RIDHMEDIA - Partai Demokrat menyindir Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tiba-tiba `plester` mulut terkait kasus gagal bayar polis nasabah PT Asuransi Jiwasraya yang mengakibatkan negara merugi Rp13,7 triliun.
PSI sendiri sempat mengklaim sebagai partai yang bersih dan selalu berkomitmen menyuarakan "perampokan uang raktyat" oleh oknum-oknum tertentu. Namun dikasus Jiwasraya, PSI nyaris tidak bergeming alias tidak terdengar suaranya sama sekali.
Dilansir dari RMOL.id, begitu disampaikan Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon dalam cuitannya di akun Twitter pribadinya, Selasa (24/12/2019).
"Mana ini suara teman-teman @psi_id yang katanya fokusnya kawal uang rakyat di kasus @Jiwasraya ini," kata Jansen.
Tidak berhenti di situ, Jansen juga mengajak PSI untuk berani bersuara ihwal kasus Jiwasraya untuk bersama-sama membongkar skandal yang merugikan jutaan nasabah.
"Agar terbongkar ayo teman-teman (PSI) kita suarakan," ajaknya.
Jansen berharap, jutaan nasabah yang menjadi korban akibat oknum yang tidak bertanggung jawab dapat segera terungkap. Hal itu diyakinya bukan merupakan kelalaian kinerja.
"Dugaan saya ini bukan lagi sekedar kelalaian semata, tapi sudah "perampokan" yang sistematis," tandasnya. [ljc]
PSI sendiri sempat mengklaim sebagai partai yang bersih dan selalu berkomitmen menyuarakan "perampokan uang raktyat" oleh oknum-oknum tertentu. Namun dikasus Jiwasraya, PSI nyaris tidak bergeming alias tidak terdengar suaranya sama sekali.
Dilansir dari RMOL.id, begitu disampaikan Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon dalam cuitannya di akun Twitter pribadinya, Selasa (24/12/2019).
"Mana ini suara teman-teman @psi_id yang katanya fokusnya kawal uang rakyat di kasus @Jiwasraya ini," kata Jansen.
Tidak berhenti di situ, Jansen juga mengajak PSI untuk berani bersuara ihwal kasus Jiwasraya untuk bersama-sama membongkar skandal yang merugikan jutaan nasabah.
"Agar terbongkar ayo teman-teman (PSI) kita suarakan," ajaknya.
Jansen berharap, jutaan nasabah yang menjadi korban akibat oknum yang tidak bertanggung jawab dapat segera terungkap. Hal itu diyakinya bukan merupakan kelalaian kinerja.
"Dugaan saya ini bukan lagi sekedar kelalaian semata, tapi sudah "perampokan" yang sistematis," tandasnya. [ljc]