Menjadi Insan Yang Bermanfaat

Ridhmedia
13/09/14, 08:35 WIB

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : » ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ
ﻳﺄﻟﻒ ﻭﻳﺆﻟﻒ ، ﻭﻻ ﺧﻴﺮ
ﻓﻴﻤﻦ ﻻ ﻳﺄﻟﻒ ، ﻭﻻ
ﻳﺆﻟﻒ، ﻭﺧﻴﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﺃﻧﻔﻌﻬﻢ ﻟﻠﻨﺎﺱ «
Diriwayatkan dari Jabir
berkata,”Rasulullah saw
bersabda,’Orang beriman itu
bersikap ramah dan tidak ada
kebaikan bagi seorang yang
tidak bersikap ramah. Dan
sebaik-baik insan adalah
orang yang paling bermanfaat
bagi manusia.” (HR. Thabrani
dan Daruquthni)

Karena saling membutuhkan, teladan korelasi seseorang dengan orang lain yakni untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan peserta jasa mendapat manfaat. Itulah teladan korelasi yang lazim.

Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan menyampaikan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan menyampaikan seseorang berbuat jahat dikala mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.

Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan teladan korelasi yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan bahagia dengan mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruknya insan yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.

Namun yang luar biasa yakni orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam bekerjasama dengan orang lain. Orang ibarat ini disebut orang yang terbaik diantara kita, dermawan, Ikhlas, tanpa pamrih, dan tidak punya vested interes.

Orang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain yakni sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah Saw menyebut ibarat itu? Setidaknya ada empat alasan.

Pertama, alasannya yakni ia dicintai Allah Swt. Rasulullah saw pernah bersabda yang suara kurang lebih, Orang yang paling dicintai Allah yakni yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Kedua, alasannya yakni ia melaksanakan amal yang terbaik. Kaidah undangan fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang keuntungannya dirasakan oleh diri sendiri. Karena itu tak heran jikalau para sobat dikala ingin melaksanakan sesuatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan.

Ketika ekspresi dominan kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata menciptakan sumur yakni amal yang paling utama. Saat seseorang berjihat sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu yakni amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, alasannya yakni ia melaksanakan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya.

Rasulullah berkata, "Seandainya saya berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih saya cintai daripada i'tikaf sebulan di masjidku ini." (Thabrani)
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan kebanggaan orang yang beriman. Allah swt mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita yakni orang yang baik, maka Allah swt menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.

Cara Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Untuk Orang lain yakni sbb:
1. Tingkatkan derajat keimanan kepada Allah swt.
2. Tanamkan dalam diri kita, bahwa sisa harta yang ada pada diri kita yakni telah diberikan kepada orang lain.
3. Kita harus mengikis habis sifat egois dan sifat serakah pada diri kita.
4. Hargai dan hormatilah orang lain, pasti akan mendapat manfaat dari perbuatan yang kita lakukan.
5. Untuk menjadi insan yang bermanfaat, tentulah kita harus mempunyai sesuatu yang sanggup diberikan, baik itu ilmu, harta, dan lain sebagainya.

Demikianlah biar bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....

Wallahualam bishowab
Komentar

Tampilkan

Terkini