang sama. Selasa (17/12).
Hamparan karung yang di isi dengan plastik menghiasi sekitar rumah Ana yang tinggal di TPA Antang, bersama kedua orang tuanya. Ana menjadi salah satu anak yang memiliki rutinitas yang sama dengan orang tuanya yaitu mengumpulkan plastik. Kesehariannya ia lakukan dengan penuh semangat untuk mencapai mimpi sederhananya.
Diketahui meskipun Ana setiap harinya mengumpulkan plastik bekas namun sekolah masih menjadi prioritas utamanya. "Saya kelas 2 SD, di sekolah sering ka dapat 100 biasa kalau dirumah kukasih liatmi mamaku kalau dapat ka 100," ujarnya dengan memberikan senyuman bahagia karena menceritakan pengalamannya disekolah.
Seusai pulang sekolah, Ana kembali melakukan rutinitasnya dan dari hasil uang yang didapatkan anak perempuan tersebut menabungnya, sebab ia memiliki impian, mimpi yang begitu sederhana. Ia mengerjakan dengan ikhlas, pekerjaan yang semestinya tidak pantas untuk usianya, ia kerjakan demi mendapatkan uang dan membantu kedua orang tuanya serta mewujudkan impiannya.
"Mauka beli baju, beli makanan supaya tidak kukasih susah orang tuaku," tuturnya sambil tersenyum. Rutinitasnya dilakukan tanpa ada paksaan dari siapapun dan merupakan keinginan dari Ana sendiri. Meskipun ia sekolah dan mengumpulkan plastik, namun kebahagiaan masih terpancar diwajahnya bersama teman teman sebayanya.
Mereka masih bisa merasakan kebahagiaan dengan bermain bersama, tertawa bersama bahkan sampai harus mengumpulkan plastik bersama untuk menggapai sebuah impian.[ti]
Di tempat pembuangan sampah Antang, Teriknya matahari tak mengalahkan semangat salah satu anak perempuan yang memiliki keseharian berbeda dengan anak-anak seusianya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap bersekolah menggapai impiannya.
Ana yang menggunakan pakaian lusuh, alas kaki seadanya, rambut di kuncir satu dengan memengang sebuah botol plastik ditangannya. Memiliki keseharian yang beda dengan anak anak lainnya. Kesehariannya ia isi dengan mengumpulkan plastik dan dari hasil itulah ia mendapatkan uang yang menurutnya itu lebih dari cukup.
"Biasa Rp 5.000, Rp 10.000, kalau paling banyak kudapat Rp 20.000," ucap Ana saat ditemui di kediamannya sedang bermain kelereng bersama teman teman sebayanya yang juga memiliki rutinitas yang sama. Selasa (17/12).
Hamparan karung yang di isi dengan plastik menghiasi sekitar rumah Ana yang tinggal di TPA Antang, bersama kedua orang tuanya. Ana menjadi salah satu anak yang memiliki rutinitas yang sama dengan orang tuanya yaitu mengumpulkan plastik. Kesehariannya ia lakukan dengan penuh semangat untuk mencapai mimpi sederhananya.
Diketahui meskipun Ana setiap harinya mengumpulkan plastik bekas namun sekolah masih menjadi prioritas utamanya. "Saya kelas 2 SD, di sekolah sering ka dapat 100 biasa kalau dirumah kukasih liatmi mamaku kalau dapat ka 100," ujarnya dengan memberikan senyuman bahagia karena menceritakan pengalamannya disekolah.
Seusai pulang sekolah, Ana kembali melakukan rutinitasnya dan dari hasil uang yang didapatkan anak perempuan tersebut menabungnya, sebab ia memiliki impian, mimpi yang begitu sederhana. Ia mengerjakan dengan ikhlas, pekerjaan yang semestinya tidak pantas untuk usianya, ia kerjakan demi mendapatkan uang dan membantu kedua orang tuanya serta mewujudkan impiannya.
"Mauka beli baju, beli makanan supaya tidak kukasih susah orang tuaku," tuturnya sambil tersenyum. Rutinitasnya dilakukan tanpa ada paksaan dari siapapun dan merupakan keinginan dari Ana sendiri. Meskipun ia sekolah dan mengumpulkan plastik, namun kebahagiaan masih terpancar diwajahnya bersama teman teman sebayanya.
Mereka masih bisa merasakan kebahagiaan dengan bermain bersama, tertawa bersama bahkan sampai harus mengumpulkan plastik bersama untuk menggapai sebuah impian.[ti]