RIDHMEDIA - Politiskus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan sedang memanfaatkan momentum Reuni 212 untuk kepentingannya. Ia memanfaatkan massa yang hadir demi Pilpres 2024.
Anies disebut-sebut bakal maju dalam kontestasi politik 5 tahunan pada 2024, sxehingga sang gubernur memanfaatkan momentum 212 ini demi kepentingan politiknya.
"Yang memanfaatkan gerakan 212 tinggal @aniesbaswedan demi 2024," cuit @gunromli, Senin (2/12/2019).
Menurut Guntur, saat ini Anies tidak secara terang-terangan memberikan dukungan penuh terhadap aksi 212. Pasalnya, momen kontestasi 2024 masih lama yakni 4 tahun lagii.
"Tapi karena masih lama Anies tidak dukung penuh, cuma kasih izin pemakaian Monas saja dan hadir sebentar," ungkap Guntur.
Guntur menilai aksi 212 tahun ini tidak sebesar aksi pada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, pada tahun sebelumnya aksi tersebut terlihat jelas ditunggangi kelompok-kelompok politik.
Setelah momen kontestasi politik usai, seperti Pilkada DKI hingga Pilpres 2019, aksi 212 mulai kehilangan pendukungnya.
"Sebelum ini Gerakan 212 itu terlihat besar karena ada momen politik dan kepentingan klmpk2 politik, tapi setelah momen itu selesai seperti Pilkada DKI 2016/2017 dan Pilpres 2019 maka 212 sudah kehilangan dukungan, makanya sekarang sepi Monas kosong melompong, yang hadir tinggal gerombolan FPI saja," pungkasnya. [sc]
Anies disebut-sebut bakal maju dalam kontestasi politik 5 tahunan pada 2024, sxehingga sang gubernur memanfaatkan momentum 212 ini demi kepentingan politiknya.
"Yang memanfaatkan gerakan 212 tinggal @aniesbaswedan demi 2024," cuit @gunromli, Senin (2/12/2019).
Menurut Guntur, saat ini Anies tidak secara terang-terangan memberikan dukungan penuh terhadap aksi 212. Pasalnya, momen kontestasi 2024 masih lama yakni 4 tahun lagii.
"Tapi karena masih lama Anies tidak dukung penuh, cuma kasih izin pemakaian Monas saja dan hadir sebentar," ungkap Guntur.
Guntur menilai aksi 212 tahun ini tidak sebesar aksi pada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, pada tahun sebelumnya aksi tersebut terlihat jelas ditunggangi kelompok-kelompok politik.
Setelah momen kontestasi politik usai, seperti Pilkada DKI hingga Pilpres 2019, aksi 212 mulai kehilangan pendukungnya.
"Sebelum ini Gerakan 212 itu terlihat besar karena ada momen politik dan kepentingan klmpk2 politik, tapi setelah momen itu selesai seperti Pilkada DKI 2016/2017 dan Pilpres 2019 maka 212 sudah kehilangan dukungan, makanya sekarang sepi Monas kosong melompong, yang hadir tinggal gerombolan FPI saja," pungkasnya. [sc]