Abu Umamah al-Bahili bukanlah seorang yang kaya raya. Baginya rezeki yang ia peroleh patut disyukuri, sedikit atau banyak semua itu ialah pemberian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Walaupun ia hidup dengan keadaan yang serba kekurangan, tetapi Abu Umamah selalu mengeluarkan sedekah dan suka menolong orang lain. ia berusaha sekuat tenaga semoga sanggup menawarkan bantuan, terkadang sesuatu yang ia sedekahkan itu ialah barang yang sangat ia butuhkan untuk memenuhi kehidupan keluarganya sehari-hari.
Pada suatu hari, ketika matahari belum sepenuhnya menampakkan kemunculannya, tiba-tiba seorang pengemis mendatangi rumah Abu Umamah dengan kondisi pakaian yang lusuh, kotor dan compang-camping. Kaki kiri pengemis itu cacat, sehingga jalannya sedikit pincang. Abu Umamah kemudian mendapatkan pengemis itu dan memintanya untuk menunggu sebentar. Abu Umamah segera masuk ke dalam untuk mencari sesuatu yang sanggup ia berikan kepada pengemis itu. Ternyata ia hanya mempunyai uang sebanyak tiga Dinar. Sebetulnya uang tiga dinar itu sangat ia butuhkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya hari itu. tanpa berpikir lama, Abi Umamah kemudian menawarkan uang satu dinar kepada pengemis itu.
Tidak beberapa usang kemudian, ketika Abu Umamah akan menutup pintu rumahnya tiba satu lagi seorang pengemis yang lain. Ia pun menawarkan satu dinar kepada pengemis itu. Apa yang terjadi ! tak disangka-sangka rupanya tiba lagi pengemis yang ketiga dan karenanya ia pun menawarkan uang yang masih tersisa satu dinar lagi kepada pengemis yang ketiga itu, sehingga Abu Umamah tidak mempunyai uang lagi dan ia tidak sanggup membeli kebutuhan untuk keluarganya pada ketika itu.
Istri Abu Umamah kemudian murka sehabis diberitahukan, bahwa uang tiga dinar yang seharusnya dipakai untuk belanja sudah habis diberikan kepada pengemis-pengemis itu.
"Kita tidak mempunyai apa-apa lagi. lantas dengan apa kita makan hari ini?"
Abu Umamah tidak menjawab perkataan istrinya itu, ia hanya membisu dan menutup pintu kamar hingga azan Zhuhur. Setelah itu ia pergi ke masjid dalam keadaan perut kosong yang telah ia niati berpuasa sunnah. Istrinya kemudian meminjam uang kepada tetanggganya untuk membeli makanan berbuka nanti.
Ketika Abu Umamah dan istrinya selesai berbuka puasa, tiba-tiba tiba seorang tamu, yaitu sobat Abu Umamah sendiri. Setelah mereka mengobrol wacana aneka macam hal, sahabatnya kemudian menyampaikan maksud kedatangannya.
"sahabatku, Abu Umamah! Tujuanku kesini ialah untuk menghadiahkan uang tiga ratus dinar kepadamu. Perlu engkau ketahui, uang ini ialah keuntungan dari uang yang pernah saya pinjam darimu." kata sahabatnya
Setelah mendapatkan uang itu, Abu Umamah mengucapkan syukur mendapatkan pemberian yang menurutnya sangat luar biasa banyaknya.
"Tiga dinar dibalas dengan tiga ratus dinar? Alangkah besarnya jawaban Allah Subhanahu Wa Ta'ala." Yang terucap dari batin Abu Umamah
Ternyata Allah tidak akan mengingkari janji-Nya bagi orang-orang yang suka berinfak dan berbuat baik kepada orang lain. Dia akan menggantinya dengan berlipat ganda. Dan orang-orang yang berusaha untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah., niscaya akan memperoleh derajat yang tinggi dan mulia disisi-Nya.
Pada malam hari itu juga, kemudian Abu Umamah menawarkan sebagian uang pemberian sahabatnya itu kepada orang-orang fakir miskin dan yang membutuhkannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ialah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," (QS. Al-baqarah: 261)