Sivitas Akademika Ugm Resah: Menyesal Pilih Jokowi!

Ridhmedia
16/09/19, 18:32 WIB

[]  Suara keresahan menggema dari Balairung Universitas Gajah Mada (UGM). Sivitas Akademika dari Bulaksumur itu merawat ingatan wacana sosok Joko Widodo (Jokowi) yang bersahabat dengan rakyat.

Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof Koentjoro menilai revisi UU KPK akan mengebiri forum antirasuah itu. Para dosen, mahasiswa, sampai karyawan kampus itu berkumpul bersama kompak mengenakan pakaian berwarna hitam.

“Upaya sistematis pelemahan KPK dan gerakan antikorupsi yang bernafsu dan begitu brutal dalam beberapa pekan terakhir ini sungguh melecehkan moralitas bangsa kita,” kata Koentjoro ketika membaca deklarasi UGM tolak pelemahan KPK di Balairung, Gedung Pusat UGM.

Deklarasi itu meminta biar Pemerintah dan dewan perwakilan rakyat menghentikan revisi UU KPK biar tidak melemahkan KPK. Pembahasan revisi UU KPK itu dibutuhkan dievaluasi.

“Dan kita juga menyadari situasi krisis dan mengakui bersama bahwa kita telah bergeser dari amanah reformasi dan amanah konstitusi. Padahal, bangsa Indonesia wajib kembali ke rel demokrasi, sesuai haluan reformasi dan amanah konstitusi,” ucapnya.

Selain itu, seorang dosen berjulukan Prof Wahyudi Kumorotomo membacakan puisi. Dia bernostalgia mengenang sosok Jokowi.

“Saya yaitu salah satu alumni UGM dan Pak Jokowi juga yaitu alumni UGM. Karena itu, saya betul-betul meminta kepada sivitas akademika UGM untuk berada di belakang Jokowi, berada di belakang alumni kita,” katanya.

“Kita tidak menginginkan alumni kita menjadi orang yang menghabisi KPK, forum yang kita cintai bersama ini,” sambung Wahyudi.

Karena itu ia menyempatkan menciptakan puisi untuk Presiden Jokowi. Saat membacakan puisi tersebut, Wahyudi memakai kata ‘Mas’ sebagai kata ganti Presiden Jokowi.

“Saya ingin memanggil Presiden dengan mas, selayaknya alumni UGM,” katanya.

Berikut puisi yang dibacakan oleh Wahyudi untuk Presiden Jokowi:

Mas Joko widodo, ingatlah ketika kita makan Gudeg di Mbarek, makan nasi kucing di Bulaksumur dan kita mendaki tolong-menolong di Gunung Merbabu, kita makan mie instan, makan seadanya.

Waktu itu kita berpikir bahwa di Indonesia ada banyak yang lebih menderita dari kita, walaupun kita sudah dapat menikmati nasi kucing sederhana untuk dapat kuliah di UGM. Maka, pikirkanlah kini ini nasib rakyat Indonesia, yang masih banyak di antara mereka makan nasi aking, makan sederhana.

Jangan biarkan mereka menjadi korban dari syahwat politik dari para legislator kita, jangan biarkan mereka habis alasannya lalu pengurus kebijakan kita mengambil sebagian besar sumber daya alam yang kita miliki, sumber daya alam menyerupai kelapa sawit, tambang, sumber daya alam yang kita miliki melimpah ini jangan dibiarkan dikuasai para koruptor alasannya kepentingan-kepentingan mereka.

Ingatlah mas Joko, bahwa kita ada di belakang Presiden, kita gres saja menentukan presiden kedua kalinya. Karena kita percaya bahwa Presiden akan menciptakan kebijakan yang terbaik untuk mendukung pemberantasan korupsi.

Alangkah naifnya, alangkah sia-sianya bunyi yang kami keluarkan, bunyi yang kami percayakan kepada mas Joko, pak Presiden kita, jika andai kata Kemudian ternyata dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menghabisi, menguasai sumber daya alam untuk kepentingan mereka.

Tidak ada kata lain, mari kita lawan upaya para politisi untuk melemahkan KPK, sekali lagi, saya ingin semuanya teriakkan, lawan koruptor, kuatkan KPK!

Sumber: Detik
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+