RIDHMEDIA - Majelis Ulama Indonesia (NUI) menyambut baik diselenggarakannya Kuala Lumpur (KL) Summit selama tiga hari untuk membahas masalah penting terkait nasib Muslim Uighur di Xinjiang, Cina, Perang di Yaman, masalah gender, kesenjangan ekonomi di kalangan dunia Islam hingga Islamofobia.
“Sebenarnya masalah-masalah seperti ini sangat tepat dibahas dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tetapi OKI tampaknya kurang responsif dan lebih banyak menunggu, sehingga mendorong PM Malaysia Mahatir Muhammad untuk mengambil inisiatif dan langkah-langkah agar dunia bisa mendengar dan memperhatikan suara umat Islam dunia,” kata Sekjen MUI Anwar Abbas kepada wartawan belum lama ini.
Melalui KL Summit, negara-negara Barat, Amerika dan Cina diharapkan bisa memperbaiki dan merubah sikap dan pandangannya terhadap Islam yang sangat merugikan umat Islam. “Pertemuan ini diharapkan bisa ditemukan cara dan langkah-langkah penyelesaian terhadap masalah dan tantangan yang dihadapi dunia Islam, termasuk mengatasi Islamofobia.”
Harus diakui, selama ini cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi persoalan Islamofobia tampaknya kurang berhasil, sehingga Islam dan umat Islam selalu dipojokkan dan menjadi korban dari tindak dan perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti yang dialami oleh orang Islam di Christchurch, Selandia Baru, dimana umat Islam yang sedang berada di masjid dibunuh oleh seorang bersenjata secara brutal, dan mengakibatkan sekitar 60 orang meregang nyawa.
“Jadi KL Summit ini jelas merupakan pertemuan yang sangat penting dan strategis. Jadi tidak hanya bermakna bagi umat Islam saja, tapi juga umat-umat agama lain. Diharapkan pertemuan tersebut tercipta saling pengertian, sehingga dunia dan seluruh manusia menjadi aman, tentram dan damai,” kata Anwar Abbas. [mc]
“Sebenarnya masalah-masalah seperti ini sangat tepat dibahas dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tetapi OKI tampaknya kurang responsif dan lebih banyak menunggu, sehingga mendorong PM Malaysia Mahatir Muhammad untuk mengambil inisiatif dan langkah-langkah agar dunia bisa mendengar dan memperhatikan suara umat Islam dunia,” kata Sekjen MUI Anwar Abbas kepada wartawan belum lama ini.
Melalui KL Summit, negara-negara Barat, Amerika dan Cina diharapkan bisa memperbaiki dan merubah sikap dan pandangannya terhadap Islam yang sangat merugikan umat Islam. “Pertemuan ini diharapkan bisa ditemukan cara dan langkah-langkah penyelesaian terhadap masalah dan tantangan yang dihadapi dunia Islam, termasuk mengatasi Islamofobia.”
Harus diakui, selama ini cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi persoalan Islamofobia tampaknya kurang berhasil, sehingga Islam dan umat Islam selalu dipojokkan dan menjadi korban dari tindak dan perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti yang dialami oleh orang Islam di Christchurch, Selandia Baru, dimana umat Islam yang sedang berada di masjid dibunuh oleh seorang bersenjata secara brutal, dan mengakibatkan sekitar 60 orang meregang nyawa.
“Jadi KL Summit ini jelas merupakan pertemuan yang sangat penting dan strategis. Jadi tidak hanya bermakna bagi umat Islam saja, tapi juga umat-umat agama lain. Diharapkan pertemuan tersebut tercipta saling pengertian, sehingga dunia dan seluruh manusia menjadi aman, tentram dan damai,” kata Anwar Abbas. [mc]