Harapan Qadhi, tampaknya terkabul lantaran tanpa sengaja ia menemukan sebuah kantong dari sutra yang diikat dengan kaos kaki yang juga terbuat dari sutra tergeletak dipinggir jalan. Saat itu jalanan sepi tak ada seorangpun yang lewat, kemudian diambilnya bungkusan itu dan dibawanya pulang. Setibanya dirumah, Qadhi membuka kantong tersebut, ternyata didalamnya terdapat sebuah kalung permata yang sangat indah dan niscaya bernilai sangat tinggi harganya kalau dijual. uangnya niscaya cukup memenuhi kebutuhannya selama satu tahun bahkan lebih dari itu.
Astaghfirullah, Qadhi menbaca istighfar, lantaran ia menyadari bahwa kalung yang ia temukan ialah bukan miliknya, walaupun dia sedang kelaparan, ia tidak mau memperoleh masakan dari hasil yang tidak baik, oleh alasannya ialah itu sedikit atau banyak masakan haram yang masuk kedalam tubuhnya akan menciptakan jiwa terkotori dan jauh dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'aala, dan tempat yang paling pantas ialah neraka. Akhirnya dia keluar rumah untuk mencari pemilik kalung tersebut. Tepat pada ketika itu, ada seorang pria bau tanah menghentikan langkahnya.
"Anak muda, apakah engkau melihat kantong sutra dikawasan jalan ini....? Di kantong itu yang kubawa ini berisi uang 500 dinar. Uang ini ialah upah yang akan kuberikan kepada orang yang menemukannya." kata pria bau tanah itu.
Setibanya dirumah ia tidak eksklusif menunjukkan barang tersebut, lantaran sebelumnya Qadhi tidak menjawab pertanyaan pria bau tanah itu melainkan diajaknya kerumah. Ia kemudian menanyakan kepada pria bau tanah itu wacana ciri-ciri kantong sutra dan kaos kaki pengikatnya, berikut ciri-ciri kalung permata dan jumlahnya, serta benang yang mengikatnya. Ternyata balasan pria bau tanah itu persis dengan semua yang ditemukannya dijalan sewaktu ia keluar dari rumah.
Kemudian kantong itu diberikan kepada pria bau tanah itu sebagai pemiliknya dan orang itu kemudian menunjukkan imbalan sesuai dengan apa yang pernah ia janjikan kalau ada orang yang menemukan kantong sutra itu yang jatuh dijalan sebesar 500 dinar, tetapi Qadhi justru menolaknya lantaran ia tidak pantas mendapatkan sesuatu imbalan kepada orang lain yang mendapat tragedi alam kehilangan. Dia berkata bahwa, seorang muslim mempunyai kewajiban dan tidak pantas mendapatkan imbalan atau upah.
"Bawalah kembali uang bapak! Aku tak pantas menerimanya." jawab Qadhi
Akan tetapi pria bau tanah itu bersikeras dan terus-menerus memaksa, namun Qadhi tetap menolaknya. Akhirnya pria bau tanah itu yang mengalah dengan beranjak dari tempat duduk ia berjalan keluar rumah Qadhi, pergi dengan membawa kalung permata yang hilang.
selang beberapa waktu dari kejadian itu, Qadhi kemudian melaksanakan perjalanan keluar dari kota Mekkah berlayar dengan kapal. Ditengah lautan terjadi angin kencang yang dahsyat, angin sangat kencang dan ombak menggulung sangat tinggi, sehingga kapal yang ditumpangi Qadhi pecah dan kesannya banyak orang yang karam bersama kapal. Alhamdulillah, Qadhi Abu Bakar bisa selamat dengan berpegangan dekat pada potongan papan dari pecahan kapal. Berada ditengah lautan dengan keadaan itu, ia hanya pasrah mengikuti ombak maritim yang membawanya entah kemana. namun ia yakin, bahwa Allah akan segera menunjukkan pertolongan.
Cukup usang terombang-ambing dilautan, Qadhi akhirnya terdampar disebuah pulau yang berpenduduk. Setelah mencari masakan dan berganti pakaian atas derma penduduk setempat, ia duduk di serambi masjid sambil membaca ayat-ayat al-Quran. Mengetahui akan hal itu, sebagian penduduk minta diajari cara membaca al-Quran. Ia punmemenuhi seruan mereka. mereka juga minta diajarkan cara tulis menulis, ketika mereka mengetahui bahwa Qadhi Abu Bakar bisa menulis al-Quran diatas kertas.
Setelah sekian usang tinggal disitu, salah seorang dari penduduk tersebut berkata, "Dikampung ini ada seorang gadis yang tidak punya orang tua, dan mewarisi harta yang tidak sedikit dari orang tuanya. Ia ialah orang yang paling kaya di pulau ini.Kecantikannya luar biasa, akhlaknya pun terpuji. Benar-banar seorang wanita salehah. Maukah engkau menikahinya...?"
Pada awalnya Qadhi Abu Bakar menolak dengan alasan belum mampu. Tetapi mereka terus mendesak dan akhirnya , ia pun mengalah dan beranggap kalau sudah memang jodoh, ia mau apalagi. Orang-orang kemudian mengantarkan Qadhi kerumah wanita salihah itu, ternyata gadis itu benar-benar gadis yang sangat cantik. Tanpa sengaja pandangan Qadhi tertuju pada kalung permata yang bergantung dileher gadis itu, sebuah kalung yang sangat dikenalnya; kalung yang dahulu pernah ia temukan dijalanan Mekkah.
Mereka berkata: "Kenapa engkau lebih memperhatikan kalung itu daripada orangnya...?"
Qadhi Abu Bakar menceritakan kepada mereka wacana kalung tersebut. Setelah itu mereka eksklusif meneriakkan takbir. Qadhi Abu Bakar heran atas tingkah laris mereka. Ia pun bertanya, "Ada apa dengan kalian...?"
Kemudian salah seorang dari orang yang mengantar Qadhi menjawab, "Tahukah engkau, orang bau tanah dalam ceritamu itu ialah ayah kandung gadis ini. Ia pernah mengatakan, 'Aku belum pernah menemui orang yang baik dan bertakwa didunia ini, sebaik orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku.' Ia juga berdoa,
'Ya Allah, jodohkanlah ia dengan putriku.' Dan kini benar-benar menjadi kenyataan..
Subhanallah