Syaikh Ibn Zhafar al-Maki (dalam bukunya Anba' Nujuba' al-abna) berkata, "Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Basthami Radhiallahu 'anhu membaca ayat, "Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (Yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu". (Q.S Al-Muzzammil[73] : 1-3).
Ia bertanya pada ayahnya, "Wahai ayahku, kepada siapa Allah perintahkan firman ini?"
Sang ayah menjawab, "Anakku, perintah ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam".
Si anak bertanya lagi, "Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaksanakan menyerupai yang dilakukan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam?"
Sang ayah menjawab, "Wahai anakku, qiyamullail dikhususkan dan diwajibkan kepada Rasulullah dan tidak diwajibkan kepada umatnya". Maka si anak terdiam.
Saat ia membaca firman Allah, "Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau bangkit (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu…". (Q.S Al-Muzzammil[73] : 20).
Ia bertanya pada ayahnya, "Wahai ayahku, sebenarnya saya pernah mendengar bahwa segolongan umat terdahulu mengerjakan shalat malam. Siapakah golongan yang dimaksud?"
Sang ayah menjawab, "Anakku, mereka ialah para sahabat".
Si anak tak henti bertanya, "Wahai ayahku, kebaikan apa yang kita peroleh dengan meninggalkan sesuatu yang dikerjakan Nabi dan sahabatnya?"
Sang ayah berkata, "Engkau benar wahai anakku".
Semenjak ketika itu, sang ayah mengerjakan shalat malam. Suatu malam, Abu Yazid terjaga dari tidurnya. Ia melihat ayahnya sedang mengerjakan shalat malam, kemudian ia berkata, "Wahai ayahku, ajari saya bagaimana cara bersuci agar saya dapat shalat denganmu!"
Sang ayah mencela, "Wahai anakku engkau masih kecil".
Si anak tidak terima, "Wahai ayahku, jika nanti pada hari dimana insan keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, agar diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, kemudian saya berkata kepada Tuhanku, 'Aku dulu pernah bertanya kepada ayahku bagaimana cara bersuci agar saya dapat shalat dengannya. Namun kemudian beliau menolak menjawab pertanyaanku, malah ia berkata, "Tidurlah, engkau masih kecil!"' Bila saya menyampaikan semua itu di hadapan Allah, maukah ayah menyerupai ini?"
Sang ayah menolak, "Tidak, sungguh demi Allah wahai anakku, saya tidak menginginkan hal itu".
Lalu sang ayah pun mengajarinya dan si anak itu shalat dengan ayahnya.
Wallahu a'lam