Kisah Ijab Kabul Pertama Ustadz M. Arifin Ilham

Ridhmedia
11/08/16, 02:00 WIB

Mulanya, dai muda asal Banjarmasin ini pernah mengajukan satu nama perempuan sebagai calon istri kepada ibunya. Namun, sang bunda menyampaikan ketidaksetujuannya. Maka, dengan tegas ia menyampaikan dalam salah satu ceramahnya, “Arifin mustahil mendapatkan orang gres tanpa persetujuan Mamah.”

Berbilang waktu kemudian, sosok dai dengan bunyi bertenaga ini pun bertemu dengan perempuan yang merupakan anak kiyai sekaligus anggota dewan perwakilan rakyat RI kala itu. Tanpa sengaja. Saat keduanya antre dalam sebuah jamuan makan. Jarak keduanya hanya sekitar tiga meter. Tidak sengaja, hanya sekali bertabrakan lirikannya. Lalu, keduanya tersenyum.

Entah berapa usang setelahnya, ada salah satu sobat yang memberikan sosok calon istri ke ustadz muda yang merupakan lulusan Universitas Nasional ini. “Ustadz mau saya kenalkan dengan perempuan sebagai calon istri?” Lanjutnya sampaikan keterangan, “Insya Allah shalihah. Anaknya kiyai. Rumahnya di Kalibata.”



Berniat menjaga diri dari zina dan menjalankan sunnah Nabi, ustadz Arifin menyanggupi. Tetapi, mereka berencana ketemuan di bilangan Depok Jawa Barat.

Di kediaman yang direncanakan, sosok sobat tersebut memperlihatkan selembar foto, kemudian memperlihatkan gadis yang hendak ditawarkan sebagai istri kepada ustadz yang pernah dipatok ular hingga taksadarkan diri selama 21 hari ini. Berselang detik kemudian, gadis yang ada di dalam foto itu pun keluar dari sebuah ruangan bersama ibunya.

Ingatan sang ustadz pun mundur ke belakang. Pasalnya, ia merasa pernah bertemu dengan gadis tersebut. Tetapi, ia lupa kapan, di mana dan dalam program apa. Hingga, ia mengingat pertemuan pertama dalam sebuah antrean makan tempo hari.

Sepulangnya dari rumah tersebut, ia pun melaksanakan shalat istikharah di sepertiga malam yang terakhir. Beliau senantiasa berkonsultasi kepada Allah Ta’ala. Meminta pertimbangan perihal sosok gadis yang dikenalkan kepadanya itu. Hingga akhirnya, ia pun mantap untuk melaksanakan lamaran.

Uniknya, ia melamar dengan eksklusif menelpon. Tanpa basa-basi. Pada sebuah pagi selepas Subuh. “Aku Muhammad Arifin Ilham,” ungkap sang ustadz dengan berani. “Aku ingin melamarmu untuk menikah pada tanggal satu Muharram.” Pasalnya, hari itu merupakan tahun gres Hijriyah yang merupakan waktu bersejarah bagi kaum Muslimin di semua tempat.

Selanjutnya, sang ustadz pun memberikan empat hal sesudah niat untuk menikah di tanggal tersebut. Pertama, “Aku ingin menikah alasannya yaitu Allah.” Kedua, “Aku ingin menikah alasannya yaitu melaksanakan sunnah Nabi.” Ketiga, “Aku ingin terbang. Tetapi, sayapku hanya satu. Dan, saya ingin semoga kamu menjadi sayap kedua.” Dan yang terakhir, “Aku menunggu jawabanmu jam 5 esok pagi. Setelah Subuh.”

Duh, bagaimana kiranya perasaan perempuan yang mendapatkan kehormatan tersebut? Dilamar dengan cara yang baik, kemudian sang lelaki mengajaknya bersegera menikah. Wanita berjulukan lengkap Wahyuniati al-Waly ini pula yang dengan tulus mengizinkan suaminya tersebut menikah untuk yang kedua kali sesudah dua belas tahun pernikahannya. [Pirman/Kisahikmah.com]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+