RIDHMEDIA - Wakil Ketua Komisi IX Anshory Siregar meminta pemerintah melakukan langkah yang terukur dan terencana dalam mencegah masuknya wabah corona ke Indonesia.
“Indonesia harus mengantisipasi dan memonitor perkembangan virus tersebut. Sejauh ini belum ada kasus penyebaran virus Corona di Indonesia. Namun, potensi bahaya terus ada sebab Indonesia memiliki perjanjian visa bebas dengan Tiongkok sehingga berpergian di kedua negara cukup mudah,” kata Anshory di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ini menambahan, menurut catatan Indonesia memiliki 2500 mahasiswa di Tiongkok, diantaranya ada 428 mahasiswa dan 40 orang pelajar Indonesia di Wuhan.
Apalagi, jika otoritas Tiongkok gagal mengatasi penyebaran virus ini terutama saat dan setelah Imlek. Pemerintah perlu memastikan bahwa mereka dalam keadaan aman dan dalam kondisi yang baik.
“Langkah mitigasi perlu dilakukan oleh seluruh otoritas terkait, penyebarannya kini sudah menjalar ke beberapa negara yang dekat dengan Indonesia. Temuan terbaru di Thailand sudah dua orang dan satu di Singapura,” jelasnya.
Tercatat kasus gejala penyakit Corona yang terkonfirmas di Cina terdapat 544 kasus, Thailand 2, sedangkan 1 kasus di Jepang, Korea Selatan, Singpura dan AS. Selain itu, Kementerian Kesehatan dan Luar Negeri perlu melakukan koordinasi intensif dalam mengantisipasi penyebaran virus ini.
Diantaranya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait virus ini secara optimal. Terutama bagi mereka yang hendak bepergian ke daerah-daerah yang terindikasi telah terjadi penyebaran virus corona ini.
“Pihak imigrasi harus antisipastif dengan memperketat masuk keluarnya pengunjung terutama yang berasal dari Tiongkok secara proporsional. Otoritas bandara harus melakukan scanning dengan alat deteksi penyakit. Pun demikian dengan proses karantina hewan-hewan yang diimpor dari Tiongkok,” paparnya.
Sebagai informasi, wabah Corona adalah wabah yang disebabkan oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV). Virus ini pertama kali dilaporkan oleh WHO pada tanggal 31 Desember 2019 dan muncul pertama kali di Wuhan, RRT.
Virus ini menyebabkan penyakit mirip pneumonia yang dapat menimbulkan kematian bagi para penderitanya. Virus ini berasal dari hewan seperti ular, kelelawar dan hewan peliharaan. Sebagian besar penderita diketahui sempat bepergian ke Wuhan.
Saat ini, World Health Organizationa (WHO) di Geneva akan segera mengadakan pertemuan di minggu ini untuk mendiskusikan apakah virus ini termasuk dalam kategori darurat epidemik atau tidak.[asa]
Sumber: indopolitika.com