Kisah Tiga Orang Musafir Yang Berdoa Dan Bertaubat

Ridhmedia
27/06/14, 19:17 WIB

Pada zaman dahulu, ada tiga orang dari umat sebelum kita sedang berjalan untuk suatu hajat. Kemudian mereka mendapat sebuah gua yang sanggup dimanfaatkan untuk berteduh. Lalu mereka pun masuk ke dalamnya. Namun tiba-tiba sebongkah kerikil besar dari atas bukit menggelinding dan menutupi pintu gua itu sehingga mereka tidak sanggup keluar.

Lalu salah seorang di antara mereka berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang sanggup menyelamatkan kau sekalian dari tragedi ini kecuali bila kau sekalian berdoa kepada Allah SWT dengan menyebutkan amal-amal shalih yang pernah kalian perbuat”.

Maka salah seorang lainnya mulai berdoa, “Ya Allah, saya memiliki ayah ibu yang sudah renta renta. Aku biasa mendahulukan memberi minuman susu kepada keduanya sebelum saya memberikannya kepada keluarga dan budakku. Pada suatu hari saya terlambat pulang dari mencari kayu dan saya mendapat keduanya sudah tidur. Aku terus memerah susu untuk persediaan minum keduanya. Karena saya mendapati mereka berdua telah tidur, maka saya pun enggan untuk membangunkan mereka, dan saya juga tidak suka memberi minum susu itu baik kepada keluarga maupun kepada budak sebelum saya memberi minum kepada ayah bundaku itu.

Maka saya menunggu ayah bunda, sampai terbit fajar barulah keduanya berdiri sementara anak-anakku menangis, mereka mengelilingi kakiku. Setelah mereka bangun, kuberikan minuman susu kepada keduanya. Ya Allah, jikalau saya berbuat menyerupai itu alasannya ialah mengharapkan wajahMu maka geserkanlah kerikil yang menutupi gua ini untuk kami.”

Maka bergeserlah sedikit kerikil itu tetapi mereka belum sanggup keluar dari gua tersebut.
Lalu yang lainnya berdoa, “Ya Allah, bekerjsama saya memiliki saudari sepupu yang sangat kucintai. Aku sangat mencintainya sebagaimana lazimnya seorang lelaki mengasihi seorang perempuan. Kemudian saya ingin berbuat zina dengannya tetapi beliau selalu menolak. Lalu selang beberapa tahun beliau tertimpa kesulitan, kemudian tiba kepadaku dan saya berikan kepadanya 120 dinar, dengan syarat beliau harus mau bersebadan denganku, dan beliau pun setuju.

Ketika saya sudah berada di antara kedua kakinya, beliau berkata, ‘Takutlah kau kepada Allah dan jangan kau robekkan selaput daraku kecuali dengan haq’. Maka saya meninggalkannya, padahal beliau ialah seorang yang sangat kucintai dan saya telah merelakan emas (dinar) yang kuberikan kepadanya. Ya Allah, jikalau saya berbuat menyerupai itu alasannya ialah mengharapkan wajahMu, maka berikanlah kami jalan keluar dari apa yang kami hadapi ini.”

Maka bergeserlah kerikil itu tetapi mereka belum sanggup keluar dari gua itu.
Selanjutnya orang ketiga ikut berdoa, “Ya Allah, saya dulu mempekerjakan beberapa karyawan dan semuanya saya honor dengan tepat kecuali ada seorang yang pergi meninggalkanku dan tidak mau mengambil gajinya terlebih dahulu. Kemudian honor itu saya kembangkan sehingga menjadi banyak.

Selang beberapa usang beliau tiba kepadaku dan berkata, ‘Wahai hamba Allah, berikanlah honor saya yang dulu itu.’ Aku berkata kepadanya, ‘Semua yang kau lihat itu baik unta, sapi, kambing, maupun budak yang menggembalakannya ialah gajimu’. Dia pun berkata, ‘Wahai hamba Allah, janganlah engkau mempermainkan saya.’ Saya menjawabnya, ‘Saya tidak mempermainkan kamu.’ Kemudian ia pun mengambil semuanya dengan tidak meninggalkan sisa sedikit pun. Ya Allah, jikalau saya berbuat itu alasannya ialah mengharap wajahMu, maka berikanlah kami jalan keluar dari apa yang kami hadapi ini.”

Lalu kerikil itu pun bergeser dan mereka sanggup keluar dari dalam gua dan meneruskan perjalanan.

Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari No. 2272, Muslim No. 2743, dan Ahmad 2/116.


Sumber: http://www.dakwatuna.com
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+