Berpikir Liberal Itu Liar

Ridhmedia
22/01/20, 10:38 WIB

Oleh:Chusnatul Jannah
JIKA ada yang bertanya, mana yang lebih berbahaya, pemikiran sekuler atau pemikiran liberal? Sebenarnya dua-duanya sama bahayanya. Dua pemikiran ini bisa membunuh akidah secara pelan tapi pasti. Pemikiran sekuler akan membentuk seorang individu yang memisahkan aturan agama dalam kehidupan sosialnya. Baik dalam perkara ibadah mahdhoh. Belum tentu baik dalam mengamalkannya di kehidupan sosial. Maka dari itu, orang-orang yang berpikir sekuler cenderung menempatkan Allah dalam posisi ibadah individu atau ritual. Seolah posisi Allah hanya berada dalam tempat ibadah. Dalam kehidupan sosial, keberadaan Allah diabaikan bahkan diasingkan dari kehidupan.

Maka dari itu, tak jarang kita jumpai ada orang rajin salat, rutin ikut pengajian, aktif dalam jamaah, namun alergi bila syariah diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun pemikiran liberal, bisa dibilang cara berpikir orang-orang ini sangat liar dan tidak tahu aturan. Bahkan besar kemungkinan berani mengutak-atik hukum Allah demi memenuhi hasrat berpikirnya. Pemikiran ini banyak tercampuri cara berpikir orang-orang Barat ataupun filsafat. Lihat konteks, jangan hanya teks. Seperti peristiwa viral baru-baru ini. Seorang istri kiai berani mengatakan jilbab itu tidak wajib bagi muslimah. Apa yang Allah wajibkan masih dipersoalkan. Apa yang Allah haramkan masih dicari pembenarannya. Apa yang Allah halalkan mereka hujat habis-habisan. Demi memuaskan cara berpikirnya yang liar dan kebablasan, mereka mengobok-obok dalil untuk mendukung pemikirannya.

merekal pintar daripada Allah. Plintar-plintir ayat seakan lebih cerdas dari Allah. Alhasil, pemikiran sekuler dan liberal sejatinya seperti sel kanker yang menggerogoti iman dan akal sehat. Benarlah apa yang disampaikan Direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. "Orang yang mempunyai komitmen terhadap Islam, katakanlah orang-orang yang shaleh, yang memperjuangkan Islam, yang menegakkan kebenaran, yang melakukan amar makruf nahi mungkar tiba-tiba disebut dengan fundamentalis. Nah ini, kata fundamentalis saja di dalam Islam tidak ada. Ini salah satu tantangan kita bernegara seperti itu". Beliau juga menyampaikan istilah 'Islam radikal' tidak ada terminologinya dalam Islam. "Ini termasuk pembagian dari ghazwul fikri, perang pemikiran antara ideologi-ideologi besar di dunia di mana Islam ini sekarang menjadi bulan-bulanan ideologi kontemporer. Itu yang selama ini saya lakukan dengan deliberalisasi atau melakukan proses counter attack terhadap liberalisasi pemikiran Islam,” ujarnya. Menurut beliau, liberalisasi pemikiran Islam lebih bahaya dari 'membunuh orang'. Liberalisasi pemikiran adalah dekonstruksi syariah dan dekonstruksi akidah, berarti dia akan membunuh ribuan orang, membunuh dalam arti spiritual, membunuh orang yang selama ini beriman menjadi tidak beriman. Betapa bahayanya pemikiran impor produk ideologi asing ini. Semestinya umat mewaspadai bahaya terselubung dari konsep berpikir sekuler dan liberal yang dijajakan Barat. Merangsek masuk dalam benak-benak kaum muslim. Dan tanpa sadar mereka yang sudah teracuni pemikiran ini akan berpikir sesuai pola pikir Barat. Jika pola pikir ini terus dipelihara dalam kehidupan mereka, iman pun terkikis bahkan hilang sama sekali. Jika sudah demikian, rasa takut kepada Allah bisa hilang. Kaum liberalis ini seperti musuh dalam selimut. Islam ya Islam. Tak ada Islam radikal, Islam liberal, Islam moderat, atau Islam nusantara. Islam just Islam. Asli tanpa koma, tanpa kata penghubung. Islam itu Alquran dan As Sunnah. Islam itu mengikuti Allah dan Rasul-Nya. Bukan ikut Amerika atau China. Bagi siapapun yang memiliki pemikiran liberal, sejatinya kalian tak mewakili Islam. Bahkan tak layak menyandang predikat orang beriman. Bukan untuk menghakimi apalagi mengadili. Sebab, orang beriman tak akan berani menyalahi syariat Allah. Orang beriman hanya tunduk pada Allah dan Rasul-Nya. Bukan tunduk menuruti hawa nafsu dan akal yang terbatas.

(Aktivis Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+