Malaikat Telah Menyelamatkannya

Ridhmedia
09/12/14, 17:30 WIB

Ini sebuah kisah konkret yang terjadi di Riyadh. Tapi sang pelaku berharap kisahnya sanggup disebarkan semoga sanggup memperlihatkan manfaat kepada siapa pun.

Dahulu saya yaitu seorang cukup umur putri yang nakal. Aku mengecat rambutku dengan warna warni setiap waktu dengan mengikuti mode yang sedang trend. Aku juga mengenakan pewarna kuku yang nyaris tidak pernah kuhapus, kecuali untuk merubah warnanya. Abayaku hanya kuletakkan di atas pundakku semoga sanggup menarik perhatian para pemuda. Aku sengaja ke pasar dengan menggunakan wewangian dan embel-embel yang menarik. Iblis benar-benar telah menggodaku untuk melaksanakan semua dosa, yang kecil mau pun yang besar. Lebih dari itu semua, saya tidak pernah sujud kepada Allaah sekali pun. Aku bahkan tidak tahu bagaimana mengerjakan shalat.

Yang lebih mengherankan yaitu lantaran saya seorang guru dan pendidik anak-anak. Guru yang selalu dipandang dengan penuh penghormatan. Aku mengajar di salah satu sekolah yang terletak jauh dari kota Riyadh. Aku selalu meninggalkan rumahku sehabis shalat shubuh, dan tidak kembali kecuali sehabis shalat ashar. Yang penting waktu itu kami yaitu sekelompok guru perempuan.

Di antara mereka, akulah satu-satunya yang belum menikah. Di antara mereka ada yang gres saja menikah, ada yang tengah mengandung. Ada pula yang sedang menjalani cuti melahirkan. Aku pula satu-satunya di antara mereka yang telah mencabut rasa malunya. Aku biasa ngobrol dan bercanda dengan sopir menyerupai ketika saya berbicara dengan salah satu kerabatku.

Hari demi hari berlalu, dan saya masih dalam kelalaian dan kesesatanku. Pada suatu pagi, saya berdiri terlambat. Aku segera keluar dan mengendarai kendaraan beroda empat yang biasa kami tumpangi.

Ketika saya naik ke kendaraan beroda empat dan memperhatikan, ternyata di bangku belakang tidak ada orang lain selain diriku. Aku menanyakan itu kepada sopir, kemudian ia menjawab: “Fulanah sakit, yang ini melahirkan, dan…dan…”

Mendengar itu, di dalam hatiku saya mengatakan: “Baiklah, lantaran perjalanannya jauh, maka saya akan tidur hingga nanti kami tiba di tujuan.”

Aku pun tidur di kendaraan beroda empat dan tidak terbangun kecuali ketika kendaraan beroda empat itu berada di sebuah jalan yang rusak. Aku terbangun dengan penuh ketakutan. Aku membuka epilog jendela.

Jalan apa ini..?! Apa yang telah terjadi..?? Pak sopir, kemana engkau membawaku..?!

Dengan penuh kesetanan ia menjawab: “Sekarang engkau akan mengetahuinya..!!”

Aku memperhatikannya dan saya pun tahu rencana busuknya. Maka dengan penuh ketakutan, saya pun mengatakan: “Pak sopir, apakah engkau tidak takut kepada Allaah..?!” Apakah engkau tahu eksekusi atas perbuatan yang akan engkau lakukan..?!”

Dan entah ucapan apalagi yang kukatakan untuk menghalanginya melaksanakan niatnya. Yang pasti, saya tahu bahwa saya akan binasa.

Dengan penuh percaya dirinya pula si sopir itu mengatakan: “Engkau sendiri, apakah engkau tidak takut kepada Allaah..? Engkau tertawa-tawa dan bercanda denganku..?? Apakah engkau tidak tahu bila engkau telah menggodaku..?? Dan saya tidak akan melepaskanmu hingga saya melaksanakan apa yang kuinginkan..!”

Aku pun menangis. Aku mencoba berteriak, tapi kawasan itu begitu jauh. Tidak ada seorang pun selain saya dan sopir terlaknat itu. Ini yaitu sebuah padang pasir yang menakutkan. Aku memelas dan lelah menangis. Hingga dengan penuh keputus asaan dan menyerah, saya mengatakan: “Kalau begitu biarkanlah saya mengerjakan shalat dua rakaat, siapa tahu Allaah sudi mengasihaniku.”

Ia pun baiklah memenuhi permintaanku. Aku pun turun dari kendaraan beroda empat menyerupai orang yang akan diseret menuju eksekusi mati. Aku pun shalat. Itu yaitu pertama kalinya saya mengerjakan shalat dalam hidupku. Aku shalat dengan perasaan takut dan pengharapan. Air mata memenuhi tempatku bersujud. Aku memelas kepada Allaah semoga mengasihiku dan mendapatkan taubatku. Suara tangisku memecah keheningan kawasan itu. Dengan cepat kematian terasa begitu dekat. Aku pun menuntaskan shalatku.

Menurut kalian apa yang terjadi..?? Sebuah kejutan terjadi. Apa yang kulihat itu..??

Aku melihat kendaraan beroda empat saudara laki-lakiku datang..!! Benar sekali, itu saudara laki-lakiku dan terang sekali ia sengaja mendatangi kawasan ini.

Aku tidak sempat lagi berfikir bagaimana ia sanggup mengetahui tempatku ini. Tapi saya benar-benar bangga dan mulai meloncat-loncat memanggilnya. Sopir itu memarahiku, tapi saya tidak mempedulikannya.

Yang kulihat yaitu saudaraku yang tinggal di Syarqiyyah dan saudaraku yang lain yaitu yang tinggal bersama kami. Salah seorang dari mereka pun turun dan memukul sopir itu dengan sebuah kayu yang keras, kemudian berkata : “Naiklah bersama Ahmad di mobil..!! Aku akan menaruh sopir ini di dalam mobilnya sendiri di pinggir jalan..”

Aku pun segera naik ke kendaraan beroda empat bersama Ahmad. Kebingungan menyelimutiku dan saya bertanya padanya : “Bagaimana kalian sanggup mengetahui tempatku..? Bagaimana engkau sanggup jauh-jauh tiba dari Syarqiyyah..?? Lalu kapan..?”

“Nanti di rumah, engkau akan mengetahui semuanya..”, jawabnya.

Muhammad pun bergabung bersama kami, dan kami pun kembali ke Riyadh. Sementara saya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Ketika kami tiba di rumah, saudara-suadara ku itu menyampaikan : “Pergilah menemui ibu dan sampaikan padanya apa yang terjadi. Kami akan kembali sebentar lagi..!”

Aku masuk menemuinya di dapur. Segera saya memeluknya sambik menangis. Aku ceritakan kisahku padanya

Lalu dengan penuh rasa kaget, ibu berkata : “Tapi memang Ahmad masih di Syarqiyyah..!! Sedang Muhammad masih tidur di kamarnya.

Kami pun pergi ke kamar Muhammad, dan ternyata memang ia masih tidur. Aku membangunkannya menyerupai orang absurd dan bertanya : “Apa yang telah terjadi..??

Namun ia bersumpah atas nama Allaah bahwa ia tidak pernah keluar dari kamarnya dan tidak tahu bencana yang saya aku alami!!

Aku segera pergi ke kawasan telepon kemudian mengangkatnya -aku benar-benar hampir gila-. Aku menelpon Ahmad, tapi ia mengatakan: “Aku kini sedang di kawasan kerjaku..”

Setelah itu semua, saya menangis tersedu-sedu. Aku kesannya sadar bahwa semua yang kualami yaitu dua Malaikat yang diutus oleh Robbku untuk menyelamatkan saya dari tindakan keji sang sopir itu. Aku memuji Allaah atas itu semua. Dan itulah yang menjadi lantaran saya mendapatkan hidayah. Segala puji hanya untuk Allaah..

*Disadur dari buku CHICKEN SOUP UNTUK REMAJA karya Syaikh Abdullah Muhammad penerbit Sukses Publishing 2012. Alih Bahasa Muhammad Ihsan Zainudin

Dikutip dari Facebook: kisahislam.net

Dipublikasikan kembali oleh: http://.blogspot.com

Facebook Fans Page : 1001 Kisah Islami
Komentar

Tampilkan

Terkini