Ridhmedia - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyentil utang pemerintah ke persyarikatan bentukan KH Ahmad Dahlan itu. Nilainya sangat fantastis, Rp1,2 triliun.
Sebelumnya, dalam rapat Komisi IX DPR, anggota Fraksi PAN yang juga mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah, Saleh P. Daulay melontarkan pernyataan saat rapat dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan. Bahwa, utang BPJS Kesehatan ke berbagai rumah sakit milik Muhammadiyah mencapai Rp350 miliar.
Namun, dalam pidato yang ditayangkan tv Muhammadiyah dan beredar di media sosial, Din menyebut angkanya lebih besar dari itu.
"Saya mendapat banyak penyampaian, apakah betul Muhammadiyah berpiutang kepada pemerintah, khususnya BPJS. Setelah saya tanya beberapa ketua PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) ternyata angkanya bukan yang beredar di DPR hanya Rp350 miliar," kata Din dalam pidato seperti dikutip VIVAnews, Senin 30 Desember 2019.
Jumlah sebesar Rp350 miliar, kata Din, hanya hitungan gabungan dari beberapa saja. Ia menyebut, hitungan itu hanya wilayah Jawa Tengah saja. Tapi sebenarnya, angkanya lebih dari itu.
"Secara keseluruhan Rp1,2 triliun," lanjutnya.
Menurutnya, itu adalah hak yang harusnya dibayarkan oleh pemerintah ke Muhammadiyah. Meskipun jumlah yang sangat besar itu, namun Din mengatakan bahwa para pimpinan Muhammadiyah dari paling bawah sampai pusat, tidak pernah menagih-nagih itu. Meski dia paham, sangat dibutuhkan saat ini.
"Saya amati sebagai ketua ranting Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, PWM di mana banyak RS tidak terlalu menggebu-gebu untuk menagih kepada pemerintah ya," katanya disambut tawa.
Din menegaskan, itulah watak yang dimiliki Muhammadiyah. Meski uang yang cukup besar itu belum dibayarkan oleh pemerintah.
"Dalam hati saya, itulah Muhammadiyah. Muhammadiyah memberi dan melayani. Bukan meminta," tegasnya.
Melalui amal usahanya seperti di bidang kesehatan itu, jelas Din, Muhammadiyah melakukan pelayanan kepada umat, bahkan kepada Indonesia. Bukan meminta, apalagi Muhammadiyah tidak mengemis.
Bahkan, Din menyebut, sikap Muhammadiyah ini adalah sikap yang menjadi wasatiyyah yang sebenarnya. Yakni, sikap yang ideal dan proporsional.
"Inilah wasatiyyah, wasatiyyah Islam ini harus menjadi ciri khas umat Islam Indonesia. Harus menjadi watak dari ormas-ormas Islam. Maka, Muhammadiyah lakukanlah kepeloporan," katanya.
Lanjut Din, maka Muhammadiyah harus terus melakukan ini, sehingga wasatiyyah benar-benar menjadi gerakan di Indonesia. "Dengan demikian, kita akan memajukan Indonesia dan mencerahkan bangsa," katanya.[vn]
Sebelumnya, dalam rapat Komisi IX DPR, anggota Fraksi PAN yang juga mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah, Saleh P. Daulay melontarkan pernyataan saat rapat dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan. Bahwa, utang BPJS Kesehatan ke berbagai rumah sakit milik Muhammadiyah mencapai Rp350 miliar.
Namun, dalam pidato yang ditayangkan tv Muhammadiyah dan beredar di media sosial, Din menyebut angkanya lebih besar dari itu.
"Saya mendapat banyak penyampaian, apakah betul Muhammadiyah berpiutang kepada pemerintah, khususnya BPJS. Setelah saya tanya beberapa ketua PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) ternyata angkanya bukan yang beredar di DPR hanya Rp350 miliar," kata Din dalam pidato seperti dikutip VIVAnews, Senin 30 Desember 2019.
Jumlah sebesar Rp350 miliar, kata Din, hanya hitungan gabungan dari beberapa saja. Ia menyebut, hitungan itu hanya wilayah Jawa Tengah saja. Tapi sebenarnya, angkanya lebih dari itu.
"Secara keseluruhan Rp1,2 triliun," lanjutnya.
Menurutnya, itu adalah hak yang harusnya dibayarkan oleh pemerintah ke Muhammadiyah. Meskipun jumlah yang sangat besar itu, namun Din mengatakan bahwa para pimpinan Muhammadiyah dari paling bawah sampai pusat, tidak pernah menagih-nagih itu. Meski dia paham, sangat dibutuhkan saat ini.
"Saya amati sebagai ketua ranting Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, PWM di mana banyak RS tidak terlalu menggebu-gebu untuk menagih kepada pemerintah ya," katanya disambut tawa.
Din menegaskan, itulah watak yang dimiliki Muhammadiyah. Meski uang yang cukup besar itu belum dibayarkan oleh pemerintah.
"Dalam hati saya, itulah Muhammadiyah. Muhammadiyah memberi dan melayani. Bukan meminta," tegasnya.
Melalui amal usahanya seperti di bidang kesehatan itu, jelas Din, Muhammadiyah melakukan pelayanan kepada umat, bahkan kepada Indonesia. Bukan meminta, apalagi Muhammadiyah tidak mengemis.
Bahkan, Din menyebut, sikap Muhammadiyah ini adalah sikap yang menjadi wasatiyyah yang sebenarnya. Yakni, sikap yang ideal dan proporsional.
"Inilah wasatiyyah, wasatiyyah Islam ini harus menjadi ciri khas umat Islam Indonesia. Harus menjadi watak dari ormas-ormas Islam. Maka, Muhammadiyah lakukanlah kepeloporan," katanya.
Lanjut Din, maka Muhammadiyah harus terus melakukan ini, sehingga wasatiyyah benar-benar menjadi gerakan di Indonesia. "Dengan demikian, kita akan memajukan Indonesia dan mencerahkan bangsa," katanya.[vn]