RIDHMEDIA - MUI Jawa Timur mengimbau umat muslim tak mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani. Merespons hal tersebut, PBNU menjelaskan mengenai wilayah muamalah dan tauhid.
Ketua PBNU Marsudi Syuhud mengatakan sejumlah ulama berbeda pendapat mengenai ucapan selamat Natal. Menurut Marsudi, mereka yang melarang ucapan selamat Natal berpegang pada fatwa ulama, salah satunya Syekh Bin Baz.
"Bagi orang yang tidak mau mengucapkan, memang ada ulama-ulama yang juga tidak mau mengucapkan seperti Bin Baz, Utsaimin. Bagi para mereka yang mengikuti fatwanya Bin Baz atau Ustaimin, yang paling penting mereka bisa menghormati dengan caranya dan saya harapkan yang nonmuslimnya pun memahami bahwa ada kelompok yang memang tidak bisa mengucapkannya karena ada fatwanya Utsaimin dan Bin Baz," kata Marsudi kepada wartawan, Selasa (24/12/2019).
Marsudi mengatakan ada juga fatwa ulama yang membolehkan umat muslim memberikan ucapan selamat Natal. Beberapa di antaranya adalah ulama-ulama Mesir.
"Tapi ada yang mengucapkan, itu mereka juga punya fatwa-fatwa, misalnya dari banyak ulama Mesir, dari Syekh Ali Jumah, mufti Mesir, dari Yusuf Qardhawi sampai belasan ulama Mesir lah, banyak," ujar dia.
Marsudi menjelaskan pangkal perbedaan ulama-ulama tersebut adalah keterkaitan ucapan selamat Natal dengan wilayah muamalah dan tauhid seseorang. Ada yang menganggap ucapan selamat Natal masih di ruang muamalah, namun ada juga yang berpendapat sebaliknya.
"Bagi yang membolehkan mereka mengikuti fatwanya itu tadi, kedua yang boleh tinggal mengucapkan saja, itu kan cara menghormati saja, ada yang merasa sesungguhnya itu kan persoalannya ada di wilayah muamalah atau wilayah privasi tauhid, agama itu seperti bangunan rumah ada rumah privasi ruang tauhid, ada ruang publik muamalah. Ketika membolehkan karena itu dianggap masih di ruang muamalah, yang tidak membolehkan itu sudah masuk ruang tauhid," ujar dia.
Sedangkan menurut Marsudi ucapan selamat Natal masuk ke wilayah muamalah. Dia pun akan memberikan ucapan selamat Natal kepada warga Nasrani.
"Wilayah muamalah, karena saya ngucapin begitu, saya nggak pernah percaya seperti saya nggak imani keimanan mereka," kata dia.
Terlepas dari itu, Marsudi mengajak semua pihak saling menghormati. Menurut dia, mereka yang tidak mengucapkan selamat Natal bukan berarti tidak menghormati kepada warga yang sedang merayakan Natal.
"Intinya yang penting saling menghormati misalnya bagi orang yang tidak mengucapkan karena mereka juga percaya lakum dinukum waliyadin dan saya harap bagi umat Nasrani tidak merasa kurang penghormatan kepada mereka yang mempercayai tidak boleh," ujar Marsudi.
Sebelumnya, MUI Jatim mengeluarkan imbauan agar umat muslim tak mengucapkan selamat hari raya Natal kepada umat Nasrani. Namun, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendapat pengecualian.
"Nah kalau urusan itu, mungkin pak Wapres punya pertimbangan sebagai pemimpin negara," ujar Sekretaris MUI Jatim Moch Yunus kepada wartawan pada Jumat (20/12).
Yunus mengatakan larangan mengucapkan selamat Natal bukanlah tindakan intoleransi. Hal ini lebih berkaitan dengan akidah Islam yang harus tetap dijaga.
"Toleransi itu adalah saling menghormati dan saling setuju terhadap perbedaan beragama, jika toleransi itu dipahami dengan baik, maka tidak boleh ada orang muslim kemudian dipaksa menggunakan atribut keagamaan nonmuslim. Contohnya ada anak berjilbab dan harus memakai topi Sinterklas. Apakah itu termasuk toleran? tentu itu keliru," papar Yunus.[dtk]