RIDHMEDIA - Tokoh HAM asal Papua Natalius Pigai tidak sependapat dengan mantan Kepala BIN AM Hendropriyono yang meminta seluruh kepala daerah di Papua dan Papua Barat deklarasi setia NKRI.
Jelas Pigai, semua kepala daerah termasuk di tanah Papua sudah deklarasi setia pada NKRI saat sumpah jabatan pelantikan.
"Barangkali beliau lupa bahwa para kepala daerah di Indonesia deklarasi setia kepada NKRI di 'saat sumpah' pelantikan. Pin Garuda juga di dada," ujar aktivis senioar pembela kemanusiaan ini, Sabtu (28/12).
"Barangkali Pak Hendro tangani banyak urusan negara, jadi 'lupa ingatan'," lanjut Pigai menambahkan.
Dia balik bertanya kepada Hendropriyono terkait tidak sedikit tokoh nasional di Jakarta yang diam saat orang Papua dibantai dan diserang rasis.
"Ketika orang Papua diserang teroris-rasis 'kepala daerah' dan 'rakyat' oleh sukunya Pak Hendro di Jawa, kemana? Dia harusnya bantu negara," terang Pigai.
"Rakyat Indonesia di Papua dibantai oleh aparat negara, Pak Hendro dimana? Kok diam satu triliun bahasa?" sambungnya.
Sebagai tokoh bangsa dan pakar intelijen, Hendropriyono harusnya menteror pengusaha dan bagian pengusaha yang merampok uang rakyat-negara.
"Pak Hendro kan Prof "Terorism", harusnya teror mental penguasa negara yang maling uang negara Rp 13 triliun (kasus Jiwasraya) dan lainnya yang tersembunyi di ketiak Istana, penguasa yang komprador asing dan aseng harusnya "sumpah setia pada NKRI", kecuali jika Pak Hendro juga bagian dari oligarki dan komprador yang bersembunyi di balik jargon Pancasila dan NKRI," demikian Pigai. [rml]
Jelas Pigai, semua kepala daerah termasuk di tanah Papua sudah deklarasi setia pada NKRI saat sumpah jabatan pelantikan.
"Barangkali beliau lupa bahwa para kepala daerah di Indonesia deklarasi setia kepada NKRI di 'saat sumpah' pelantikan. Pin Garuda juga di dada," ujar aktivis senioar pembela kemanusiaan ini, Sabtu (28/12).
"Barangkali Pak Hendro tangani banyak urusan negara, jadi 'lupa ingatan'," lanjut Pigai menambahkan.
Dia balik bertanya kepada Hendropriyono terkait tidak sedikit tokoh nasional di Jakarta yang diam saat orang Papua dibantai dan diserang rasis.
"Ketika orang Papua diserang teroris-rasis 'kepala daerah' dan 'rakyat' oleh sukunya Pak Hendro di Jawa, kemana? Dia harusnya bantu negara," terang Pigai.
"Rakyat Indonesia di Papua dibantai oleh aparat negara, Pak Hendro dimana? Kok diam satu triliun bahasa?" sambungnya.
Sebagai tokoh bangsa dan pakar intelijen, Hendropriyono harusnya menteror pengusaha dan bagian pengusaha yang merampok uang rakyat-negara.
"Pak Hendro kan Prof "Terorism", harusnya teror mental penguasa negara yang maling uang negara Rp 13 triliun (kasus Jiwasraya) dan lainnya yang tersembunyi di ketiak Istana, penguasa yang komprador asing dan aseng harusnya "sumpah setia pada NKRI", kecuali jika Pak Hendro juga bagian dari oligarki dan komprador yang bersembunyi di balik jargon Pancasila dan NKRI," demikian Pigai. [rml]