RIDHMEDIA - Persoalan korupsi memerlukan upaya luar biasa yang melibatkan semua stakeholders. Pemberantasan korupsi tidak boleh hanya mengandalkan pada satu pihak saja, dalam hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Begitu kata Ketua Baleg DPR (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas dalam diskusi 'Koruptor Dihukum Mati, Retorika Jokowi?” di Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (15/12).
"Kalau hanya dibebankan KPK saya bilang sampai kiamat pun KPK nggak bisa bergerak sendiri. Karena KPK hanya salah satu unsur dari pemberantasan korupsi," ujarnya.
Politisi Gerindra ini mengatakan bahwa konsep pemberantasan tindak pidana korupsi tidak hanya bergantung pada jenis pemidanaan.
"Karena kalau kita melihat itu saja, pemberantasan korupsi hanya melihat dalam arti kata sempit," katanya
Untuk itu, Supratman menyatakan harus ada keseriusan dari berbagai pihak untuk melakukan pemberantasan korupsi. Salah satu caranya dengan pendidikan karakter.
"Kenapa pendidikan karakter? Di negara-negara Skandinavia untuk menghasilkan orang cerdas yang paling penting bukan hanya pendidikan. Tapi yang ditekankan di sana sejak usia dini adalah bagaimana anak-anak itu bisa dibekali nilai-nilai antikorupsi," ungkapnya.
Ucapan Supratman itu bukan tanpa alasan, dia mengaku sudah melihat banyak koruptor yang masih bisa tersenyum, meski sudah mengenakan pakaian tahanan oranye dan ditangkap oleh KPK.
"Artinya upaya melakukan labelisasi dan memberikan hukuman sosial pada para koruptor belum dilakukan secara maksimal," pungkasnya. [rml]
Begitu kata Ketua Baleg DPR (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas dalam diskusi 'Koruptor Dihukum Mati, Retorika Jokowi?” di Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (15/12).
"Kalau hanya dibebankan KPK saya bilang sampai kiamat pun KPK nggak bisa bergerak sendiri. Karena KPK hanya salah satu unsur dari pemberantasan korupsi," ujarnya.
Politisi Gerindra ini mengatakan bahwa konsep pemberantasan tindak pidana korupsi tidak hanya bergantung pada jenis pemidanaan.
"Karena kalau kita melihat itu saja, pemberantasan korupsi hanya melihat dalam arti kata sempit," katanya
Untuk itu, Supratman menyatakan harus ada keseriusan dari berbagai pihak untuk melakukan pemberantasan korupsi. Salah satu caranya dengan pendidikan karakter.
"Kenapa pendidikan karakter? Di negara-negara Skandinavia untuk menghasilkan orang cerdas yang paling penting bukan hanya pendidikan. Tapi yang ditekankan di sana sejak usia dini adalah bagaimana anak-anak itu bisa dibekali nilai-nilai antikorupsi," ungkapnya.
Ucapan Supratman itu bukan tanpa alasan, dia mengaku sudah melihat banyak koruptor yang masih bisa tersenyum, meski sudah mengenakan pakaian tahanan oranye dan ditangkap oleh KPK.
"Artinya upaya melakukan labelisasi dan memberikan hukuman sosial pada para koruptor belum dilakukan secara maksimal," pungkasnya. [rml]