Kisah Orang Sombong Yang Dibenamkan Oleh Allah Swt

Ridhmedia
31/05/14, 16:18 WIB


Ini yakni cerita seseorang yang celaka alasannya yakni perbuatannya. Dia telah mengundang kemarahan Allah kepadanya manakala ia keluar dari rumahnya dengan kesombongan di antara manusia. Dia berjalan penuh kesombongan dan keangkuhan,lalu Allah membenamkannya di dalam tanah. Itulah akhir bagi orang-orang yang sombong.


NASH HADIS

Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar yang memberikan kepadanya bahwa Nabi bersabda, "Manakala seorang pria menyeret kain sarungnya dengan kesombongan, ia dibenamkan. Maka ia karam di dalam bumi hingga hari Kiamat." Dari Abu Hurairah berkata bahwa Nabi bersabda atau Abul Qasim berkata, "Ketika seorang pria berjalan dengan pakaiannya, ia mengagumi dirinya. Rambutnya tersisir rapi. Tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia terbenam hingga hari Kiamat." Dalam salah satu riwayat Muslim, "Sesungguhnya seorang pria dari kalangan umat sebelum kalian berjalan dengan kesombongan dalam pakaiannya…"

TAKHRIJ HADIS

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, 6/515, no. 3485.

Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Libas, penggalan wacana orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, 10/258, no. 5790.

Riwayat kedua di Bukhari dalam Kitabul Libas, 10/258, no. 5789.

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, 3/1653, no. 2088.

PENJELASAN HADIS

Terkadang insan lupa pads hakikat dirinya. Dia lupa bahwa ia diciptakan dari tanah, bahwa asal usulnya yakni dari air yang hina, dan bahwa ia keluar dari kelamin dua kali. Kali pertama ketika ia keluar dari tulang rusuk bapaknya dan kali kedua ketika ia keluar dari rahim ibunya. Dia lupa bahwa walaupun penampilannya menarik, pakaiannya bagus, ia tetap membawa kotoran di dalam perutnya. Dia lupa walaupun ia berbadan tinggi, ia tetap tidak sanggup menembus bumi dan menggapai tingginya gunung. Ketika duri menusuknya,ia tetap berdarah.Lalat tetap mengganggunya, dan ular membuatnya takut. Muaranya yakni kematian.

Jika kita dibuka sehabis beberapa hari semenjak dimakamkan, pasti keadaan kita sangat menyeramkan keluarga dan orang-orang erat kita. Sebagian orang lupa akan semua itu. Mereka membanggakan diri. Ujub menguasai mereka alasannya yakni bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, dan pakaian yang bagus. Mereka berjalan di muka bumi dengan takabur, memalingkan pipinya dari manusia, menyeret pakaiannya di belakangnya, memandang insan dengan pandangan penghinaan dan cibiran. Dia menduga dirinya orang terbaik, padahal bantu-membantu dialah yang terburuk. Dia sanggup diliputi oleh adzab Allah di dunia sebelum Akhirat.

Ini yakni seorang pria dari kelompok ibarat di atas, dari kalangan umat sebelum kita. Dia membanggakan dirinya. Dia keluar berjalan dengan kesombongan penuh. Dia berlenggak-lenggok dalam berjalan dan menyeret sarungnya di belakangnya. Akibatnya, Tuhannya murka kepadanya. Maka Dia membenamkannya ke dalam tanah ibarat Qarun sebelumnya. Dia terbenam di dalamnya hingga hari Kiamat. Keagungan dan kebesaran yakni milik Allah yang Maha Esa, tidak tertandingi, menjadi daerah bergantung para makhluk, serta menguasai seluruh sifat kesempurnaan dan kemuliaan. Dan barangsiapa menyombongkan diri dan takabur, maka ia telah menantang Allah dalam satu dari sifat-sifat-Nya. Oleh alasannya yakni itu, ia berhak memperoleh adzab di Akhirat dan sanggup pula adzabnya disegerakan di dunia sebelum Akhirat.

Orang-orang yang sombong dan tinggi hati tidak berhak atas nikmat Akhirat, alasannya yakni Allah menyiapkan Akhirat untuk, "Orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi." (QS. Al-Qashash: 83). Orang-orang yang sombong yakni orang-orang yang tinggi hati di muka bumi. Ketinggian hati ini mendorong mereka untuk merusak tanaman, hewan, dan semua yang ada di muka bumi. Ajaran-ajaran Ilahiyah dalam jumlah yang banyak lagi melimpah melarang kesombongan, takabur, dan tinggi hati.

Luqman mewasiatkan kepada anaknya, "Dan janganlah kau memalingkan mukamu dari insan (karena sombong), dan janganlah kau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

Dalam wasiat-wasiat agung dalam surat Al-Isra terdapat larangan berbuat sombong dan takabur, "Dan janganlah kau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, alasannya yakni sesungguhnya kau sekali-kali tidak sanggup menembus bumi dan sekali-kali kau tidak akan hingga setinggi gunung." (QS. Al-Isra: 37)

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
Takabur dan kesombongan yakni dosa besar yang sanggup mencelakakan pemiliknya di dunia dan di Akhirat.
Tidak boleh menyeret pakaian. Jika itu tanpa takabur, maka ia haram atau makruh. Jika itu dengan kesombongan maka ia dosa yang besar. Nawawi telah meringkas keterangan wacana isbal, yaitu melebihkan pakaian di bawah mata kaki. Dia berkata, "Tidak boleh memanjangkan kain di bawah mata kaki jikalau untuk kesombongan. Jika bukan untuk itu, maka ia makruh. Dan zhahir hadis-hadis mengikat isbal dengan tujuan kesombongan. Ini menunjukkan bahwa aturan haram hanya khusus untuk kesombongan. Begitulah nash Syafii berpijak pada pembedaan ibarat yang kami sebutkan. Dan para ulama telah berijma' dibolehkannya isbal bagi wanita."( Syarah Shahih Muslim, 14/250.)
Bukan termasuk kesombongan jikalau seorang hamba menampakkan nikmat Allah kepadanya, ibarat ketika ia bersandal bagus, dan berpakaian bagus. Lebih-lebih, jikalau itu diikuti dengan syukur kepada-Nya. Dan ini dinyatakan oleh hadis-hadis shahih.
Sebagian dosa hukumnya disegerakan di dunia sebelum Akhirat, sebagaimana orang sombong ini yang dibenamkan oleh Allah ke bumi.
Menetapkan adzab kubur. Orang yang dibenamkan ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah, bergoncang di dalam tanah hingga hari Kiamat.
Sumber:
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, 6/515, no. 3485. Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Libas, penggalan wacana orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, 10/258, no. 5790. Riwayat kedua di Bukhari dalam Kitabul Libas, 10/258, no. 5789. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, 3/1653, no. 2088.
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+