Wahai Istri, Taat Suami Salah Satu Kunci Surga!

Ridhmedia
27/02/14, 19:17 WIB

istri-patuh“JIKA seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kemaluannya dan menaati suaminya, pasti beliau akan memasuki nirwana Tuhannya,” demikian hadits Shalallaahu ’Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Bahkan dalam hadits lain disebutkan, “Jika saya boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu saya akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khalik (Sang Pencipta).” (HR. Ahmad).

Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan cara menaatinya (selama ia tidak keluar dari Syariat dan aturan Allah). Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya.

Bagai pencetus perempuan di mana ia telah terpenjara oleh kampanye Barat wacana “kesetaraan”, hadits ini pasti merisaukan. Sebab, baginya, ketaatan pada suami hanya akan membuatnya menjadi “sub-ordinasi” kaum pria.

Hanya orang-orang yang rela dan ridho melaksakan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, yang di dadanya dipenuhi nikmat Iman dan Islam saja yang bisa mentaati perintah suaminya.

Ia rela menjauhi sesuatu, kalau suami melarangnya. Ia berlapang dada kalau suami menasihatinya. Bahkan ia rela tidak mendapatkan tamu laki-laki –baik kerabat jauh sekalipun– saat suami bepergian atau berada di luar rumah.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda, “Ketahuilah bahwa kalian mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Adapun hak kalian atas istri kalian yakni tidak mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian.” (HR. At-Tirmidzi)

Istri Yang Taat

Istri yang taat yakni istriyang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada hal-hal yang mempunyai kegunaan dan bermanfaat, sampai membuat rasa kondusif dan kasih sayang dalam keluarga semoga perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat.

Sebaliknya, Islam telah memperlihatkan hak seorang perempuan secara penuh atas suaminya, di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya dan membuat kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya.

Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain lantaran tanggung jawab suami yang begitu besar, alasannya yakni suami yakni pemimpin dalam rumah tangganya dan beliau bertanggungjawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, lantaran suami sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami sanggup mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri menurut pengalaman dan keahliannya di bidang tertentu.

Istri yang bijaksana yakni istri yang mematuhi suaminya, melaksanakan perintahnya, serta mendengar dan menghormati pendapat dan nasihatnya dengan penuh perhatian. Jika beliau melihat bahwa di dalam pendapat suaminya terdapat kesalahan maka beliau berusaha untuk membuka obrolan dengan suaminya, kemudian menyebutkan kesalahannya dengan lembut dan rendah hati. Sikap hening dan lembut kolam sihir yang sanggup melunakkan hati seseorang.

Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap nrimo dalam menjalankannya maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, lantaran menyerupai yang dikatakan oleh para ulama salaf, “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.” Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami menyerupai shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak tepat kalau tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melaksanakan sesuatu yang tidak disukainya.

Kita atau Anda mungkin menemukan benih-benih kesombongan mulai merasuki istri Anda, maka saat itu hendaklah Anda berlapang dada kemudian menasihatinya dengan sepenuh hati.

Layaknya sebuah perusahaan, ijab kabul juga akan mengalami bahaya serius berupa perselisihan dan sengketa antara individu yang ada di dalamnya.

Suami yakni pelindung keluarga menurut perintah Allah kepadanya, maka dialah yang bertanggungjawab dalam hal ini. Sebab, keluarga yakni pemerintahan terkecil, dan suamilah “rajanya”, sehingga beliau wajib dipatuhi.

Allah Ta’ala telah berfirman;

لرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), lantaran Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan lantaran mereka (laki-laki) telah memperlihatkan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisaa` [4] : 34)

Batas-batas ketaatan

Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan bukan ketaatan tanpa batasan, melainkan ketaatan seorang istri yang shalih untuk suami yang baik dan shalih, suami yang dipercayai kepribadiannya dan keikhlasannya serta diyakini kebaikan dalam tindakannya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat
maksiat akan tetapi ketaatan yakni pada hal-hal yang baik.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud).

Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh perilaku suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya sehingga memperkuat ikatan batin dalam keluarga.

Konsultasi antara suami dan istri pada semua hal yang bekerjasama dengan urusan keluarga merupakan sebuah keharusan, bahkan hal-hal yang harus dilakukan suami untuk banyak orang. Tidak ada penasehat yang handal melebihi istri yang tulus dan mempunyai banyak wangsit cemerlang untuk suaminya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berkonsultasi dengan istri-istrinya dan mengambil pendapat mereka dalam beberapa hal penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berskonsultasi kepada istrinya, Ummu Salamah pada kondisi yang sangat penting di kala para shahabat enggan menyembelih unta dan mencukur rambutnya. Ketika itu Ummu Salamah meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk melakukannya terlebih dahulu dan tidak berbicara kepada siapapun. Demi melihat hal itu, para shahabat pun melakukannya. Sungguh pendapat Ummu Salamah sangat brilliant!

Akhirnya, marilah kita berislam secara benar. Benar dalam pengertian sesuai yang diajarkan oleh Allah dan Rasulnya. Jika tidak, kita akan terus menyesuaikan agama ini dengan ajaran-ajaran yang tidak dibenarkan.

Saat ini banyak orang sedang gandrung dengan slogan kesetaraan gender dan feminism. Isme-isme atau paham menyerupai ini hanyalah solusi masyarakat Barat untuk keluar dari sebuah krisis ketidakadilan yang sedang menimpa mereka, bukan untuk wanita-wanita Muslim. Sudah banyak terbukti, paham-paham menyerupai ini, telah menjauhkan perempuan Muslim pada tauhid.

Islam dan Allah Subhanahu Wa ta’ala telah mengatur sedemikian rupa wacana hak-hak suami-istri, sesuai porsinya. Sekiranya masih ada yang curiga seperti semua ketetapan Allah Subhanahu Wa ta’ala itu masih kurang proposional, sama halnya kita menganggap otak kita-lah yang lebih cerdas dari ketetapan Allah Subhanahu Wa ta’ala. Walhasil, marilah mengikuti al-Qur`an dan hadits saja dalam menjalankan perahu ijab kabul ini, semoga kita bisa benar-benar mencicipi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin.//Islamedia
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+