Benarkah Napoleon Bonaparte Seorang Muslim?

Ridhmedia
06/07/14, 18:28 WIB


Benarkan Napoleon Bonaparte, jenderal besar panglima perang Perancis ini masuk Islam? Kenapa tidak? Berpuluh-puluh tahun Napoleon berada di Mesir dan berinteraksi dengan masyarakat dan dunia Islam. Dalam pencarian agamanya, sangat mungkin Napoleon memperlajari dan tertarik pada Islam menyerupai terjadi pada ribuan muallaf lainnya sampai hari ini. Dalam menyikapi sejarah, reaksinya bukan soal percaya atau tidak, dikarang-karang atau bukan, tapi fakta sejarah. Selama tidak bantahan yang meyakinkan atas fakta-faktanya itu, berarti kemusliman Napoleon ialah benar. Salam.

___________________

BENARKAH NAPOLEON MUSLIM?

REPUBLIKA.CO.ID — Bagi penyuka sejarah, nama Napoleon Bonaparte dari Prancis mungkin sudah tak asing lagi. Nah, tahukah Anda bahwa ada isu menarik yang konon menyebutkan bahwa musuh turun-temurun Inggris ini ialah Muslim. Tapi ingat, isu ini bukannya tanpa kontroversi.

Isu Napoleon menjadi Muslim ini diungkap dalam harian resmi Prancis, Le Moniteur Universel (terbit dalam kurun 1789-1868). Disebutkan bahwa Napoleon resmi menjadi Muslim pada 1798. Kutipan informasi inilah yang kemudian dimuat dalam buku Satanic Voices – Ancient and Modern karya David Musa Pidcock tepatnya pada halaman 61.

Buku Pidcock ini terbit pada 1992, demikian goresan pena yang dikutip media.isnet.org. Pidcock juga menuliskan bahwa Napoleon menentukan nama Ali sebagai nama barunya, sehingga menjadi Ali Napoleon Bonaparte. Rupanya Napoleon sempat terinspirasi oleh orang kepercayaannya, Jenderal Jacques Menou, yang kemudian menjadi Jenderal Abdullah-Jacques Menou. Sang jenderal kemudian menikahi seorang perempuan Mesir, Siti Zoubeida –yang diyakini mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad saw.

Napoleon disebut-sebut mengakui superioritas aturan Islam, bahkan berniat menerapkannya di kekaisarannya di Prancis. Prinsip-prinsip syariah itu sempat dimasukkan ke dalam Civil Code Napoleon atau aturan yang ditulis oleh Napoleon. Code Napoleon ini kemudian menjadi menginspirasi konstitusi Prancis dan konstitusi negara-negara taklukan Napoleon di Eropa.

Tunggu dulu…ternyata penerapan prinsip syariah dalam aturan Prancis ini ada misalnya di dunia kontemporer. Berita yang ditulis media.isnet.org ini menyebutkan, salah satunya ialah ketika terjadi kecelakaan fatal 1997 yang menewaskan Putri Diana dari Inggris dan sobat dekatnya, Dodi al-Fayed. Para fotografer yang memotret insiden tersebut juga ikut dikenai dakwaan aturan dengan bersumber pada jurisprudensi Prancis.

Dakwaan itu menyebutkan, para fotografer ikut bersalah “karena tidak menolong ketika berada di lokasi kejadian”. Nah, berdasarkan Pidcock, prinsip ini konon berasal dari aturan syariah hasil ijtihad dari Imam Malik. Lebih jauh lagi, korelasi Napoleon dengan Islam diungkap juga dalam Bonaparte and Islam atau versi Prancisnya, Bonaparte et Islam, goresan pena Christian Cherfils. Wallahu a’lam bissawab…
______________________
NAPOLEON BONAPARTE DAN ISLAM

Farzila Novia (sejarah.kompasiana.com)

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling besar lengan berkuasa dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart. Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan jikalau diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis semenjak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa menciptakan Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Namanya bermetamorfosis ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Apa yang menciptakan Napoleon ini lebih menentukan Islam daripada agama lamanya, Katolik ? Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat di majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.



“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?” “The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”

( “Saya membaca Bible; Musa ialah orang yang cakap, sedang orang Yahudi ialah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya?” (Lihat Kejadian 19:30-38) “Sains telah menawarkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah sentra tata surya, dan ini merupakan pukulan ahli terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”)

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :

“Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”

(“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, menyerupai halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual menyerupai yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.” )

Selanjutnya :

“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”

(“Dengan penuh kepastian saya telah menyampaikan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya ialah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta menyayangi orang-orang Islam.”)

Akhirnya ia berkata :

“In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”

(“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.” )

Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran sehabis membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab.

Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua kisah yang melatar belakanginya. Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I’Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut:

“I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur’an wich alone can lead men to happiness.”

( “Saya meramalkan bahwa tidak usang lagi akan sanggup dipersatukan semua insan yang berilmu dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip anutan Islam, sebab hanyalah Qur’an itu satu-satunya kebenaran yang bisa memimpin insan kepada kebahagiaan.”)

Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau:
* Buku ‘Satanic Voices – Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61 * Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa ia masuk Islam pada tahun 1798.

* Buku ‘Napoleon And Islam’ dengan penulis C. Cherfils (ISBN: 967-61-0898-7).

Islam hadir tidak hanya secara umum dikuasai di suatu negara tapi juga sebagai minoritas khususnya di benua Eropa dan Amerika. Napoleon Bonaparte ialah salah satu tumpuan dari langsung muslim yang sukses sebagai minoritas di Perancis. Meskipun pada karenanya Napoleon dimakamkan secara Katolik di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun tampaknya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa ia ialah seorang Muslim. Sama halnya di Indonesia, Pattimura yang seorang muslim bahkan cicitnya menyatakan mereka ialah muslim, kemudian tiba-tiba menjadi Thomas Mattulesi Pattimura. Terlepas dari semua hal tersebut, kiranya kita mesti merenungkan ucapan ia tidak usang sehabis mempelajari isi Al-Quran dan sebelum masuk Islam; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari lisan politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah, “Aku telah mencar ilmu dari buku ini, dan saya merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka pasti mereka tidak akan pernah terhinakan.” Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali jikalau kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran.” Wallahu a’lam. [keajaibanislam.wordpress.com/1001-KisahIslami.com]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+