RIDHMEDIA - Perkembangan islam di China memang tak begitu banyak. Bahkan, berdasarkan beberapa sumber bisa dibilang belum mencapai angka 5 persen dari sekian banyaknya masyarakat China.
Namun, siapa yang menyangka jika di negara tirai bambu ini memiliki sejarah perkembangan islam yang melegenda dan menjadi awal mula keberadaan masyarakat muslim di China.
Salah satunya dengan adanya makam Abbi Waqqas di Guangzhou, ibu kota dari Provinsi Guangdong, Selatan China. Abbi Waqas merupakan tokoh penyebaran islam di China.
Makam Abbi Waqqas
Rombongan G-Tour Group mengajak kumparan mengunjungi makam istimewa ini beberapa waktu lalu. Semula, kami masuk melalui pintu gerbang yang dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Hal ini wajar terlihat di China karena otoritas pemerintahan setempat yang ingin memberikan kenyamanan dan keamanan di sekitar lokasi.
Memasuki gerbang, memang tak ada yang terlihat istimewa namun terdapat tulisan 'Making Beautiful Mosque Being a Excellent Muslim' yang menyambut para wisatawan.
Setelah itu, kami menelusuri jalan setapak puluhan meter untuk sampai ke sejumlah titik. Titik pertama berupa Masjid Abbi Waqqas yang digunakan para wisatawan untuk salat 5 waktu. Mesjid ini rupanya memiliki model yang terpengaruh dengan bentuk bangunan-bangunan China pada umumnya.
Terlihat beberapa wisatawan yang duduk di halaman mesjid sembari menunggu waktu salat tiba. Berdasarkan pengamatan di lokasi, para wisatawan kebanyakan berasal dari negara Arab, Afrika hingga Asia.
Namun, banyak juga wajah-wajah oriental khas China yang berada di lokasi ini.
Setelah itu, pada titik selanjutnya mulai memasuki halaman sekitaran makam. Tapi sebelumnya, ada gerbang yang menandakan makam tersebut.
Di dalam gerbang itu, juga terdapat ruang utama yang digunakan para pengurus mesjid. Sementara, makamnya berada di sudut lainnya yang terpisah sendiri.
Untuk masuk ke makamnya, para wisatawan yang berkunjung harus melepaskan sepatu. Saat itu, ketika masuk ke dalam makamnya sudah terdapat beberapa peziarah yang sementara mendoakam almarhum. Kami pun memilih berada di luar ruangan makam tersebut.
Sembari mengamati suasana makam, kami menemui salah satu wisatawan yang berasal dari Amerika bernama Yusuf. Dia menyebut datang ke lokasi ini karena ingin bertemu dengan teman-temannya sekaligus ke mesjid untuk menunaikan kewajibannya.
"Saya sudah bertahun-tahun di sini. Hampir 3 tahun. Kuliah master Bahasa Inggris. Saya ingin ke masjid," kata Yusuf kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Di lokasi ini pun dia bisa banyak belajar, khususnya berkaitan dengan perkembangan islam di China. Hal itu yang membuatnya cukup tertarik.
Tak hanya Yusuf, salah seorang wisatawan lainnya, berasal dari Somalia bernama Yassen Farah menyebut sengaja datang ke lokasi ini untuk melihat langsung makam Abbi Waqqas.
"Saya datang ke China untuk urusan bisnis. Tapi hari ini sengaja datang ke sini untuk lihat makam dan salat di sini," ujarnya.
Dia merasa sangat bersyukur karena selama di lokasi, turut bertemu dengan saudara-saudara seimannya. Saat itu pun dia bisa belajar lebih banyak dari wisatawan lainnya yang punya banyak pengalaman.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, keberadaan makam ini sekaligus menggambarkan penyebaran islam di China salah satunya melalui jalur perdagangan. Saat itu pun pembangunan lokasi sudah mendapatkan izin dari kekaisaran di masa lampau.
Sumber: kumparan.com
Namun, siapa yang menyangka jika di negara tirai bambu ini memiliki sejarah perkembangan islam yang melegenda dan menjadi awal mula keberadaan masyarakat muslim di China.
Salah satunya dengan adanya makam Abbi Waqqas di Guangzhou, ibu kota dari Provinsi Guangdong, Selatan China. Abbi Waqas merupakan tokoh penyebaran islam di China.
Makam Abbi Waqqas
Rombongan G-Tour Group mengajak kumparan mengunjungi makam istimewa ini beberapa waktu lalu. Semula, kami masuk melalui pintu gerbang yang dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Hal ini wajar terlihat di China karena otoritas pemerintahan setempat yang ingin memberikan kenyamanan dan keamanan di sekitar lokasi.
Memasuki gerbang, memang tak ada yang terlihat istimewa namun terdapat tulisan 'Making Beautiful Mosque Being a Excellent Muslim' yang menyambut para wisatawan.
Setelah itu, kami menelusuri jalan setapak puluhan meter untuk sampai ke sejumlah titik. Titik pertama berupa Masjid Abbi Waqqas yang digunakan para wisatawan untuk salat 5 waktu. Mesjid ini rupanya memiliki model yang terpengaruh dengan bentuk bangunan-bangunan China pada umumnya.
Terlihat beberapa wisatawan yang duduk di halaman mesjid sembari menunggu waktu salat tiba. Berdasarkan pengamatan di lokasi, para wisatawan kebanyakan berasal dari negara Arab, Afrika hingga Asia.
Namun, banyak juga wajah-wajah oriental khas China yang berada di lokasi ini.
Setelah itu, pada titik selanjutnya mulai memasuki halaman sekitaran makam. Tapi sebelumnya, ada gerbang yang menandakan makam tersebut.
Di dalam gerbang itu, juga terdapat ruang utama yang digunakan para pengurus mesjid. Sementara, makamnya berada di sudut lainnya yang terpisah sendiri.
Untuk masuk ke makamnya, para wisatawan yang berkunjung harus melepaskan sepatu. Saat itu, ketika masuk ke dalam makamnya sudah terdapat beberapa peziarah yang sementara mendoakam almarhum. Kami pun memilih berada di luar ruangan makam tersebut.
Sembari mengamati suasana makam, kami menemui salah satu wisatawan yang berasal dari Amerika bernama Yusuf. Dia menyebut datang ke lokasi ini karena ingin bertemu dengan teman-temannya sekaligus ke mesjid untuk menunaikan kewajibannya.
"Saya sudah bertahun-tahun di sini. Hampir 3 tahun. Kuliah master Bahasa Inggris. Saya ingin ke masjid," kata Yusuf kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Di lokasi ini pun dia bisa banyak belajar, khususnya berkaitan dengan perkembangan islam di China. Hal itu yang membuatnya cukup tertarik.
Tak hanya Yusuf, salah seorang wisatawan lainnya, berasal dari Somalia bernama Yassen Farah menyebut sengaja datang ke lokasi ini untuk melihat langsung makam Abbi Waqqas.
"Saya datang ke China untuk urusan bisnis. Tapi hari ini sengaja datang ke sini untuk lihat makam dan salat di sini," ujarnya.
Dia merasa sangat bersyukur karena selama di lokasi, turut bertemu dengan saudara-saudara seimannya. Saat itu pun dia bisa belajar lebih banyak dari wisatawan lainnya yang punya banyak pengalaman.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, keberadaan makam ini sekaligus menggambarkan penyebaran islam di China salah satunya melalui jalur perdagangan. Saat itu pun pembangunan lokasi sudah mendapatkan izin dari kekaisaran di masa lampau.
Sumber: kumparan.com