RIDHMEDIA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memutuskan bahwa tahun 2020 merupakan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk terakhir kalinya. Budayawan Sudjiwo Tedjo ikut menanggapi keputusan Nadiem tersebut.
Melalui kicauan yang diunggah ke akun Twitter pribadinya, @sudjiwotedjo, pada Kamis (12/12/2019), Sudjiwo Tejo merasa keputusan ini sangat menguntungkan bagi anak-anak milenial.
"Hidup adalah ujian tanpa akhir dan tak kenal tahun. Tapi, bagi milenial, tahun 2020 adalah ujian terakhir. O, Tuhan, kok enak banget jadi mereka. Merekakan kami sekarang juga, ya Tuhan," kelakarnya.
Penulis buku Tuhan Maha Asyik itu mengaku pernah membahas manfaat Ujian Nasional bersama Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Iwan Pranoto. Menurutnya, UN lebih banyak membuat beban pikiran pada guru dan siswa.
Sudjiwo Tejo bercerita, "Dulu banget dalam obrolan ringan dengan Prof Iwan Pranoto, beliau mempertanyakan manfaat UN yang lebih bikin stres buat guru & peserta didik".
Iwan, melalui Sudjiwo Tejo, menyarankan kalau tujuan UN hanya untuk mengukur pencapaian kurikulum, "kenapa gak pakai sampel UN di beberapa sekolah aja kayak TPS dalam hitung cepat pemilu?"
Sudjiwo Tedjo menanggapi penghapusan Ujian Nasional (twitter @sudjiwotedjo) |
Sementara itu, Sudjiwo Tejo sendiri sependapat dengan pernyataan guru besar ITB itu.
Ia mengatakan "Beliau Prof Iwan Pranoto profesinya emang pendidik. Sejawat seangkatanku di Departemen Matematika ITB. Soal pendidikan lebih baik aku makmum orang-orang seperti beliau saja. Masak jadi imam di berbagai bidang?"
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim membuat kebijakan terbaru mengenai Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) dan Ujian Nasional (UN).
USBN akan diterapkan dengan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Sementara UN terakhir digelar tahun 2020.
Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
"Ini sudah menjadi beban stres bagi banyak sekali siswa guru dan orang tua karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu, padahal maksudnya Ujian Nasional berstandar nasional adalah untuk mengakses sistem pendidikan. Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan TIMSS," jelas Nadiem.[sa]