Susi Kritik Edhy Prabowo Lagi soal Ekspor Lobster, Kenapa?

Ridhmedia
15/12/19, 07:06 WIB
RIDHMEDIA - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) periode 27 Oktober 2014-20 Oktober 2019, Susi Pudjiastuti kembali mengutarakan kegelisahannya atas kebijakan pemerintah yang akan membuka kembali ekspor benih lobster.

Jika sebelumnya Susi menyebut bahwa lobster yang bernilai ekonomi tinggi itu tidak boleh punah, hanya karena ketamakan dan Indonesia mesti mensyukuri nikmat, Susi kembali 'menyindir' rencana kebijakan Menteri KKP saat ini, Edhy Prabowo.

Dalam cuitan di Twitternya, yang diunggah pada Sabtu kemarin (14/12/2019), Susi mempertanyakan kembali sebuah pertanyaan krusial.

"Bener kita harus ekspor bibitnya?? [bibit lobster]," katanya dikutip dari akun Twitter @susipudjiastuti, Minggu (15/12/2019).

"Apakah tidak lebih baik tunggu besar dan dijual dengan harga lebih dari 30 kalinya???. Susi mengunggah kalimat itu dengan dua tanda tanya, dan kalimat berikutnya dengan tiga tanda tanya yang menandakan ada pertanyaan yang seakan perlu dipertimbangkan kembali oleh pemerintah era Jokowi periode kedua ini, khususnya Edhy Prabowo, penggantinya di KKP.

Dia bahkan menggunggah satu foto lobster yang diambil dari web CNBC Indonesia, dan menjelaskan bahwa lobster tersebut tipe Lobster Mutiara.

"Berat kira-kira 1,2 kg sampai dengan 1,4 kg. Harga per kg saat ini minimal Rp 5 juta. Bibitnya diambil dari laut diekspor ke Vietnam per ekor cuma Rp 139.000."


Rencana Menteri KKP Edhy Prabowo mengeluarkan kebijakan membuka kembali ekspor benih lobster memang menuai kontroversi.

Pada Selasa lalu, Susi juga mengunggah kegelisahannya soal rencana kembali mengekspor bibit lobster, yang sudah sempat dilarangnya kala menjadi menteri KKP.

"Lobster yg bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menjual bibitnya; dengan harga seperseratusnyapun tidak. Astagfirulah .. karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dari Nya," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, ekonom Faisal Basri juga angkat bicara. Faisal bahkan menyebut istilah 'mafia' dan rencana ini sudah 'gila'.

Faisal mengatakan mengapa rencana kebijakan pencabutan larangan ekspor bibit lobster dianggap sudah 'gila', karena harusnya dengan membudidayakan bibit lobster di dalam negeri akan menciptakan nilai tambah lebih besar, bila langsung ekspor diambil dari alam tak ada nilai tambah.

"Nah ini sumber yang bisa kita tingkatkan penerimaan ekspornya ya kita jual. Bibirnya ya namanya bibit ya kita jual gimana sih gila nggak," katanya di Kemenkeu, Selasa (10/12).

Ia mengatakan kegiatan atau perdagangan bibit lobster memang harus dilarang. Selain tak memberikan nilai tambah juga merusak lingkungan.

"Untungnya besar sekali lebih besar dari bisnis kapal ilegal. Kapal ilegal mau ditenggelamin juga ruginya sedikit. Tapi kalo lobster itu besar. Ada mafianya itu," kata Faisal.

Edhy Prabowo dalam penjelasan bahwa ada potensi ekspor yang baru disadari Edhy saat mengirim tim ke Vietnam untuk melakukan pemantauan harga benih lobster. Ia mengaku kaget karena benih lobster yang dijual jauh meningkat dibanding harga jual dari nelayan di Indonesia.

"Paling mahal itu Rp 139 ribu satu benih. Gila, satu benih baby lobster itu Rp139 rb? 'iya pak susah barangnya sekarang. Biasanya hanya Rp50-70 ribuan," katanya di Rakornas KKP Hotel Borobudur, Rabu (4/12/2019).

Padahal, kata Edhy benih lobster yang dijual dari Indonesia hanya di kisaran Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu. Penyebab membengkaknya harga hingga puluhan kali lipat disinyalir karena rute perjalanan yang tidak langsung. Sebelum tiba di Vietnam, benih lobster tersebut harus lebih dulu melewati Singapura. Sehingga ada peningkatan harga di perantara.

Potensi besar yang dimiliki masih harus dibayangi oleh terganggunya ekosistem serta budidaya lobster. Edhy mendorong petambak untuk menyediakan re-stok lobster dewasa sebanyak 5%.

Jika kebijakan tersebut diterapkan, nantinya ada kajian khusus terkait perkembangbiakan lobster. "Lewat putusan ilmiah. Lobster itu kalau tidak dipanen toh tumbuhnya [hanya] 1 persen," sebut Edhy. [cnbc]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+