Ridhmedia - Sekretaris Umum FPI Munarman merespons pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi terkait pernyataan Fachrul yang mengatakan salah jika ada umat Islam teriak antiaseng. Apa penjelasannya?
"Perlu dipahami, umat Islam itu melihat China Komunis itu sedang menjalankan politik ekspansionis, bukan sekedar hubungan bilateral yang sejajar," kata Munarman kepada wartawan, Rabu (8/1/2020) malam.
Munarman mengatakan hubungan antarnegara dengan China dan Amerika Serikat (AS) Indonesia selalu ditempatkan pada posisi sebagai klien. Menurutnya, karena itulah Munarman dan Front Pembela Islam (FPI) kerap mengkritik atau melontarkan kalimat 'antiaseng'.
"Dalam skema hubungan Indonesia dengan bangsa lain, selalu terutama komunis China dan kapitalis Amerika, Indonesia itu selalu dalam posisi klien subordinat dari negara-negara tersebut. Jadi, dalam konteks seperti itulah maka teriakan anti aseng dan asing itu disuarakan." jelasnya.
Alasan lainnya adalah karena negara itu tidak menghargai rakyat Indonesia. Karena itu juga dia mengkritik pemerintah yang dirasa tidak berpihak ke rakyat.
"Umat Islam itu mengkritik mentalitas penyelenggara negara yang tunduk lumpuh layu, ketika berhadapan dengan negara lain yang menyuapi dengan uang, namun ganas, kejam dan brutal ketika mengurus rakyat sendiri. Itu persoalan mendasarnya," katanya.
Sebelumnya, Menag Fachrul Razi mengunjungi kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fachrul bicara soal modernisasi hingga ekonomi dan sekolah Islam.
Dalam paparannya, Fachrul kemudian bicara mengenai transformasi negara seperti maraknya pembangunan infrastruktur dimana kontraktor utama pembangunan itu adalah China. Fachrul kemudian mengatakan umat Islam seharusnya tidak anti dengan China.
Waktu di Arab, dia membangun kereta api cepat yang menurut dia kereta api tercepat di dunia. Madinah-Jeddah-Mekkah. Itu kereta Rusia dan kontraktornya seratus persen China. Jadi waktu pembangunan itu teman-teman lihat banyak China di sana, ya memang seperti itu," kata Fachrul di kantor MUI, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).
Jangan berpikir juga Islam itu tidak suka dengan aseng, jangan lupa pada saat mereka dari Arafah menuju Mina itu keretanya China, kontraktornya seratus persen China. Mungkin kalau kita ada Islam yang teriak antiaseng, saya kira salah. Tapi mungkin beda, mungkin di sana tidak ada pengangguran, mungkin kalau tenaga kerjanya banyak jadi gelisah," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, Front Pembela Islam (FPI) dan GNPF-U beberapa kali kerap melontarkan pernyataan terkait China di setiap aksi atau orasi di beberapa tempat.(dtk)