Masa Gara-Gara Berjenggot Terus Dibilang Radikal?

Ridhmedia
03/12/19, 05:04 WIB

RIDHMEDIA - Di dalam negara demokrasi, masyarakat memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi, termasuk mengekspresikan ketidakpuasan pada kinerja pemerintah.

Ekspresi kekecewaan ini dapat disampaikan oleh siapa saja, termasuk oleh anggota masyarakat yang biasa memelihara jenggot atau mengenakan celana cingkrang, misalnya.

Demikian dikatakan Pemimpin Umum RMOL Network Teguh Santosa dalam dialog Layar Demokrasi CNN Indonesia dengan tema "Narasi Anti Radikalisme dan Panggung Politik 212", Senin malam (2/12).

Menurut Teguh, anggota masyarakat yang biasa  memelihara jenggot dan mengenakan celana cingkrang banyak yang tidak berafiliasi dengan kelompok apapun. Juga tidak memiliki bayangan untuk mendirikan negara baru seperti yang dicurgai.

Mereka hanya mengeskpresikan perasaan mereka atas kinerja pemerintah yang menurut mereka masih belum optimal.

"Masa gara-gara memakai jenggot terus dibilang radikal?" sesalnya.

Teguh menyarankan agar pemerintah lebih fokus bekerja memenuhi kebutuhan rakyat daripada membesarkan isu radikalisme.

“Jaminan kesehatan rakyat butuh, lapangan pekerjaan rakyat butuh, harga terjangkau rakyat butuh," ujarnya lagi.

Kita mau ngomong apapun, kalau segala hal basic itu tidak terpenuhi maka ekspresi kekecewaan (masyarakat) akan (selalu) tampak," tutupnya. (Rmol)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+