RIDHMEDIA - Puluhan petugas kebersihan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare, Sulawesi Selatan, menggelar unjukrasa di depan kantor Wali Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Jumat (6/12).
Kedatangan 29 petugas Kebersihan ini didampingi Himpunan Pelajar dan Mahasiswa (HIPMI) Kota Parepare, menuntut agar Wali Kota Parepare, Taufan Pawe, selaku kepala pemerintahan di daerah untuk segera menuntaskan gaji para pekerja yang belum dibayarkan.
“Kami datang menuntut agar pemerintah daerah segera membayarkan hak-hak para pekerja, itu saja,” kata Sulfadli, salah seorang koordinator aksi.
Sulfadli mengatakan, tuntutan pekerja agar Pemda segera membayarkan gaji mereka sebesar Rp1.250 .000/bulan, yang sudah menunggak selama 9 bulan terakhir ini.
Robbin Herman, seorang petugas kebersihan yang dipecat ini mengungkapkan, selama 9 bulan Pemda belum membayarkan gaji mereka, sejumlah rekannya terpaksa menyambung hidup dengan mencari pekerjaan lain sebagai kuli panggul di pelabuhan.
“Upah yang saya terima, sekitar Rp20 ribu. Itu cukupnya hanya biaya sewa rumah,” kata Robbin.
Bahkan tidak sanggup lagi menafkahi keluarganya, sehingga istrinya minggat bersama anaknya.
“Gaji saya tidak dibayarkan, istri saya lari ke Kalimantan,” katanya.
Kenyataan pahit juga dirasakan Yaqob Katinda. Petugas kebersihan yang sudah 25 tahun mengabdi dan saat ini menyambung hidupnya dengan mengumpulkan limbah plastik dan dijualnya.
"Apa boleh buat kami harus mempertahankan hidup dengan cara seperti ini,” katanya.
Pria berusia 56 tahun ini mengaku separuh hidupnya sudah mengabdikan diri bekerja di Pemda Kota Pare-pare, dengan hanya mengantongi SK hononer yang diperpanjang setiap tahunnya.
“Saya sudah 25 tahun bekerja. Anak satu dan sekarang numpang tinggal di rumah keluarga. Saya tidak tahu tiba-tiba dipecat dan diganti dengan orang lain, tanpa informasi lebih dulu. Kami sudah berulangkali ke DPRD minta kejelasan tapi sampai sekarang tidak jelas juga nasib kami,” katanya.
Senada dengan rekannya, Martinus Tandi mengaku bingung juga mencari nafkah di mana.
"Kami sudah pinjam kepada teman dan keluarga untuk menyambung hidup. Malu juga terus seperti ini. Kami berharap tuntutan segera diterima," katanya.
Plt Kadis Lingkungan Hidup Kota Parepare, Syamsuddin Taha, mengaku akan menindaklanjuti kasus tersebut.
"Akan segera kita proses pengaduan mereka,” katanya kepada wak media. [gtc]
Kedatangan 29 petugas Kebersihan ini didampingi Himpunan Pelajar dan Mahasiswa (HIPMI) Kota Parepare, menuntut agar Wali Kota Parepare, Taufan Pawe, selaku kepala pemerintahan di daerah untuk segera menuntaskan gaji para pekerja yang belum dibayarkan.
“Kami datang menuntut agar pemerintah daerah segera membayarkan hak-hak para pekerja, itu saja,” kata Sulfadli, salah seorang koordinator aksi.
Sulfadli mengatakan, tuntutan pekerja agar Pemda segera membayarkan gaji mereka sebesar Rp1.250 .000/bulan, yang sudah menunggak selama 9 bulan terakhir ini.
Robbin Herman, seorang petugas kebersihan yang dipecat ini mengungkapkan, selama 9 bulan Pemda belum membayarkan gaji mereka, sejumlah rekannya terpaksa menyambung hidup dengan mencari pekerjaan lain sebagai kuli panggul di pelabuhan.
“Upah yang saya terima, sekitar Rp20 ribu. Itu cukupnya hanya biaya sewa rumah,” kata Robbin.
Bahkan tidak sanggup lagi menafkahi keluarganya, sehingga istrinya minggat bersama anaknya.
“Gaji saya tidak dibayarkan, istri saya lari ke Kalimantan,” katanya.
Kenyataan pahit juga dirasakan Yaqob Katinda. Petugas kebersihan yang sudah 25 tahun mengabdi dan saat ini menyambung hidupnya dengan mengumpulkan limbah plastik dan dijualnya.
"Apa boleh buat kami harus mempertahankan hidup dengan cara seperti ini,” katanya.
Pria berusia 56 tahun ini mengaku separuh hidupnya sudah mengabdikan diri bekerja di Pemda Kota Pare-pare, dengan hanya mengantongi SK hononer yang diperpanjang setiap tahunnya.
“Saya sudah 25 tahun bekerja. Anak satu dan sekarang numpang tinggal di rumah keluarga. Saya tidak tahu tiba-tiba dipecat dan diganti dengan orang lain, tanpa informasi lebih dulu. Kami sudah berulangkali ke DPRD minta kejelasan tapi sampai sekarang tidak jelas juga nasib kami,” katanya.
Senada dengan rekannya, Martinus Tandi mengaku bingung juga mencari nafkah di mana.
"Kami sudah pinjam kepada teman dan keluarga untuk menyambung hidup. Malu juga terus seperti ini. Kami berharap tuntutan segera diterima," katanya.
Plt Kadis Lingkungan Hidup Kota Parepare, Syamsuddin Taha, mengaku akan menindaklanjuti kasus tersebut.
"Akan segera kita proses pengaduan mereka,” katanya kepada wak media. [gtc]