Petinggi Gerindra: Jangan Jengkel Kangmas Jokowi, Saya Bisa Bantu

Ridhmedia
16/12/19, 17:56 WIB
RIDHMEDIA - Presiden Joko Widodo marah dan jengkel karena pembangunan lima kilang minyak yang dicanangkan pada periode pertama pemerintahannya tidak kunjung berjalan alias omong-omong doang.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengarakan, kegagalan atau tidak jalannya pembangunan lima kilang minyak yang diprogramkan Jokowi pada periode pertamanya disebabkan paling tidak dua hal.

Pertama, banyak partner Pertamina yang memenangkan tender ternyata cuma broker. Tidak punya dana untuk membangun kilang minyak yang diprogramkan pemerintahan Indonesia.

"Contoh saja perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil & Gas (OOG) juga akan melakukan pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru di Bontang," ujar Arief Poyuono, Senin (16/12).

Untuk mengembangkan kilang tersebut, OOG telah menggandeng dua mitra lokal yang akan bekerja sama dengan perusahaan untuk membangun fasilitas pendukung di Kilang Bontang.

"Nah, mitra lokalnya kalau tidak salah satu anak perusahaan Mina Padi yang mana saat ini saja produk reksa dana Mina Padi sedang bermasalah di pasar modal alias ditutup," sebutnya.

OOG bukanlah national oil company milik negara Oman, dan tidak memiliki permodalan atau akses modal yang kuat untuk berinvestasi membangun kilang minyak di Bontang dengan nilai hampir 15 miliar dolar AS.

Menurut Arief Poyuono, jajaran direksi Pertamina kurang handal dan kurang punya akses ke pasar keuangan dunia serta ke investor minyak dunia untuk bisa diajak berinvestasi membangun lima kilang minyak tersebut.

Artinya, jelas dia, harus dirombak total semua direksi Pertamina dengan sosok yang mampu menyakinkan investor untuk bangun kilang minyak.

"Nah Ahok (yang ditunjuk jadi Komut Pertamina) mampu enggak ya," ucap Arief Poyuono.

Karena itu, untuk merealisasikan semua proyek kilang minyak di Pertamina harus ditender ulang, sebab kelima pemenang tender hingga hari ini cuma omong doang saja, mau bangun kilang minyak tapi tidak punya dana.

Kedua, kekuatan mafia impor BBM masih sangat kuat di lingkaran Pertamina, agar perusahaan negara itu tidak membangun kilang minyak sendiri. Sebab ada diksi yang dibuat oleh mereka, kalau impor BBM itu jauh lebih murah daripada kita me-refine sendiri dari crude oil menjadi produk BBM.

"Padahal benar kata Kangmas Joko Widodo, kalau kita punya kilang sendiri akan banyak turunan dari pengolahan crude oil itu banyak digunakan oleh industri industri politeylin, yang saat ini juga masih impor," kata Arief Poyuono.

Ditambahkannnya, justru banyak investor yang benar-benar punya dana besar dan punya pengalaman dalam investasi dan pembangunan kilang minyak tidak bisa masuk, karena tidak mau dibrokerin untuk mengandeng Pertamina membangun kilang minyak.

"Jangan jengkel Kangmas, nanti sakit loh. Tenang saja Kangmas, itu persoalan kecil. Saya pun bisa bantu Kangmas untuk relisasikan kilang minyak tersebut. He he he," pungkas Arief Poyuono. [rml]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+