Soal Natuna, Cara Partai Komunis China Alihkan Isu Muslim Uighur

Ridhmedia
07/01/20, 07:33 WIB

 Pakar Politik Luar Negeri China dari Universitas Gadjah Mada  Soal Natuna, Cara Partai Komunis China Alihkan Isu Muslim Uighur

Ridhmedia - Pakar Politik Luar Negeri China dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nur Rachmat Yuliantoro menyebut Rezim Partai Komunis China (PKC) saat ini sedang tersudut oleh persoalan domestik yang menjadi tekanan luas secara internasional.

Masalah itu kata dia ialah, demonstrasi besar-besaran di Hong Kong dan masalah penanganan etnis muslim Uighur.

Dia mengatakan bahwa insiden yang dibuat China di Laut Natura Utara adalah usaha PKC untuk mengendorkan tekanan internasional pada dua isu domestik mereka yakni Hong Kong dan Uighur.

Pada Sabtu (4/1) kemarin China baru saja memecat Wang Zhimin, Kepala Kantor Penghubung mereka di Hong Kong yang dinilai tidak berhasil menangani enam bulan protes antipemerintah yang terjadi di Hong Hong.

Wang dinilai menciptakan krisis terburuk di Hong Kong sejak penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China pada 1997.

Beijing kemudian menunjuk Luo Huining yang merupakan salah satu pejabat teras Partai Komunis di Provinsi Shanxi sebagai pengganti Wang.

Sementara itu di saat yang hampir bersamaan, media internasional --termasuk media di Indonesia--mulai Jumat (3/1) juga terus menekan China terkait isu Uighur dengan mem-blow up dugaan pembongkaran ratusan kuburan mulism Uighur di Xinjiang oleh otoritas Beijing.

Langkah ini dituding-tuding sebagai upaya Partai Komunis menghapus sejarah dan identitas muslim Uighur dan menjadikan suku minoritas ini sebagaimana suku Han, suku mayoritas di China.

“Rezim PKC sedang sangat tersudut oleh isu Hong Kong dan Uighur. Ini tantangan besar dan pelik mereka. Sehingga saya kira di Natuna, mereka sedang diveriting the attention dengan masuk ke ZEE Indonesia agar perhatian pemerintah dan publik muslim Indonesia atas Uighur dan juga Hong Kong mengendur,” kata Nur Rachmat Yuliantoro saat dihubungi Senin (6/1) malam seperti melansir kumparan.com.

Nur Rahmat menjelaskan, Politik luar negeri Cina secara umum memiliki empat tujuan utama. Pertama, mempertahankan integritas teritorial.

Kedua, memajukan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, menciptakan imaji sebagai negara yang bersahabat. Dan keempat, mempertahankan legitimasi Partai Komunis.

“Apa yang sekarang sedang berlangsung di Laut Natuna Utara pada hakikatnya adalah sejalan dengan semua tujuan di atas, kecuali tujuan yang ketiga,” kata Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM ini.

China, menurut Nur, sedang menunjukkan bahwa siapa pun tak akan pernah mundur jika sudah menyangkut integritas wilayahnya.

Begitu juga China di Hong Kong dan Uighur, sebagaimana sikap negara lainnya pada wilayahnya, tak akan mau didesak-desak untuk bersikap sebaliknya.

Terkait langkah pemerintah Indonesia dalam menangani masalah laut Natuna Utara, menurut Nur, sudah sangat tepat.

Yakni, tegas sekaligus tidak terpancing oleh publik untuk mengambil langkah berlebihan.[ljc]

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+