Nestapa Guru Pedalaman Papua yang Mengajar 6 Kelas Sendirian

Ridhmedia
09/12/19, 18:13 WIB
RIDHMEDIA - Epanggis Soleman Hesegem (42) sudah mengajar di SD Inpres Wamerek yang berada di pedalaman Papua sejak tahun 2011. Ia menjadi satu-satunya guru di sini mengajar 6 kelas sekaligus.

SD Inpres Wamerek terletak di Desa Tangma, Kabupaten Yahukimo yang merupakan salah satu daerah pedalaman Papua. Dari pusat kota Wamena, Desa ini dapat ditembus dengan mobil offroad selama 3 jam perjalanan mendaki gunung lewati lembah.

Usai lulus kuliah jurusan PGSD dan Teologi di salah satu universitas di Wamena, Soleman kembali ke kampung halamannya untuk mengajar. Selama 9 tahun itulah ia mengajar sendirian di sekolah itu.

"Iya saya ngajar sendirian, ada kepala sekolah, dia hanya datang pas ujian," ujar Soleman ke detikcom beberapa waktu lalu.


Baca juga: Sebar Hoax 'Masjid Papua Terbakar' di YouTube, Pegawai Sekolah Ditangkap
Kata Soleman, mereka yang mengajar di sekolah-sekolah di Desa Tangma bekerja dengan hati. Pasalnya Kepala Sekolah dan beberapa guru yang sudah memiliki SK PNS tidak mau mengajar lagi dan memilih tinggal di kota.

"Tolong disampaikan ke Menteri, kami ingin bangun 4 kelas, termasuk buat pintunya, jadi total 6 pintu lengkap dengan kantor dan wc juga," ucapnya.

Soleman memiliki 6 anak yang harus dia tanggung (1 anak sudah menikah) dan beberapa sedang sekolah hingga kuliah. Selain sebagai guru, ia juga mengatakan sering mengisi khotbah di gereja.

"Kalau ditanya gaji cukup enggak, ya ga cukup. Kita bekerja dengan hati," ucapnya.

SD Inpres Wamerek memiliki empat ruangan yang dibagi menjadi 3 ruangan untuk kelas 1-6 SD dan satunya untuk kantor. Dinding masih terbuat dari kayu yang dibangun oleh warga setempat.

Baca juga: Foto: Bangga! Menginjakkan Kaki di Pos Perbatasan RI-Papua Nugini
SD Inpres Wamerek merupakan satu di antara tiga sekolah di Desa Tangma yang sulit mendapat akses pendidikan maupun pembangunan. Pasalnya, menurut pengakuannya, dinas pendidikan atau pemerintah tidak pernah berkunjung sama sekali ke desa ini meski sekolah-sekolah yang ada sudah puluhan tahun berdiri.

Terlebih, sulitnya akses ini membuat sekolah-sekolah ketinggalan informasi. Misalnya di SD Inpres Wamerek, para siswa masih mendapat buku kurikulum terbitan tahun 2011. [dtk]
Komentar

Tampilkan

Terkini